Persetan dengan pintu mobil yang aku banting. Aku khawatir pada Jin untuk sekarang.
"Eonni! Jin Oppa kenapa, eoh? Kalian ada masalah?" tanya Yoobin dengan wajahnya sedikit cemas. Bahkan Jinyoung yang tadi mau ikut juga menatap demikian padaku.
Aku menggeleng dan berjalan masuk. Toh kedua adikku bisa masuk sendiri.
Aku menyusuri sekitar rumah. Kamar Jin.
Tujuan utamaku adalah kamarnya.
Aku membuka pintu kasar, lebih tepatnya dibanting olehku. Membiarkan aku melihat pemandangan yang aku harapkan walau tidak terlalu.
Jin sedang bermain bersama Jjanggu anjingnya, mengacuhkan Yoongi yang ada di sekitarnya ditengah keredupan kamrnya.
Aku menghela nafas ku kasar. Perasaan khawatir yang mencekikku kini terlepas sedikit, sampai aku berlari kecil kearah Jin melupakan tas ku yang terjatuh didepan pintu.
"Astaga Jin, syukurlah kau baik-baik saja." ujarku mendengus berjalan mendekat. Tapi respon dari Jin membuatku sadar ada yang aneh. Hal yang membuat Yoongi sendiri bingung harus bagaimana.
Jin tidak merespon, tapi tetap tertawa dengan Jjanggu.
Matanya, tidak seperti biasa. Bukan- itu mata yang tak pernah ingin ku lihat lagi.
"Yoongi..." panggilku pada Yoongi, menatap Yoongi yang terduduk dihadapan Jin dengan tangan terkepal kuat. Bahkan uratnya terlihat jelas.
"Yoongi, Jin hanya iseng mengabaikan kita 'kan?" tanyaku memaksa.
Kumohon.
Jawablah dengan 'iya'.
Yoongi menggeleng. "Jangan lari dari fakta didepan dirimu, Nuna." ucapnya dengan mata dingin.
Tidak. Ini bukan Jin.
"Anak Bangtan belum ada yang tahu 'kan?" tanyaku diangguki oleh Yoongi.
Keparat.
"Jin." aku duduk disebelah Jin, "Ini aku. Joohyun Nuna."
Tak ada jawaban.
"Jin." panggilku lagi. Berkali-kali.
Tak ada jawaban. Hanya tawa kosong dengan tatapan entah kemana yang diberikan oleh Jin.
Hanya Jjanggu yang seolah ada disekitarnya.
"Nuna. Jin Hyung kenapa?" Jinyoung menginterupsi fokusku dari Jin. Aku menggeleng. Jin baik-baik saja.
"Tak kenapa-napa. Jinyoung, minta Yoobin memanggil Dokter Lee." titahku.
Mata Yoongi melebar, menepis tanganku dari Jin, "Kau gila!? Apa maksudmu memanggilnya kesini!?" bentak Yoongi. Ia bangkit dan matanya memerah, rahangnya terlihat mengeras.
Aku meneguk saliva kasar. Ya. Inilah Yoongi jika sudah menyangkut Jin.
"Yoongi. Ini sudah bukan urusanmu. Xiumin Oppa mengenalku lebih dan mempercayakan Jin padaku!" ucapku tajam.
Yoongi memutar bola matanya, "Tapi Xiumin Hyung juga memintaku bersama Jin Hyung! Aku tinggal bersamanya tujuh tahun, aku lebih tahu!" Yoongi membentak, membicarakan fakta yang menyudutkanku.
Yoongi marah besar.
"Hyung! Jangan membentak Nunaku!" Jinyoung menyela pembicaraan kami.
Melihat Jinyoung, Yoongi mendecih. Meninggalkan kami dan kembali ke hadapan Jin yang bahkan tak meliriknya sedetikpun.
Yoobin datang menarik Jinyoung, "Jinyoung-a. Ayo ikut Nuna."
![](https://img.wattpad.com/cover/114901572-288-k418921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense
Fanfiction"Kau tahu Jin? Keindahan tak hanya bisa diketahui melalui indra pengelihatan. Namun juga indra lainnya." ㅡBae Joohyun, Irene. Bagi Kim Seokjin, semua hal yang dirasa indranya juga adalah hal biasa baginya. Sampai, kalimat sang saudara tak sedarah Ir...