"Nilan." ucap Bunda sambil menepuk-nepuk bahuku.
"Nilan bangun ada Dika didepan." lanjut Bunda.
Dika, untuk apa Ia kemari.
"Nilan, Bunda tahu kamu belum tidur." ucap Bunda.Walaupun aku tengah memejamkan mataku tetapi aku tahu bahwa saat ini Bunda tengah menyilangkan kedua tanganya di dada. Aku membuang napas kasar lalu dengan terpaksa ku buka mataku. Ku tatap mata Bunda, benar dugaanku Bunda tengah menyilangkan tangannya di dada seraya menatapku.
"Ada apa sih Bun? Nilan capek baru datang." ucapku dengan nada malas.
"Dibawah ada Dika." ucap Bunda dengan penuh penekanan.
"Lalu?" tanyaku.
"Ia ingin bertemu denganmu." ucap Bunda yang membuatku emosi. Setelah ia meninggalkanku begitu saja di kantin sekarang ia datang mencariku. Sebenarnya apa yang ada dipikirannya.
"Tolong katakan padanya bahwa aku sudah tidur." ucapku sambil merebahkan tubuhku kembali ke atas kasur.
"Apa kamu baru saja memerintah Bunda?" ucap Bunda membuatku memejamkan mataku lemas. Kapan aku benar di mata Bunda.
"Ayolah Bun, kali ini saja." ucapku memohon.
"Temui Dika sekarang atau mobilmu akan Bunda sita." ancam Bunda.
"Bun please." protesku yang masih berbaring di kasur.
"Ya sudah, mobilmu Bunda sita ya." ucap Bunda seraya berjalan meninggalkan kamarku.
Aku langsung bangun dari tidurku lalu berlari keluar kamar menyusul Bunda. Bunda tak pernah bohong dengan ancamannya. Saat kuliah, mobilku pernah disita karena aku mengabaikan ucapanya untuk tidak pergi ke klub malam. Sekarang kalau aku tidak menuruti kemauannya, ia pasti akan memakai ancaman itu lagi karena ancaman itu sangat mempan untukku. Aku menuruni tangga dengan Bunda yang berada di depanku.
"Dimana Dika, Bun?" tanyaku.
"Di taman." ucap Bunda tanpa menoleh ke arahku.
Aku menuju taman untuk menemui Dika yang telah mengganggu waktu istirahatku. Sepertinya aku mempunyai penganggu baru sekarang. Sesampainya di taman aku melihat punggung Dika yang sedang menatap ke arah bunga mawar. Dika mempunyai bahu yang lebar dan kokoh dari belakang saja Dika sudah terlihat mempesona. Aku tersenyum dibuatnya, astaga Nilan hentikan pikiran itu.
"Ehem." dehemku.
Dika memutar tubuhnya menghadap ke arahku setelah aku berdehem.
"Nilan." ucapnya sambil melangkah kearahku.
"Ada apa?" tanyaku to the point.
"Mengapa kau meninggalkanku di kantin?" tanyanya.
"Meninggalkanmu?" tanyaku bingung.
"Saat aku kembali ke kantin, kau sudah tidak ada." ucapnya.
"Siapa yang meninggalkan siapa sih?" tanyaku heran bercampur kesal.
"Kau yang meninggalkanku." ucapnya.
"Oh my god. C'mon kau yang lebih dulu meninggalkanku." ucapku.
"Aku tidak meninggalkanmu, aku hanya pergi sebentar untuk ke kamar mandi." ucapnya yang tidak sampai pikir aku mendengar alasannya.
"Salah kau sendiri, pergi tanpa mengatakan sepatah katapun padaku." ucapku sambil menyilangkan tanganku di dada.
"Harusnya kau menungguku, Nil." ucapnya menyalahkanku.
Aku menghela napas kasar mendengar ucapannya. Pria macam apa dia ini ya Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's The Boss
Любовные романы18+ Saat ini aku sedang menjadi anak pembangkang yang menerima karma. Aku mengatakannya karena saat ini sedang mengalami kesulitan atas keputusan egois yang ku buat 4 tahun yang lalu. Aku memaksa mengambil jurusan manajemen bisnis disaat tidak ada a...