Thirty Seven

1.9K 273 9
                                    

WHEN  THE DARK PASSES, A BRIGHT MORNING WILL COME
Saat kegelapan berlalu. Pagi yang cerah akan hadir.



Kita semua harus tahu.

Layaknya roda yang selalu berputar saat berjalan, hidup juga mengalami perputaran. Begitu kan kata pepatah?
Ada saat sisi kita harus berada diatas, dan ada saat sisi kita berada dibawah. Terlindas, tersaruk aspal. Merasakan pedihnya panas, bekunya dingin.

Waktu, hidup, juga berputar, dan akan terus begitu.

Kehidupuan tak akan selamanya berada dalam pedihnya luka, butanya gelap, bekunya sepi. Sesekali, pasti akan singgah cahaya harapan, terangnya pagi, hiruk pikuknya keramaian. Saat kegelapan dan kepedihan berlalu, akan ada cahaya yang menyembuhkan luka itu.

Tapi ingat, hidup ini berputar.

⚜⚜⚜

Suga POV

Banyak yang tidak mengenalku karena kehidupanku sepenuhnya berada di ruangan studio luas yang juga kubagi sebagai tempat tinggalku. Kesepian, itu biasa untukku. Sendiri, itu selalu aku alami. Sejak kecil, aku tinggal sendiri. Tanpa saudara, tanpa orang tua.

Ah tidak, aku tidak kesepian lagi setelah ada Jimin, lelaki bermasalah itu datang ke studioku, menjadi model yang akan bekerja sama denganku, yang seorang fotografer. Awal yang membuatku menjadi seperti ini, maksudku bergantung pada kehadirannya, itu semua karena datang dan perginya seseorang yang dulu menjadi tumpuanku, harapanku.

⚜⚜

“Lisa?”

Aku menyebut namanya. Aku melihatnya di pesta tahun baru di rumah Jennie.

Aku tidak bisa berfikir dan mencari alasan kenapa gadis itu ada disana atau bagaimana dia mengenal Jennie. Aku hanya berfikir, kenapa dia muncul lagi dalam hidupku.

Setelah apa yang dia lakukan padaku.

Setelah dia meninggalkanku.

Setelah dia membuatku bergantung kepada lelaki, yang bahkan saat ini menemukan hatinya lagi.

Aku menggenggam erat tangan Jimin.

Aku tidak ingin dia pergi.

Aku tidak sanggup ada orang lain yang pergi lagi dari hidupku.

“Oppa..... mian.”

“Kenapa kau pergi?” suaraku serak.

“Mianhae....”

“WAE !!!! KENAPA KAU PERGI !!!!!!”

Gadis itu membuka kacamata hitamnya, dan membuatku mundur selangkah.

Wajahnya masih sama. Tatapannya masih sama. Dan, mata anehnya, masih sama.

Flaskback ON

Tidak bisakah aku hanya menunggu dirumah.

“Anak-anak, ayo berkumpul keluar. Sebentar lagi jam 12.”

Aku ingin pulang.

“Ayo semua berkumpul !” Bibi masih berteriak-teriak mengumpulkan anak-anak seusiaku keluar, menyaksikan kembang api tahun baru yang aku benci.

Tidak, aku takut. Takut kembang api. Aku takut suara ledakan apapun. Protechnophobia, begitu kata bibi yang merawatku.

“Ya !” Seseorang memukul punggungku. “Kenapa tidak dengar saat disuruh keluar?”  Suaranya sangat cempreng, memekakkan telingaku.

Tomorrow, Please Stay.  ●  Taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang