why me #36

552 19 2
                                    

Kenapa harus aku?

Satu pertanyaan yang selalu ingin kutanyakan entah pada siapa. Pun tak seorang jua yang tahu jawabannya. Saat takdir berkehendak, apa dayaku sebagai insan biasa. Saat takdir memutarbalikkan nasibku, apa yang bisa kulakukan selain menjalankan peranku. Itu saja.

"Hai."

Seseorang menyapa. Setelah sekian menit tak ada suara. Sampai-sampai aku berpikir mereka meninggalkanku satu per satu. Dan aku sendirian di sini.

"Sudah lama nggak bertemu, Mauren."

Siapa? Aku tidak pernah mendengar jenis suara ini sebelumnya.

"Aku Laras."

Oh, Tuhan! Andai aku bisa terbangun saat ini juga. Apa aku sedang bermimpi? Apa ini bagian mimpi terburuk dari sekian banyak mimpi buruk yang selalu menghantui malam-malamku? Ia benar-benar datang!

Laras datang! Apa ia ingin menjemput kematianku?

"Maaf."

Ucapan maaf itu membuatku berpikir panjang. Apa-apaan ini? Maaf? Kenapa ia mesti minta maaf? Lalu maaf untuk apa? Untuk mimpi-mimpi buruk itukah?

Pertanyaanku mengambang dan berputar dalam pikiran. Aku mendengar sebuah tarikan napas berat.

"Aku masih hidup setelah kecelakaan itu, Ren."

Apa?! Jadi, ia benar-benar nyata? Bukan halusinasi atau mimpi buruk?

Oh. Sulit dipercaya. Setelah sekian lama terpuruk dalam trauma masa lalu dan berkutat dalam mimpi buruk, tiba-tiba ia hadir dan mengatakan masih hidup. Lalu apa yang kujalani selama ini? Mimpi-mimpi buruk yang selalu menghantui setiap malamku itu apa? Halusinasi?

"Aku mengalami gegar otak saat itu dan harus mendapat perawatan intensif. Papa memilih Singapura sebagai tujuan pengobatanku."

Penuturan Laras yang agak terbata itu membuatku kaget. Jadi, gadis kecil itu tidak meninggal dan hanya mengalami gegar otak? Tapi, kenapa ia menghilang begitu saja bak ditelan bumi? Apa ia tahu bagaimana aku menjalani hidup selama ini karena menanggung rasa bersalah?

"Setelah sembuh, aku melanjutkan sekolah di sana karena kebetulan Papa punya teman di sana. Kami sekeluarga pindah ke Singapura setahun kemudian," lanjut Laras. "aku nggak tahu ternyata Papa sengaja menyembunyikan keberadaanku dari pihak sekolah dan teman-teman. Alasannya Papa nggak ingin aku mengalami trauma psikis akibat kecelakaan itu."

Seperti itukah? Lalu bagaimana denganku? Aku tidak pernah baik-baik saja setelah itu, Laras. Apa kamu tahu itu?

"Aku baru kembali beberapa hari yang lalu untuk liburan." Laras melanjutkan kembali ceritanya.

Jadi, itu sebabnya Farrel tidak bisa menemukan jejak Laras? Karena memang ia tidak sedang berada di Jakarta saat Farrel mencarinya.

"Maaf, Ren. Sungguh, aku nggak sengaja menabrakmu. Kamu tiba-tiba saja muncul didepan mobilku. Sungguh, aku nggak bermaksud untuk membalas dendam padamu. Aku sudah memaafkanmu sejak dulu. Lagipula, dulu aku yang memulai pertengkaran kita... "

Oh. Jadi, kamu yang menabrakku, Laras? Kenapa takdir seperti mempermainkan kita berdua? Tidak bisa dipercaya meski ini sebuah kenyataan yang benar-benar terjadi!

Lelucon yang sama sekali tidak lucu.

"Apa kamu sudah selesai?"

Huh. Ia lagi. Danar selalu datang di saat yang tidak tepat. Padahal aku ingin sekali mendengar cerita Laras lebih banyak lagi.

"Kamu masih membenciku? Bukankah peristiwa itu sudah lama sekali terjadi."

Danar mendengus dengan kasar.

"Aku nggak membencimu karena masa lalu. Aku membencimu karena masa sekarang."

Kalimat Danar sontak membuatku geram. Ah, andai saja aku sadar, aku pasti akan memukul kepalanya.

"Aku nggak sengaja menabraknya, Danar."

"Aku tahu," sahut Danar cepat. "seandainya kamu tetap menghilang, Mauren nggak akan pernah terbaring di sini. Apa kamu tahu?"

Aku mendengar nada marah dalam kalimat Danar. Aku paham jika ia marah akibat peristiwa ini, tapi, tolong jangan salahkan siapapun.

"Kamu nggak tahu kan, bagaimana Mauren menjalani hidupnya?" lanjut Danar kembali. Entah apa yang ingin ia bahas dengan Laras. "dia juga juga jatuh dari tangga dua hari setelah kecelakaan di sekolah. Dia kehilangan ingatannya setelah kecelakaan itu. Kamu tahu, dia mengalami trauma setelah kejadian itu. Dia ketakutan setiap melihat tangga tanpa pernah tahu alasannya. Dan kejadian yang sama terulang kembali belum lama ini. Akibat kecelakaan itu, Mauren berhasil menemukan ingatannya kembali, tapi, ia malah mengalami mimpi-mimpi buruk setiap malam. Memangnya apa yang kamu tahu tentang Mauren?"

Cukup, Danar. Jangan bilang kalau aku lebih menderita dari Laras.

"Maaf."

Jangan meminta maaf, Laras. Harusnya aku yang meminta maaf darimu. Atau lebih baik kita membuat sebuah kesepakatan untuk bertukar maaf dan sesudah ini kita bisa menjadi sahabat baik.

"Pergilah."

"Apa?"

Pertanyaan yang sama juga ingin kutanyakan pada Danar. Apa ia ingin mengusir Laras?

"Sebaiknya kamu pergi dari sini karena kehadiranmu sama sekali nggak membantu."

Kamu jahat, Danar. Kenapa mengatakan hal seperti itu pada Laras? Harap kamu tahu, aku senang Laras ada di sini meski aku tak bisa melihat wajahnya. Aku hanya bisa mengingat wajahnya saat kecil. Tapi, ia pasti cantik dan lebih dewasa sekarang.

"Kamu mencintai Mauren?"

Laras! Ia bahkan masih mengungkit hal yang membuat kami bertengkar kala itu. Tapi, kecurigaan Laras benar-benar beralasan.

"Baiklah, aku akan pergi. Tapi, aku ingin mengatakan sesuatu hal padamu," lanjut Laras kembali. "aku menyukaimu, Danar. Sejak kita kecil bahkan sampai sekarang, aku masih menyukaimu. Itulah kenapa aku nggak punya pacar dan salah satu tujuanku kembali ke sini adalah untuk mencarimu."

Ya, Tuhan! Andai aku bisa menjerit...

Pengakuan Laras benar-benar membuatku terkejut. Bahkan membuatku ingin sekali bangun dan membuka mata. Tapi, kenapa kedua mataku sulit sekali kubuka?

Argh.

Kenapa dadaku tiba-tiba sesak seperti ini? Aku kesulitan bernapas. Tolong, Danar!

"Mauren! Mauren!"

Aku mendengar suara Danar memanggilku dua kali.

"Aku akan memanggil Dokter." Aku juga mendengar suara Laras yang dilanda kepanikan sejurus kemudian.

Ya, Tuhan... Jika aku boleh meminta, izinkan aku hidup sekali lagi. Aku ingin tetap hidup demi orang-orang yang kucintai dan mencintaiku. Aku ingin hidup sebagai Mauren yang baru dan berbahagia.

Tapi, jika Engkau berkehendak lain, aku ikhlas. Aku tahu usia pasti ada batasnya. Dan aku yakin itu pasti jalan yang terbaik untukku...

Selesai

13 Agustus 2017

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WHY ME? #completeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang