Aku sudah terlanjur melangkah jauh ke hatinya, itu artinya aku harus menerima segala resikonya. Aku tahu keputusan ini mempunyai resiko tinggi tetapi aku yakin bisa melaluinya dengan baik karena berhenti melangkah pun tidak mungkin, aku tidak sanggup kalau harus menyudahinya karena aku merasa ini menyenangkan. Aku menceritakan bagaimana panasnya malam itu pada Dewi. Memalukan memang tetapi aku merasa harus bicara padanya tentang itu. Dewi mengatakan kalau Dika mempunyai perasaan yang sama sepertiku tetapi ia tidak mampu untuk mengatakannya. Ia diberi gelar pecundang cinta karena tidak mampu mengungkapkan perasaan sukanya pada seorang wanita. Aku benar-benar setuju dengan pendapatnya yang satu ini.
Aku akan tetap menjalani ini walaupun diberi julukan menjalin hubungan tanpa status yang sering diributkan orang lain. Aku akan mengikuti kata hatiku saja karena aku tidak mau menyangkal bahwa aku bahagia bisa sedekat ini dengan Dika. Aku tidak bisa menghentikan situasi buruk ini karena ini adalah situasi buruk yang membuatku bahagia.
"Morning babe." ucap seseorang dengan suara khas bangun tidur yang terdengar tepat dibelakangku. Akupun membalikkan tubuhku kearah suara itu berasal.
"Morning." ucapku menampilkan senyum yang lebar.
Ia maju satu langkah lalu menarik wajahku dengan lembut kemudian mengecup bibirku singkat.
"Sudah?" tanyanya setelah wajahnya menjauh dariku.
Aku mengangguk mantap, "Dua omelette." ucapku seraya menggandeng tangannya untuk menuju meja makan.
"Aku selalu suka dengan omelette yang kau buat." ucapnya seraya mengelus pipiku saat kami tengah menyantap sarapan pagi.
Ia selalu memuji ku akhir-akhir ini, entah itu dari segi pakaian yang ku pakai, make up tipis yang ku oleskan di wajahku, sampai menu makanan yang ku buat pagi ini. Pujian sederhana yang ia lontarkan selalu membuatku terhanyut lebih dalam ke hatinya. Aku merasa ia lebih menghargai ku sekarang, tidak seperti dulu lagi. Aku selalu suka saat ia memanggil ku dengan sebutan sayang. Pertama kalinya aku mendengar kata ajaib itu saat kami terbangun di pagi hari setelah malam itu. Ia memberiku morning kiss seraya mengucapkan 'selamat pagi sayang'.
Sebagai seorang wanita yang menyandang gelar jomblo akut tentu saja aku merasa asing dengan panggilan sayang yang ia tujukan padaku tetapi aku mencoba untuk membiasakan diri dengan panggilan asing itu.
"Sayang, tolong ambilkan dasiku." titahnya saat aku tengah menyisir rambutku. Aku pun menunda kegiatanku lalu segera mengambilkan dasi untuknya.
Dika masih sering memerintah ini dan itu padaku. Ia juga masih otoriter seperti biasanya tetapi bedanya sekarang aku tidak terlalu merasa tertekan seperti dulu karena ia lebih lembut dan manis.
"Sekalian pakaikan." titahnya saat aku memberikan dasi yang ia minta.
"Aku belum selesai menyisir rambutku, kau lihat 'kan?" tolakku dengan halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's The Boss
Romance18+ Saat ini aku sedang menjadi anak pembangkang yang menerima karma. Aku mengatakannya karena saat ini sedang mengalami kesulitan atas keputusan egois yang ku buat 4 tahun yang lalu. Aku memaksa mengambil jurusan manajemen bisnis disaat tidak ada a...