Menyebalkan memang jika sudah bicara hal tentang parfum dengan Joohyun Nuna. Dari niat awal minta saran merek pafrum, kini aku berakhir dengan celotehan panjang Joohyun Nuna yang terobsesi ㅡralat, yang tak lain adalah seorang perfumer diusianya kini.
Ah, izinkan aku memperkenalkan diri. Kim Seokjin, 25 tahun. Pemuda tampan yang bisa dibilang seperti adik angkat Joohyun Nuna. Bae Joohyun Nuna atau yang biasa disapa Irene oleh kawan-kawannya adalah temanku yang terpaut satu tahu dariku sejak SMA dahulu. Dia yang dari Daegu pindah ke Seoul melanjutkan sekolah SMP nya.
Dia yang berceloteh panjang lebar saat ini sangat bertolak saat dia dengan orang lain dan dulu. Ketika kutanya dulu, jawaban Joohyun Nuna cukup masuk akal.
"Apa kau pikir merubah aksen Daeguku itu mudah? Aku tak akan membiarkan diriku diinjak saat sekolah."
Begitu katanya. Tapi kini, kau lihat? Saat logat Seoul nya lancar, ia menjadi cerewet didepanku. Apalagi jika bahasannya parfum.
"Jin!" panggilan agak keras dari Joohyun Nuna mengembalikan ku ke alam sadar. Aku hanya menunjukkan sikap bingung, seolah berkata apa? padanya.
"Kau mendengarkan tidak sih? Aku sudah mau repot menolongmu, memberimu saran, dan menceramahimu. Tapi disaat kau ku bantu, kau malah bengong!" ucapnya kesal.
Hei, bukankah harusnya aku yang kesal? Aku hanya minta saran, bukan diceramahi panjang lebar!
"Nuna, aku hanya minta saran darimu karena kau perfumer. Tapi, ceramahmu terlalu panjang dan rumit untuk dimengerti otak ku." sahutku jengah. Biarlah, setidaknya aku jujur pada wanita cantik yang sudah kuanggap kakak perempuanku sendiri.
"Jin, aku memberimu saran panjang karena pafrum juga penting untuk kesan pertama dengan orang lain. Kau punya cafe, dan akan bertemu banyak orang. Kau harus punya kesan pertama yang bagus!" ucap Joohyun Nuna menunjuk meja cafe ku.
Yah... Memang iya, tapi aku tak sanggup diceramahi seperti itu.
"Parfum tak terlalu penting, Nuna. Nuna justru membuatku menyesal bertanya pada Nuna. Jangan marah, oke? Aku hanya membahas pafrum." ucapku melunak. Kalau sampai Joohyun Nuna mengamuk, aku mati.
Joohyun Nuna menghela nafas panjang, "Jin, kau tahu kenapa aku sensitif hanya karena parfum untukmu?" tanyanya. Aku menggeleng.
"Kau tahu Jin? Aku menjadi perfumer karena aku pernah membaca sebuah kalimat; keindahan tak hanya bisa dinikmati indra penglihatan, tapi juga indra lainnya. Saat itu, parfum adalah sesuatu yang membuatku menemukan keindahan untuk indra penciuman."
"Dan kopi ataupun teh dari tempatmu ini, Jin. Salah satu contoh keindahan untuk indra pengecapan." Joohyun Nuna menyeruput sedikit teh dengan bau lemon dan madu yang kubuat untuknya tadi.
"Yah... Dan wajahku adalah keindahan untuk pengelihatan, benar 'kan, Nuna?" tuturku membuatnya memutar bola mata.
"Aku akan meng-iyakannya saja. Sedikit banyak, aku membuatmu bahagia dan menambah berkat untuk diriku sendiri." balasnya cuek. Aku mendesis, ia menyenangkan ku di awal, tapi membuatku kesal pada akhirnya.
"Nuna terlalu dramatis, kalimat itu mungkin benar, tapi Nuna tak perlu se-detail itu." keluhku.
Joohyun Nuna terkekeh, entah apa yang lucu baginya, yang jelas ia menyebalkan karena tertawa sekarang.
"Kau tidak tahu, kalau aroma saat kau bertumbuh dewasa juga berbeda." ucapnya. Ia menghela nafas. "Lihatlah nanti jika ada wanita yang menarik perhatianmu karena aromanya. Ah, tak hanya aroma. Awas kalau kau jatuh cinta pada seseorang bukan karena pandangan matamu padanya." sedikit banyak, aku merasa disumpahi panjang lebar.
"Nuna menyumpahi ku?" aku menaikkan satu alisku. Sejak kapan Joohyun Nuna berubah jadi iblis?
Nuna menggeleng, "Mana mungkin Nuna tega menyumpahi adik satu ini? Sudah ya, ingat apa kataku tadi. Nuna harus menjemput Binnie terlebih dahulu. Sampai nanti, adik manis!" Nuna melangkah pergi setelah mengacak rambutku dan memanggilku dengan sebutan menyebalkan itu.
"Nuna!". Menyebalkan. Seperti biasa.
Jatuh cinta? Karena indra selain mata?
Well, aku lumayan suka aroma kayu manis yang tak terlalu kuat di cafe ku. Para pelanggan juga lumayan suka.
Tapi apa itu berlaku untuk jatuh cinta?
Entah, aku saja belum pernah jatuh cinta.
Eish, menyebalkan. Aku jadi benar-benar memikirkan kata-kata Joohyun Nuna. batinku, meninggalkan meja dan menuju kasir kembali.
Yah, tak ada kerjaan memang. Tapi, mengawasi orang-orang dengan percakapan singkat sambil bertatap mata adalah hal menyenangkan.
Kau tahu, orang-orang lebih sering berhubungan dengan media sosial.
'Ka-Talk! Ka-Talk! Ka-Talk!'
Notifikasi ponselku berbunyi beberapa kali, melihat sebuah pesan dari Byul Yi, sahabat dan partner ku.
Tumben, biasanya menelpon. aku membatin bingung dan membuka ruang obrolan. Cukup mengejutkan.
Moonbyul
ㄴ Jin, maaf aku tak bisa ke cafe hari ini. (15:36)
ㄴ Yesol merajuk minta ditemani, maaf ya. (15:36)
ㄴ Aku mengirim temanku, jadi tenang saja. Dia lebih pandai bernyanyi dariku, perlakukan dia dengan baik. Bye! (15:37)Aku mendesis. Dia bahkan tak menyebut nama temannya.
Jin
Namanya? Laki-laki atau perempuan? Eish. (15:40)Yah, aku membalas seperti orang bodoh. Menyebalkan memang, kadang Byul Yi atau yang biasa dipanggil Moonbyul memang ceroboh.
'Ka-Talk!'
Notifikasi pesan dari ruang obrolan Moonbyul kembali berbunyi. Membuatku otomatis membuka pesan darinya.
Moonbyul
ㄴ Oh iya. Perempuan, namanya Seungwan. Aku lupa nama panggungnya, jadi tanyakan sendiri. (15:42)Aku menutup ruang obrolan. Yah, setidaknya nama asli cukup.
Seungwan? Gadis seperti apa? Ah, biarlah. Nanti aku juga tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense
Fanfiction"Kau tahu Jin? Keindahan tak hanya bisa diketahui melalui indra pengelihatan. Namun juga indra lainnya." ㅡBae Joohyun, Irene. Bagi Kim Seokjin, semua hal yang dirasa indranya juga adalah hal biasa baginya. Sampai, kalimat sang saudara tak sedarah Ir...