Jarum pendek di jam mulai menunjuk kearah angka 4. Sedangkan gadis yang diberitahu Moonbyul masih belum datang. Padahal, musik cafe biasa dimulai pukul 4 lewat 15 menit.
Keparat, aku lupa anggota band Moonbyul tak ikut datang, Jin membatin, mengacak rambutnya frustasi. Entah kesialan apa yang menimpanya hari ini.
Diceramahi Irene, Moobyul yang tak bisa datang, penyanyi bernama Seungwan yang tak kunjung datang.
Tiga masalah dan semuanya dengan para gadis. Luar biasa.
'Tring'
Suara lonceng diatas pintu cafe penanda tamu datang ke cafe hangat itu membuat Jin refleks menoleh kearah pintu dan memberi salam-
"Selamat da- aish, ternyata kau, Hyung."
-yang tak selesai karena ia sadar, tamu cafe nya adalah Kakaknya sendiri.
Kim Minseok, kakak laki-laki yang terpaut dua tahun dari Jin dan dikenal sebagai Xiumin. Kalau boleh jujur, Jin kadang muak dengan kakaknya.
Daripada muak, lebih tepatnya Jin tak berani mengekspresikan rasa rindunya pada sang kakak yang arsitek sibuk. Sikap pelawak Jin juga sebenarnya tak jauh dari sang kakak, tapi ketika bertemu sang kakak, Jin menjadi dingin.
Silahkan kalian sebut dia tsundere. Memang begitulah Jin dengan kakaknya.
"Jin, tak bisakah kau sambut kakakmu dengan lebih manis?" ucap Xiumin usil.
"Iya kakakku yang imut." sahut Jin sok manis. Karena imut yang dimaksud Jin adalah tubuh sang kakak yang lebih pendek enam sentimeter darinya.
"Jin, kau harusnya berterimakasih pada kakakmu ini, bukan menghina." Xiumin duduk di bangku didepan tempat pemesan meninggalkan Jin dengan wajah bingung. Kalau boleh jujur, itu adalah bangku untuk teman Jin yang menemaninya mengobrol selagi bekerja.
Toh ini cafe nya, semua yang ada disana adalah aturannya.
"Kenapa begitu? Kau hanya telat lima menit." ucap Xiumin entah pada siapa. Ara pengelihatannya yang melihat kearah pintu membuat Jin ikut mengarahkan pandangannya pada pintu.
Seorang gadis dengan rambut hitam-abu-abu dengan warna coklat terang pada bagian rambut bawahnya. Matanya murni seperti kristal dan memandang bingung pada dua bersaudara Kim tersebut.
"Cafe milik Kim Seokjin?" tanyanya pelan pada Kim bersaudara dan diangguki sebagai pembenaran oleh Jin.
"Biar kutebak. Seungwan yang diutus Moonbyul?" tanya Jin.
Helaan nafas lega terdengar sebelum anggukan antusias dari Seungwan. "Heum. Panggil saja Wendy." perkenalannya.
"Panggil aku Jin. Ah, kalau mau bernyanyi, aku tak yakin apa bisa. Moonbyul tak mengirim band nya hari ini, ugh." keluh Jin sembari memberi info pada gadis yang meminta dirinya disapa Wendy.
Wendy menggeleng cepat, "Tak masalah! Aku sering bernyanyi secara acapella. Boleh?" tanya nya meminta izin. Matanya berbinar. Sungguh orang yang ekspresif.
"A-ah... Ya, silahkan." Jin membiarkan gadis itu, membuatnya berlari segera keatas panggung kecil diruangan bernuansa hangat itu meninggalkan Jin tercengang.
Entah apa, kata-kata Irene menjadi nyata baginya.
Aroma yang pertama kali ia temukan, membuatnya sedikit bingung dengan gadis penyanyi itu, wanginya langka. Sepertinya unik?, Jin membatin sendiri.
'Tuk Tuk'
Bunyi suara mic diketuk dari atas panggung menarik atensi Jin dan Xiumin, juga para pelanggan. "Maaf atas keterlambatanku! Khusus hari ini, akan ada panggung acapella disini. Jadi, harap nikmati!" ucap gadis itu semangat melalui mikrofon.
"Temanmu Jin?" tanya Xiumin pada sang adik. Jin menggeleng, "Dia teman Moonbyul, Hyung. Karena adik Moonbyul merajuk, akhirnya dia kesini." jawab Jin seadanya.
"Cantik lho. Kau tak mau?" tanya Xiumin, menaik-naikan alisnya sambil tersenyum usil menggoda si adik bungsu. Sedangkan si bungsu hanya memutar bola mata membiarkan senyum meremehkan diwajah tampannya merekah, "Sadarlah Hyung. Apa kabar kekasihmu dulu? Tak kau kenalkan padaku, langsung putus pula." balas Jin pedas yang membuat sang Kakak merengut sebal.
Perhatian Jin kembali pada gadis didepan panggung. Gadis itu sedikit mengatur echo dan volume mikrofonnya.
"Semoga kalian menikmati penampilannya!" ucapnya membuka suasana.
Jin terdiam, terlarut dalam sunyi sampai suara manis dari Wendy memasuki telinganya yang berhasil membuatnya tercengang. Tak aneh kenapa Moonbyul mengatakan Wendy lebih baik darinya, walau menurut Jin, Moonbyul cukup pandai bernyanyi.
Lagu "L.O.V.E" yang tak lain dinyanyikan oleh Nat King Cole. Salah satu lagu yang cukup sering Jin dengarkan saat dirumah bersama kawan-kawannya.
Lagu itu luar biasa ditelinga Jin. Lagu versi acapella yang dibawakan Wendy terdengar luar biasa.
"Wah, Jin? Kau temukan dimana penyanyi sebagus dia?" Xiumin menarik Jin dari hening kekaguman nya pada Wendy.
"Sudah kubilang, dia teman Moonbyul." sahut Jin tanpa menoleh. "Tapi aku juga tak tahu kalau Moonbyul punya teman penyanyi sehebat ini." sambungnya kagum.
Melihat reaksi Jin yang tak mengalihkan pandangan dari Wendy membuat Xiumin terkikik pelan. Dia tahu adiknya polos masalah percintaan. Ia cukup populer dahulu, bahkan saat sekolah kelas 3 SMP, Jin yang bersekolah di sekolah khusus pria mendapat 16 bunga.
Xiumin harus mengakui, adiknya tampan. Tapi sayang, kalau masalah percempuan, dia polos mendekati bodoh.
"Jin-a, sepertinya tidak sopan menatap wanita seperti itu." goda Xiumin pada adiknya yang masih terbengong melihat Wendy.
"Ha? Aku hanya kagum Hyung. Jarang penyanyi berbakat seusia Wendy. Entah sih, aku tak tahu dia umur berapa." ucap Jin merengut, mengundang tawa sang kakak. "Akuilah, Hyung. Acapella gadis itu bagus. Padahal bisa saja orang kehabisan nafas kalau tidak di back-up MR atau musik.
Xiumin hanya mengangguk. Haah... Sepertinya aku terlalu melindungi Jin. batin Xiumin dengan wajah yang sulit diartikan.
"Oh iya, Hyung pulang kerumah? Lembur? Atau ke tempat geng EXO?" tanya Jin mendadak dengan tangan yang sibuk membuat minuman. Yah... Tempat EXO memang tempat Xiumin dengan teman-temannya. Tak jarang Jin kesana untuk menjemput Xiumin jika Xiumin mabuk disana.
Jangan tanya Jin atau Xiumin apa arti EXO, karena jawaban mereka akan sama.
Rumah kedua Xiumin.
"Ah, Hyung akan ke tempat lembur. Kalau telalu malam. Hyung akan ketempat EXO." tutur Xiumin dengan senyumnya.
Jin bukan orang tak peka, ia tahu sang Kakak lelah. Menjadi arsitek bukan hal ringan. Sisi tsundere ketika berhadapan dengan Xiumin masih tak mau kalah, Jin hanya meletakkan segelas americano dihadapan Xiumin.
"Aku akan menginap ditempat Bangtan kalau begitu. Dirumah sedikit bosan walau ada Jjanggu." ucap Jin tanpa menatap kakaknya. Xiumin tersenyum gemas, melihat adiknya sepertinya sudah tsundere akut kalau dengannya.
"Ya ya. Terimakasih, Seokjin-ie."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense
Fanfiction"Kau tahu Jin? Keindahan tak hanya bisa diketahui melalui indra pengelihatan. Namun juga indra lainnya." ㅡBae Joohyun, Irene. Bagi Kim Seokjin, semua hal yang dirasa indranya juga adalah hal biasa baginya. Sampai, kalimat sang saudara tak sedarah Ir...