L;ie

116 14 0
                                    

Pertanyaan Hoseok benar-benar menohokku. Entah dari mana, aku bahkan tak tahu dia tahu jawabannya atau tidak.

Seperti kata Yoongi Hyung, aku tak boleh membeberkan kepada mereka. Terutama Jimin dan Taehyung yang notabenenya bahkan belum bisa mengurus masalah sendiri.

"Eoh? Yoongi Hyung dan Jin Hyung kenapa?"

Kumohon. Untuk saat ini saja, jangan pakai ketelitianmu, Jung Hoseok.

Melihat wajah datar Hoseok membuatku sedikit merinding. Hoseok yang selalu tersenyum menatapku tanpa ekspresi seperti itu.

"Kau bahkan tak mau jujur, dihadapanku sekalipun?" tanya Hoseok. Menohokku dalam, tepat.

Hoseok, teman seumurku. Paham betul tentang aku. Yang cukup lama mengenalku walau kami sering dikira canggung.

Ha, apakah canggung dengan
orang lain membuat dia mengenali orang lain dengan baik? Tentu saja tidak.

Ditambah lagi mulut Hoseok yang berubah menjadi "ㅅ" membuatku sadar.

Dia tahu aku berbohong 'kan?

Merasa bersalah? Sedikit. Aku akan merasa lebih bersalah jika dia tahu segalanya dan membuatnya panik.

"Sudahlah, aku akan menjenguk Xiumin Hyung lalu ke studio tari." ucapnya menggerutu. Yah, itu lebih baik.

Tunggu.

Apa katanya?

Mataku membelalak, menajamkan pendengaranku.

"Aku sudah tahu, Namjoon-a. Jangan berbohong." ucapnya yang masih duduk dibangku Mon Studio milikku.

"Dari siapa?"

Hoseok menghela nafasnya, "Yaa, apa kau lupa bagaimana pun, Jongin dan Yixing Hyung masih satu tempat denganku?" tanyanya.

"Kau berpikir kami akan panik sementara disini kau lah yang tidak berpikir panjang, bahkan Seulgi, dan Eunbi sudah tahu." tuturnya lagi.

"Seulgi dan Eunbi Hwang? Tahu darimana mereka?" tanyaku. Ini aneh. Aneh, aneh, aneh.

"Irene Nuna." jawabnya singkat.

Aku mengusap wajahku kasar, Irene Nuna benar-benar ugh-

"Pergilah, Hope. Aku ingin sendiri sebentar." ucapku mengusir Hoseok halus. Hoseok menepuk pundakku, "Tenanglah. Aku masih dipihakmu. Para Maknae lebih baik dibiarkan dengan keadaan sekarang." ucap Hoseok.

"Maaf melibatkanmu dalam kebohongan."

"Dasar IQ 148 namun bodoh."

Hoseok melangkah pergi, meninggalkanku termenung distudio dingin penuh alat komposisi musik.

Aku mengacak rambut kasar. Meraih ponsel hitam dengan sedikit retakan itu. Aku membuka kontak, mencari satu kontak yang jarang kuhubungi.

Irene

Aku menekan panggilan. Irene Nuna sedikit memancing emosiku. Aku mengerti jika Jongin dan Yixing Hyung yang tahuㅡ mereka tinggal bersama Xiumin Hyung seperti Jin Hyung tinggal dengan kami.

"Yeobseyo?"

"Nuna, apa maksudmu memberi tahu kondisi Jin Hyung dan Xiumin Hyung pada Seulgi dan Eunbi, eoh!?" nada bicaraku naik satu oktaf. Silahkan sebut aku tak sopan, tapi aku diambang kesabaranku.

"Rapmon? Yaa, kenapa kau malah membentakku? Aku hanya bilang kalau Xiumin Oppa kecelakaan! Tak ada lainnya." kerasnya.

"Ha. Kau sebut itu 'hanya'? Kau mengenal Jin Hyung jauh lebih lama dari aku, benar? Tapi kenapa kau bahkan tak mengenal sikapnya, nona sok tahu?" aku membentaknya lagi.

SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang