I SCREAM OUT OF FRUSTRATION
Aku berteriak karena frustasi
Jennie POV"Biarkan aku yang membayar minumannya." Aku berjalan kearah kasir dan mengeluarkan dompetku.
"Assaaa.. kita dapat traktiran. Gomawo." Taehyung memekik kegirangan mendengar bahwa aku yang akan membayar. Jisoo dan Jimin juga melompat-lompat kegirangan seperti anak kecil.
"eh aku mau pipis dulu." Lelaki berhidung mancung itu segera berlari seperti anak kecil.
Sudah seminggu aku berada dikampus ini. Percakapanku hari pertama dengan mereka otomatis membuat mereka jadi teman terdekatku saat ini. Jujur saja, terima kasih pada oppaku, kini aku dekat dengan lebih banyak orang.
"Kau yang paling muda disini kan?" Jimin menanyakan hal itu seraya menyodorkan minuman yang baru saja datang. Aku menerima dengan senyum dan mengangguk mengiyakan pertanyaannya.
"Taehyung tadi pesan apa?" suara Jisoo menengahi percakapanku dengan Jimin.
"Taehyung oppa, hmmmm jus jeruk."
"Yaaa kau curang. Kau panggil dia oppa tapi kau memanggilku hanya Jimin. Panggil aku oppa juga." Lelaki bermata kecil itu tiba-tiba merengek, membuatku sedikit bingung.
Plak, aku mendengar tamparan pelan Jisoo di pipi tirus Jimin. Membuatku khawatir, tapi Jimin malah tertawa ngakak. Aku kaget melihat tingkah mereka.
"Ya pabo. Dia saja tidak memanggilku unni. Kau harusnya dipanggil unni."
Aku tersenyum dengan candaan Jisoo. Dia memang aneh.
"Baiklah aku akan memanggilmu Jimin oppa."
"Chingudeul. I am here." Suara bass itu membuatku menoleh. Taehyung disini.
"Taehyungahhhhh..... Cepatlah duduk. Aku dijadikan bahan bercandaan para gadis ini." Jimin merengek pada Taehyung.
"Ahhh jjinjja? Wae wae kenapa kalian begitu pada temanku." Taehyung membelanya. Dan kini, dua lelaki itu kini saling mengelus rambut, aku merinding.
"Ya orang gila jangan bermesraan ditempat umum begini."
"Kau yang gila. Mana mau Jimin denganku. Dia mau yang kulitnya sebening porselen. Hahaha"
Mungkin saat ini alisku sedang bertaut. Aku tidak mengerti bagian mana yang lucu, tapi mereka bertiga tertawa begitu keras. Aku belum terbiasa dengan jenis candaan mereka, tapi terbiasa dengan kata bodoh, gila dan sebagainya. Pertemanan mereka sungguh aneh, meskipun kini aku menjadi bagian didalamnya.
*
"Jennie bisakah kau menemaniku berbelanja. Kau tidak buru-buru pulang kan?"
Suara Jisoo menyapaku setelah kelas berakhir. Dia menungguku diluar ruang kelasku rupanya. Aku hanya mengangguk."Baiklah. Naik mobilku saja." Aku mengiyakan ajakan Jisoo. Dan dia meringis sambil mengacungkan jempolnya.
"Ah sebentar. Aku ingat harus mengurus sesuatu dulu." Dan dia berlari meninggalkanku.
Aku mengikutinya dengan berjalan santai. Kulihat gadis itu sedang berbicara dengan temannya. Sekilas aku menatap kedua orang yang berbincang itu. Perbedaannya sangat dominan. Satunya mengenakan kemeja feminin dan celana jeans khas mahasiswa, satunya lagi mengenakan dress bermerk dengan harga yang tergolong mewah untuk ukuran seorang mahasiswa.
Aku tahu Jisoo bukan gadis biasa sejak aku melihatnya pertama kali. Gadis ini juga berasal dari keluarga konglomerat. Tas yang dijinjingnya saat ini pun harganya juga fantastis, hampir dua puluh juta rupiah, meskipun itu tidak sebanding dari yang kini kubawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow, Please Stay. ● Taennie ✔
Fanfic◈ Trauma yang membuat keduanya sulit untuk bernafas, dan untuk mendapatkan cinta yang diimpikan.◈ Bagaimana akhir cerita mereka? - 66 part COMPLETE (2017 June - 2018 Mei) Highest : #15 dalam BTSBlackpink (28062018)