I;mpossible

146 19 1
                                    

Suara getaran ponsel membuat Jin sedikit tersadar dari lamunan. Dikamarnya, dirumahnya. Bukan milik Bangtan, tapi rumahnya dan sang kakak, Minseok alias Xiumin.

Sebuah panggilan dari nama kontak "Rene Nuna" membuat Jin sedikit ragu untuk menjawabnya. Namun, tetap saja tak tega jika tak menyahuti nama kontak yang ditulis oleh Joohyun itu.

"Yeob-" "Kenapa kau tadi di Rumah Sakit?" sergah Joohyun cepat tanpa basa-basi. Ditambah, suara Jin lebih tak bersemangat seperti biasanya.

"Aku baik-baik saja Bae Joohyun Nuna." sahut Jin dengan nada sedikit tak suka. Ia agak sensitif sekarang.

"Memangnya kata siapa aku di Rumah Sakit? Lagipula di Rumah Sakit mana?" tanya Jin membanting tubuhnya ke kasurnya, menatap langit dan memijat pelipisnya pelan. Kepalanya sakit sekali sekarang.

"Binnie. Yoobin melihat mu di Rumah Sakit Yehwa saat dia menjenguk Hyejin. Bahkan dia melihatmu bersama Seungwan dan Yoongi. Ah, jangan lupakan ada Junmyeon dan Kyungsoo." ucap Joohyun mendetail.

Jin terbangun, "Nuna, kau kenal Wendy?" tanya Jin kaget. Tentu saja. Selama bertahun-tahun, Jin tak pernah tahu kalau Joohyun punya teman seperti Wendy.

"Heh, tentu saja. Untuk informasi, Seulgi juga mengenalnya. Junmyeon dan aku yakin Xiu Oppa kenal dengannya." ucap Joohyun.

Jin memutar bola matanya, sebal.

Kakaknya disebut.

"Diamlah. Aku tidak mood bicara." ucap Jin mendadak kembali berbaring ke kasurnya dengan nada dingin, membuat Joohyun menghela nafasnya lagi. "Jin, ceritalah padaku jika kau punya masalah." ucapnya.

"Benarkah?" tanya Jin dengan nada pelan yang dijawab gumaman oleh Joohyun. Dia benar-benar lelah bahkan hanya untuk bicara.

"Minseok Hyung kecelakaan, Nuna." ucap Jin menggantung, membiarkan pertanyaan Joohyun yang terus menghujani pendengaran nya, "Kondisinya cukup parah. Aku harus bagaimana?" tanyanya pada Joohyun.

Suara Jin diseberan telfon terbengar putus asa bagi Joohyun. Selama bersahabat dengan Jin, Jin baru kedua kalinya menunjukkan sisi selemah ini. Ya, dahulu sekali, ia pernah menunjukkannya.

"Kau dirumah?" tanya Joohyun.

"Dirumah aku dan Hyung. Aku sedang bersama Yoongi." ucapnya.

Setelah mengatakan  'tunggu disana' pada Jin, Joohyun mematikan telfonnya sepihak.

Tidak.

Tidak boleh.

Sebelas tahun Joohyun mengenal Jin sejak Jin masih SMP, ia tak ingin kehilangan Jin walau hanya hampir seperti beberapa tahun lalu.

Cukup. Ia tahu kelemahan Jin untuk saat ini, ia tak mau kelemahan itu menarik Jin kembali kesendirian gelapnya.

Joohyun meraih mantel dan kunci mobilnya dengan buru-buru, "Yoobin! Ayo pergi sekarang!" panggilnya membuat gadis bernama Yoobin atau biasa disapa Binnie itu sedikit bingung namun memilih menurut.

Dari garasinya, Joohyun menancap mobilnya cepat, sembari satu tangan mengontrol setir, tangannya yang satu terus begerak mencari sebuah nama kontak diponsel.

'Min Yoongi'

Sebuah tombol panggilan ditekan untuk menghubungi Yoongi yang katanya bersama Jin saat ini.

"Yeobseyo? Nuna? Tumben, ada apa?" sapa Yoongi dengan pertanyaan dari telfon.

"Yoongi-yaa, kau sedang bersama Jin? Apa di rumah suasananya sepi? Kamar Jin tidak gelap 'kan?" tanya Joohyun bertubi-tubi, dengan nada panik. Matanya berfokus pada jalanan berharap tak ada polisi maupun bahaya menimpanya.

"Eoh? Aku sedang keluar, Jin Hyung belum makan. Rumah Jin Hyung lebih dari sepi, dia mengunci diri di kamar." jawab Yoongi santai tapi membuat darah Joohyun mendidih.

"Yaa! Cepat kembali kerumah itu, kau tak mau kejadian sembilan tahun lalu terjadi 'kan!?" bentak Joohyun membuat Yoongi memutar otak.

Shit.

Yoongi mematikan ponsel sepihak membuat Joohyun sedikit makin panik, sedangkan Yoongi langsung berlari meninggalkan restoran yang ia kunjungi barusan. Ia panik, merutuki dirinya sendiri dalam hati.

Sampainya depan pintu rumah, Yoongi dengan penuh peluh dan nafas terengah mengetik password rumah itu. Kakinya langsung berlari menyalakan seluruh lampu dan berlari menuju kamar Jin.

Kosong.

Matanya terbelalak dan melihat kesegala arah. Dapur.

Dirinya berlari, menuju ruangan penuh alat tajam itu. Matanya membelalak untuk kesekian kalinya.

Jin yang tengah melihat ke lemari pisau.

"Hyuny!" panggil Yoongi menarik Jin dari dapur.

"Apa?" tanya Jin santai.

Melihat wajah khawatir Yoongi. Bahkan melihat seorang Min Yoongi yang benci berkeringat dan bergerak kini melakukan hal yang dibencinya karena dirinya membuat Jin menghela nafas dan memaksakan sebuah senyum.

"Aku tak apa. Aku tak melakukan hal bodoh." ucap Jin lembut mengacak rambut Yoongi.

Oh, tidak.

Ini yang paling menyeramkan.

Jin, kini bersikap normal seolah tak apa-apa.

Dari segala hal, inilah yang paling mengerikan.

SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang