B;rother or Other?

129 13 0
                                        

It doesn't matter if it hurts, make it tighter so it can't hurt even more.

BTS' "Blood, Sweat, Tears"

Ini gila. Sojung... Yang hilang lima tahun lalu kini kembali dihadapanku. Tangannya kini tengah memeluk Eunwoo. Ini gila, gila, gila.

Sojung melepas pelukannya pada Eunwoo, "Kau baik-baik saja, anak muda?" tanyanya pada Eunwoo dan dijawabi anggukan oleh Eunwoo.

Sojung melangkah mendekat, membuat Suho Hyung menoleh. "Yaa. Sowon? Kau masih hidup?" tanya Suho Hyung. Jangankan suara Suho Hyung yang bergetar. Kalau bukan karena sofa yang ada dihadapanku, aku mungkin sudah jatuh dilantai.

Sojung. Kim Sojung.

Gadis itu, satu-satunya harapan yang aku punya dulu. Kini dia didepan mataku, tersenyum dengan manisnya seolah ia tak pernah berbuat apapun yang meninggalkan luka.

"Hai, sudah lama tak jumpa." ucapnya manis.

"Sojung? Kau kemana saja selama ini?" tanyaku bergetar, mataku menoleh kesana kemari, tak kunjung menemukan titik fokus, "K-kata Chanyeol, kau sudah... Mati..." ucapku terbata lagi, masih tak percaya dengan pemandangan dihadapanku.

Gadisku, matanya masih bersinar seperti dulu, seolah bintang adalah matanya. Senyumnya masih hangat, seolah matahari adalah senyumnya.

Tapi keberadaannya membuatku gentar, seolah pasung kematianku adalah dirinya.

Sojung menggeleng lemah, "Aku tidak mati. Hanya dilarikan keluar negeri." ucapnya, terdengar sangat lirih. Aku bisa dengar perasaannya yang sakit disuaranya.

Aku melangkah, mendekati gadis yang dulu menjadi pujaan hatiku sebelum pengalaman bagai kematian itu datang. Gadis itu berubah menjadi wanita dewasa. Rambut panjang sedikit bergelombang, matanya panjang dengan tatapan bagai anak anjing manis, tetap sama.

Tanganku dengan gemetar meraih pundaknya, seolah masih tak percaya bahwa gadis yang dahulu lenyap ditelan bumi, kini hadir lagi seperti kembang api kejutan ditengah keriuhan.

"Sojung? Kau Sowon 'kan? Kau kemana saja? Apa kau tertidur selama itu? Apa ka-" ia membungkamku dengan kecupan singkat. Membuat mata kosong tanpa emosiku membelalak kaget. Sejak kapan Sojung mau mencium bibir orang lain selain suami masa depannya?

Dia tersenyum samar, "Aku hanya liburan dan belajar. Aku baik-baik saja. Aku tertidur satu tahun." ucapnya menjawab beberapa.

Apa?

Tanganku merosot perlahan dari pundaknya dan tersenyum sinis. "Katamu hanya, Sojung?" tanyaku tak percaya. Aku yakin Sojung tahu. Aku pikir dia mengerti.

Sayangnya, tidak.

Sojung masih menatap tanpa rasa bersalah, "Kenapa?"

Darahku mendidih keubun-ubun, "Kenapa? KENAPA!?" suaraku naik satu oktaf, "Bagaimana? Bagaimana rasanya kehilangan, mau merasakan?" tanyaku, masih sama dengan kondisiku tadi.

Buruk.

"Bagaimana menurutmu? Kau tahu? Rasanya aku membunuh dirimu karena membiarkanmu bermain dengan Sungwoon dulu?"

Aku mengguncang pundak Sojung, "Bagaimana kau pikir, hah!? Video saat dia menghantam tongkat baseball, bahkan suara jeritanmu, tawa mereka, sampai wajah menangis dan kedipan terakhirmu berlunur darah! Aku masih bisa melihatnya, Sojung!" bentakku padanya, tanganku ku banting keras, melepaskan Sojung yang tertunduk takut.

Suho Hyung menahan pundakku, seolah memerintah mundur pada Sojung yang ada dihadapan kami.

Lagi, Joohyun Nuna sudah ada dipintu utama. Matanya terbelalak, tas mahal nya jatuh dari genggaman nya sehingga menarik perhatian Sojung.

"Eonni..." panggil Sojung lirih.

"S-Sowon-a.... Kau...." Irene Nuna berkata, seolah tak mampu merangkai kata menjadi kalimat. Kakinya bergetar, melangkah satu langkah kebelakang menahan beban.

"Ha... Aku sudah gila." ucap Irene Nuna. Nuna menggeleng, "Kata Jisung kau mati di aniaya Sungwoon..." ucap Joohyun Nuna mengalihkan pandangan, menolak melihat Sojung dengan ekspresinya yang sangat menyakitkan.

Aku bisa dengar Suho Hyung menghela nafasnya lelah, ia menarikku bersama Eunwoo, "Irene, tolong urus Sowon. Atau kalian harus kuantar juga?" tanya Suho Hyung membuyarkan suasana.

Sojung dan Joohyun Nuna menoleh bingung, sama seperti aku.

"Kakakmu, Xiumin Hyung memburuk." tuturnya lebih seperti berbisik padaku membuatku spontan menepis tangan Suho Hyung dan berlari ke mobilㅡ

"Jin Oppa!"

ㅡjika saja Sojung tidak menahan tanganku. Matanya menatap memohon, "Tak bisakah kita bicara sebentar? Aku mohon..." mintanya memelas.

Pertarungan batin, entah mana yang harus aku pilih.

Seorang masa lalu, atau kakakku sendiri?

"Jin... Hyung..." Eunwoo bersuara.

Aku menghela nafasku berat, "Maaf, Sojung-a. Mungkin lain kali." ucapku menepis tangannya lembut, seolah dia adalah karya seni yang akan hancur jika aku kasari.

Aku berlari, menuju mobil Suho Hyung yang aku pegang kuncinya.

Hyung, maafkan aku sempat berfikir dua kali untuk menghampirimu.

SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang