Four

7.1K 727 16
                                    

JOBLESS TWENTY-SOMETHINGS ARE AFRAID OF TOMORROW
Si pengangguran berumur dua puluh-berapa yang takut akan hari esok

Jennie POV

Pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Aku bangun dari singgasana nyamanku diruang berukuran 4x4 itu. Kamar luas di lantai dua, dirumah yang kutingali bersama oppa ku. Berdua saja.

Kakiku melangkah dengan sendirinya, seperti yang biasa dilakukan setiap pagi selama lima tahun aku pindah kesini. Menuju jendela kamar, membuka, menikmati pagi dengan matahari yang belum mau bangun.

Aku selalu menang dari matahari pagi. Tapi tidak dengan kondisi metalku sendiri.

Hawa dingin menyentuh hidungku.

Aku menikmati suasana sepi seperti ini.

Aku tidak suka suara keras, tidak suka teriakan, tidak suka tatapan mata langsung, dan aku tidak suka bicara panjang.

Pada usia sebesar ini, aku masih menderita Selective Mutism.

Aku tidak bisa bicara dengan sembarangan orang. Hanya beberapa yang membuatku nyaman.

Aku tidak bisa bicara didepan orang banyak, itu membuatku mengalami gangguan panik yang parah.

Setelah kematian Mom, aku menderita gangguan halusinasi parah yang membuatku tidak ingin bertemu dengan siapapun, kecuali eomma ku dan oppa ku.

Sampai pada kejadian buruk selanjutnya, membuatku total sepenuhnya hanya mampu menatap mata oppaku saja.

Tidak dengan orang lain, kecuali satu orang itu, malam itu.

Prang......

Sayup sayup berisik ku dengar dari bawah.

Suara barang mirip panci jatuh itu membuatku menoleh kearah pintu.

Apa Joonie oppa sudah bangun?

Kakiku menuruni anak tangga kayu, menuju dapur.

“Oppa? Kau disitu?”

“Ne. Jennie ya. Ini aku. Aku ingin membuat sup.”

“Seokjin oppa. Kau menginap disini?” Jennie melihat oppa nya sibuk membungkuk. Mengambil panci yang jatuh dan mengisi dengan air kran.

“Kau mau apa oppa sepagi ini? Kau bisa bilang padaku oppa.”

Dia masih sibuk melongok kedalam kulkas. Entah mencari apa.

Aku mendekat tanpa suara langkah, menuruni beberapa anak tangga terkhir untuk sampai di lantai satu. Kini berdiri tepat disisi kulkas.

“KAMJAGIYA. YAAAA JENNIE KAU MEMBUATKU KAGET.”

Seokjin oppa terduduk kaget, melihatku berdiri diam sana. Salah sendiri aku bicara tapi dia tidak peduli.

Teriakan satu-satunnya yang kusuka, teriakan Jin oppa.

Suaranya yang melengking membuatku tertawa, tapi membuat Joonie oppa bangun.

“Kau sepagi ini sudah berisik sekali hyung. Wae?”

“Adik kita yang satu ini berdiri diam di samping kulkas, mendekat tanpa suara. Membuat jantungku copot.”

Dia berusaha berdiri. Aku membantunya, dia oppa ku yang lucu.

Joonie oppa dan aku hanya tertawa melihat dia mengomel begitu. Seperti eomma saat mengomel. 

Huh melihatnya membuatku merindukan eomma.

Tomorrow, Please Stay.  ●  Taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang