M;ovement

121 13 0
                                    

Disinilah Jin, Eunwoo, dan Suho berada.

Di hadapan rumah N--alias Hakyeon--, kakak Eunwoo.

Bukan. Bukan baru sampai atau satu-dua menit. Tapi, disaat ini tak hanya N, tapi Ken juga berada disana.

"Jin? Kau baik-baik saja?" tanya Suho pelan. Jin mengangguk berat. Langkahnya berat, bahkan hanya untuk keluar dari mobil dan menekan bel.

'Ting Tong'

"Siapa disana?" tanya seseorang dari dalam. Suara yang Jin benar-benar kenal.

"A-aku, Hyung." jawab Jin.

"Oh?" seseorang menoleh keluar setelah membuka pintu.

Leo Hyung..., Jin membatin.

"Jin? Tumben kau datang? Ken tidak disini. Tapi kalau kau cari Hakyeon, dia didalam." ucap Leo sedikit dingin. Jangan salah sangka, Leo bahkan dianggap terlahir dengan image bertolak belakang dengan sifat aslinya.

"Aku hanya mau main. Ah, aku bertemu Eunwoo dijalan tadi."  ucap Jin sedikit berbohong lalu menarik Eunwoo.

Eunwoo menundukkan kepalanya, takut menatap mata dingin milik Leo.

"Eoh. Masuklah." ucap Leo mempersilahkan.

Jin masuk, melepas sepatunya diikuti Eunwoo dibelakangnya. Ia duduk diruang tamu kecil apartemen milik N dengan santai.

Tak lama, tujuh menit ia menunggu diruang tamu sembari berusaha bersikap santai, N keluar dari kamarnya dengan bathrobe masih menggantung ditubuhnya dan rambut yang sedikit basah.

Eunwoo minggir menuju pintu utama, meninggalkan Jin dan N yang diam dalam keterkejutan karena hadirnya Jin didalam rumahnya.

"Jin? Tumben sekali kau kemari? Ken tidak disini." ucapnya santai. Jin hanya mengangkat bahu santai, "Hanya ingin main." ucapnya membuat N mendengus santai. N melangkah ke kulkas, mengambil dua kaleng minuman dan duduk disamping Jin yang tengah menonton TV.

"Minumlah." ucap N. Jin mengangguk, namun tangannya masih mengganti tayangan terus dan terus.

"Yaa, apa tak ada satupun yang bagus?" tanya N melirik Jin.

"Hyung. Kurasa kau tahu apa mau ku datang kesini." ucap Jin tanpa menoleh. Jin malas basa basi saat serius, dan N tidak bodoh karena tidak tanggap dengan arti kedatangan Jin.

Sudah mengaku, hm?

N tertawa. Entah tawa manis atau mengerikan, tapi yang jelas, saat ini pisau dapur sudah menempel di kemeja milik Jin.

"Tentu. Mana mungkin aku tak sadar?" jawab N tersenyum. Jin terkekeh menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. "Jelas. Si serius N tidak mungkin tak sadar." ucap Jin.

"Bukankah akan bagus jika kau tidak meninggalkan jejak ketika bekerja, Hyung?" tanya Jin, sarkas.

N tersenyum, "Tentu saja. Namun sayang, tanganku berarti harus kotor dengan dua nyawa, bukan?" tanya N horor. Tangan kirinya memainkan pisau, "Kurasa akan kubereskan bocah itu setelah kau.".

"Matil-"

"Hakyeon Hyung!" suara nyaring Eunwoo menginterupsi aksi drama pembunuhan dihadapannya. Matanya memerah membelalak, nafas Eunwoo terengah melihat sang kakak yang selalu ia anggap keren menjadi pembunuh dihadapannya.

Namun bukan hanya itu.

Hatinya sakit, apa sang kakak pikir ia se-tidak berguna itu? Sampai-sampai sang kakak akan membunuhnya setelah Jin.

"Eunwoo? Kau mengganggu?" tanya N tajam.

Eunwoo bergetar hebat. Lihatlah pemandangan dihadapannya. Seolah ada dua kriminal profesional dihadapannya.

Yang satu, sang kakak berada di atas Jin dengan satu tangan menarik kerah Jin dan pisau yang hampir menancap ke leher Jin.
Dan yang lain, Jin. Dibawah N dengan raut wajah tanpa ekspresi seolah situasi itu bukanlah pertama kalinya.

Walau sebenarnya iya.

"Me-mengganggu? Apa nya yang mengganggu? APA YANG MENGGANGGU SAAT AKU MENGHENTIKAN KEJAHATANMU, HYUNG!" bentak Eunwoo bergetar. N lalu sesaat hampir melempar pisau kearah Eunwoo, membuat Eunwoo merunduk takut. Jika saja tangan Jin tidak menahan mata pisau itu, mungkin pisau itu sudah menancap pada Eunwoo.

N menatap tajam Jin, begitu juga sebaliknya.

"Kau, bedebah brengsek. Kau pikir apa hakmu merebut nyawamu atau bahkan adikmu? Serendah itu kah kau, Hakyeon?" ucap Jin tajam, tak memperdulikan tangannya yang berdarah menahan pisau N.

"Lalu setinggi apa kau, Kim Seokjin? Bahkan setelah kau lulus, tidak. Setelah sembilan tahun lalu, kau masih saja rendah dihadapanku." ucap N merendahkan, membuat rahang Jin mengeras.

"Diam kau, keparat. Kau tak tahu apa-apa. Aku tidak serendahmu yang mengorbankan keluarganya sendiri." iris Jin menajam. Bahkan Eunwoo dan satu orang yang tengah merengkuh Eunwoo dalam sembunyi gentar melihat Jin seperti ini.

"Dia bukan keluargaku. Lalu apa bedanya denganmu yang mengorbankan kawanmu?" sahut N, membuatnya bertele-tele.

"Hakyeon-a. Ada ap- YAA! Cha Hakyeon!" Leo terbelalak. Sedangkan kini dia melihat Suho dengan polisi masuk setelah dirinya berteriak.

"Cha Hakyeon. Anda ditangkap atas dasar percobaan pembunuhan. Jatuhkan senjata, balik badan dengan tangan terangkat!" ucap salah satu polisi.

N mendelik. Menjatuhkan pisaunya dari Jin dan berpindah dari sofa dan mengangkat tangannya.

Dua orang polisi lain menangkap tangan N dan memborgolnya. Sedangkan Leo, Suho, dan lainnya terdiam membiarkan N diseret oleh polisi.

"Jin-a. Kau baik-baik saja?" Suho menarik tangan Jin yang penuh darah. Sedangkan Jin hanya diam tak memberi respon.

"Suho-yaa. Eunwoo-yaa. Bisa jelaskan padaku?" tanya Leo. Baik Suho maupun Eunwoo tidak memberi sahutan. Eunwoo yang masih bergetar dalam rengkuhan seorang gadis sedangkan Suho yang sibuk dengan luka Jin.

"Leo, tolong ambilkan kotak obat." perintah Suho, memilih mengabaikan pertanyaan Leo. "Ada apa?" tanya Leo.

"Ambil saja, cepat!" bentak Suho membuat Leo mendengus namun terpaksa menurut.

Jin menoleh kearah Eunwoo. Namun sepertinya, kejutan belum berakhir.

Seseorang yang tengah memeluk Eunwoo bagai menenangkan adik kecil kini menatap balik pada Jin.

"Sojung-a..."

"J-Jin... Oppa..."

SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang