Penampilan Wendy cukup menuai banyak pujian para pelanggan. Ini sudah 10 lebih 27 menit dan sudah luar biasa banyak pelanggan memuji suara Wendy.
Gadis itu cantik, suaranya sangat hangat.
Apa gadis itu temanmu? Dia penyanyi yang hebat.
Seharusnya dia jadi artis.
Cantik, manis, dan suaranya indah. Terlihat ramah, ah, aku ingin menjadikannya menantuku.
Dan lainnya.
Jin cukup takjub melihat Wendy yang bahkan bisa akrab dengan pelanggan balita. Wendy benar-benar partner kerja luar biasa.
"Nona, silahkan istirahat dulu. Bahkan sudah jam pulang." Jin menyodorkan segelas teh dingin pada Wendy. Wendy meraih gelas teh itu, membiarkan sedikit dari jari indahnya menyentuh kulit tangan Jin. "Terimakasih, maaf merepotkanmu." ucap Wendy sedikit membungkuk tidak enak.
Jin menggeleng cepat. Sungguh, harusnya Jin memberi bonus untuk Wendy, kenapa ia malah minta maaf.
"Jangan minta maaf, Wendy. Harusnya aku berterimakasih padamu, pelanggan suka nyanyianmu." ucap Jin tulus, "Ah, jangan lupakan terimakasih pada Moonbyul yang mengutus mu untuk menggantikannya." sambung Jin membuat suara tawa kecil keluar dari mulut Wendy.
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu. Aku terlalu gugup dipanggung, aku pikir suaraku pecah." ucap Wendy menyeruput minumannya.
Jin meninggalkan Wendy sesaat setelah meminta izin untuk ke kasir sebentar. Dua orang datang yang tak lain sahabat bagai saudara Jin.
"Ada apa kesini?" tanya Jin santai pada dua lelaki yang lebih pendek darinya tersebut. Satu lelaki menunjuk pada pria yang lebih sedikit lebih pendek darinya.
"Tanya Yoongi Hyung. Yoongi Hyung memaksaku ikut kesini tanpa bilang apapun, Hyung." tutur orang itu kesal.
"Yoongi? Ada apa? Biasa kau sendiri tanpa Hoseok." tanya Jin pada orang yang dipanggil Yoongi.
Ya, dua orang temannya yang sudah seperti adiknya sendiri. Sebenarnya masih ada empat orang lagi, tapi mereka ada di tempat Bangtan.
Min Yoongi dan Jung Hoseok. Yoongi yang dingin dipanggil Suga dan Hoseok yang ceria dipanggil J-Hope.
Yah... Mereka memang termasuk para kakak di Bangtan. Tapi dimata Jin, mereka tetap lah adik kecilnya walau hanya terpaut satu dan dua tahun."Tidak. Kukira kau kerepotan dengan pekerjaanmu hingga pulang telat, aku ingin menonton kau sibuk karena pekerjaan." ucap Yoongi datar. Jin mengalihkan pandangan dari dua adik tak sedarahnya ke arloji yang melingkar ditangannya. Benar saja, terlalu sibuk dengan pelanggan dan hidangan, Jin tak sadar jarum pendek jam mulai mendekat kearah 11.
Ia bahkan juga tak ingat sudah mengganti plang buka menjadi tutup.
"Yoongi Hyung yang membalik tanda tutupnya." ucap Hoseok mengerti raut kebingungan Jin.
Jin tersenyum. Jin memang tsundere pada kakaknya, tapi tidak pada orang lain. Jika orang menyebut kata tsundere, maka orang pertama yang muncul dipikiran Jin adalah seorang Min Yoongi.
Pendek. Putih seperti mayat. Bermulut pedas tapi hati beruang teddy.
Pelanggan terakhir keluar. Ia tak sadar sudah selarut ini. Mengingat Wendy yang notabene nya seorang perempuan di pukul sebelas malam yang belum pulang. Seaman apapun kota Seoul, tetap saja harus waspada?
"Wendy-ssi, mau ku antar pulang?" tanya Jin. Melihat Wendy menguap dengan mata sayu membuat Jin sedikit merasa bersalah. Wendy hanya menatap bingung dengan gumaman 'ya?' yang tak jelas.
"Mau aku antar?" ulang Jin maklum. Ia sudah bernyanyi sepanjang sore, pasti lelah apalagi sudah semalam ini.
"Ah, pukul berapa sekarang?" tanya Wendy.
"Hampir pukul sebelas. Bus malam pasti sepi." ujar Jin jujur. Mengetahui malam malam mendekati larut, Wendy tak mau mengambil resiko dan menyetujui penawaran Jin untuk diantar.
"Baiklah. Yoongi, Hoseok. Kalian juga ikut." kata Jin keluar diikuti keempat pemuda itu. Jin mengunci cafe nya. Menuju mobil dan meng-klik tombol kunci, menyalakan mobil tanpa masuk kedalamnyanya dan memanaskan mobilnya sebentar dan membuka pintu Wendy.
"Silahkan."
"Terimakasih."
Hoseok dan Yoongi yang melihat pemandangan dihadapan mereka hanya menggeleng. Mereka tahu Hyung mereka adalah seorang gentleman jika dihadapan wanita. Mereka tahu itu hanya sopan santun.
Lagipula, Hyung tak sedarah mereka sedang waras.
Perjalanan kerumah Wendy sedikit memakan waktu. Sepertinya banyak yang lembur, ditambah daerah sibuk Gang-nam membutnya lebih lama. Dimobil hanya ada suara candaan Hoseok yang ditanggapi Yoongi secara pedas membuat Wendy tertawa sesekali karena lelucon mereka.
"Wendy, kalau boleh kutahu, kau umur berapa?" Hoseok bertanya pada Wendy. Hoseok tak suka jika tak semua membuka suara. Itu tak menyenangkan.
"Ah? Aku kelahiran 1994." jawab Wendy.
"Whoa? Kau seumur denganku! Jin Hyung dan Yoongi Hyung adalah Oppa mu." tutur Hoseok jujur.
"Ah... Benarkah? Aku tak sadar kalau mereka lebih tua..." Wendy mengangguk-anggukkan kepalanya.
Lama mengobrol, hingga akhirnya Jin menginjak rem didepan rumah Wendy, lagi, Jin yang masih dengan gentleman's manner nya membuka pintu untuk Wendy.
"Eum, maaf karena membuat mu terlambat pulang." ucap Jin tak enak. Wendy menggeleng, "Tenang saja. Seunghee Eonni pasti mengerti." ucap Wendy.
"Kalau begitu-" "Ah, boleh aku minta nomormu? Yesol sering bermanja pada Moonbyul. Aku takut jika dia tak bisa datang lagi, boleh?" tanya Jin. Jin sadar dia membuat Wendy sedikit merasa canggung menjadi sedikit panik. "Ah, tak masalah kalau tak mau." sambungnya lagi.
Wendy mengambil kertas note kecil disakunya lalu menulis nomor ponselnya disana. "Tak apa, Oppa. Lagi pula Byul-i Eonni juga sepertinya akan sibuk beberapa hari." tutur Wendy. Wendy membungkuk sedikit, melambaikan tangan berpamitan pada tiga lelaki yang mengantarnya dengan senyum manis.
Hari semakin larut, Jin dan adik-adkinya juga harus pulang
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense
Fanfiction"Kau tahu Jin? Keindahan tak hanya bisa diketahui melalui indra pengelihatan. Namun juga indra lainnya." ㅡBae Joohyun, Irene. Bagi Kim Seokjin, semua hal yang dirasa indranya juga adalah hal biasa baginya. Sampai, kalimat sang saudara tak sedarah Ir...