Y;ou

108 14 0
                                    

K A N T O R  kepolisian Gang-nam. Sekali lagi setelah beberapa Minggu. Enam? Atau delapan minggu mungkin. Setelah mendengar berita sang kakak, kini ia kembali untuk mengurus Irene.

"Seokjin-ssi?" Seorang polisi memanggil. Jin menoleh melihat sosok polisi yang jarak usianya tidak terlalu jauh darinya.

"Paman Kibum? Bagaimana data bukti tentang Joohyun Nuna dan Minseok Hyung?" Jin menarik kerah sang Paman yang tak lain adalah polisi dengan pangkat tinggi yang terjun langsung untuk kasus keponakannya.

Kibum menahan lengan Jin, mengelus kepalanya lembut. "Tenanglah dahulu, nak."

Kibum membawa Jin keruangannya, menyetel beberapa rekaman CCTV jalan milik Irene maupun Xiumin. "Kau lihat? Postur pria yang menghabisi Irene dan Minseok mirip. Saat video di zoom sang gadis terlihat namun tidak terlalu jelas."

Mata Jin masih terpaku pada perbandingan rekaman, "Salah satunya adalah Cha Hakyeon yang baru saja kabur dari penjara dan kini dalam pengejaran, lalu-"

"Wanita yang ada di sisi Irene Nuna adalah Kim Sojung. Kelahiran 7 Desember 1995. Lahir di Seoul. Pernah menjadi korban penganiayaan Kim Hanbin dan dilarikan ke Rumah Sakit di Amerika saat SMP." Tutur Jin memotong, membuat guratan ekspresi terkejut muncul di wajah Kibum.

"Kau yakin? Darimana kau tahu?"

Jin mengambil alih mouse untuk meng-zoom wajah Sojung alias Sowon dilayar dan mengeluarkan sebuah foto, "Mata itu milik Sojung. Walau rambutnya menghalangi sedikit garis rahangnya, itu tetap dia. Bibirnya, hidung, dagu, posturnya, cara berdirinya," Jin menghela nafas, "semuanya Sojung."

"Selain itu, Paman lihat anting itu?" Jin menunjuk anting yang ada ditelinga wanita dividio. Kibum mengangguk, "Karena tak ada yang tahu mereknya maupun semua perancang tak mengakui pernah membuat benda langka ini, ini menjadi titik buta saat itu adalah satu-satunya kunci tentang identitas wanita tersebut."

Jin terkekeh, "Kalau begitu aku harus minta maaf pada pihak kepolisian." Kibum mengernyit bingung, "Maksudmu?"

"Kau tahu Paman?" Jin menghela nafas, "Anting itu buatanku. Aku memberikannya dua jam sebelum Sojung jadi korban Hanbin."

Kibum tak menyahut. Suara parau dan gemetar sang keponakan terlalu jelas di telinganya. Tangannya menyentuh pundak Jin sembari mengangguk seolah tuli akan getaran Jin.

"Kau akan jadi saksi kunci. Tak masalah?" Tanya Kibum pada pemuda disampingnya. Jin hanya mengangguk. Siap atau tidak, ia tahu kalau ia akan terlibat jauh dengan Sowon.

Sowon. Gadis itu dahulu adalah idaman. Senyumnya tak pernah gagal mengindahkan dunia siapapun. Sikap dan kebaikannya membuatnya tak pernah dibenci. Gadis yang dicintai.

Hanya satu, Kim Hanbin yang merubah dunia khayalan milik mereka.

Kibum tahu jelas. Kasus Kim Hanbin dan Kim Sojung. Berita itu bahkan menjadi buah bibir selama satu bulan penuh di Korea Selatan.

Relasi tiga orang bermarga Kim ini berhasil membuat warga Korea Selatan bingung. Cibiran dan sumpah serapah bahkan dilontarkan melalui mulut mereka maupun dari media sosial.

Jin memilih keluar ruangan, meninggalkan berkas yang ia punya pada sang Paman. Ia merogoh saku mengambil ponsel dan menelfon sepupunya, Jisoo.

"Ada apa?"

"Jisoo-yaa, kau sibuk?"

"Uh hm? Tidak. Hanya cafe mu saja."

"Tolong ke Rumah Sakit. Jaga Joohyun Nuna dan Minseok Hyung. Aku tidak tenang meninggalkan mereka. Bawa Jennie sekaligus."

"Mereka dan kasusnya lagi?"

"Hm. Setelah ini aku akan menelfon Chanyeol untuk menemani kalian."

"Okay."

"Sampai jum-" "Selamat ulang tahun, Oppa."

Jin bingung. Matanya menoleh melihat jam menunjuk kearah jam dua belas dan kalendernya menunjukkan bahwa itu adalah hari keempat di bulan Desember.

"Kalian akan baik-baik saja. Ayahku juga mengurus 'kan? Aku dan Jennie tak bisa membantu sebanyak Yoongi Oppa atau Ayah. Tapi semoga masalahmu cepat selesai. Makan lah mie dan kue hari ini."

Jin terkekeh. Mendengar sepupunya yang bagai spesies aneh itu bicara manis sangat membuatnya tersentuh.

"Terimakasih, Chu-yaa. Aku akan menghubungimu. Hubungi aku jika ada yang mencurigakan di Rumah Sakit."

"Akan kuhubungi. Aku berangkat, bye." Panggilan berakhir dan Jin menepati perkataannya dengan menelfon Chanyeol.

Panggilan pertama tak diangkat. Ia sadar, Chanyeol kemungkinan besar sudah tidur. Tapi apa salahnya mencoba?

Usaha tak membohongi hasil. Panggilan ketiga, Chanyeol mengangkatnya.

"Yeobseyo? Ada apa Jinie?" Jin mendecih mendengar panggilan Chanyeol, "Dimana kau, menara?" Jin bertanya pedas.

"Kalem. Aku sedang bersama Suho Hyung dan Chaeyoung, baru selesai beli makan untuk ke Rumah Sakit. Kenapa?"

"Bertiga?"

"Berdelapan. Tentu saja bertiga. Tapi di Rumah Sakit ada Baek dan Kyung-soo."

"Haah, syukurlah. Tolong jaga Joohyun Nuna dan Minseok Hyung selama aku tak ada."

"Joohyun Nuna juga? Kenapa?"

"Dia sama seperti Minseok Hyung."

"Maksudmu-"

"Hng. Jadi tolong ya. Hanya itu hadiah ulang tahun yang aku minta." Tutur Jin tertawa di bangku mobilnya.

"Aku hampir menyumpahi mu kalau tak ingat kau berulang tahun."

"Seokjin Oppa selamat ulang tahun! Jin selamat ulang tahun!" Suara Rose--adik Chanyeol dan Suho terdengar.

"Terimakasih. Sudah dulu Chan. Aku harus ke beberapa tempat."

"Hati-hati. Jangan terluka."

Jin menyalakan mesinnya dan menancap gas. Seringai terlihat jelas diwajahnya, "Semoga."

SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang