why me #5

293 15 0
                                    

"Mau ke mana, Sayang?"

Aku membalikkan tubuh setelah mendengar teguran mama. Dengan terpaksa aku menghentikan langkah setelah kepergok olehnya. Wanita itu melangkah perlahan ke arahku usai meletakkan segelas susu ke atas meja makan.

Aku membenahi rambutku yang agak berantakan dan menderaikan sebuah senyum pada mama. Berusaha bersikap senormal mungkin di depannya.

"Baru bangun tidur kok sudah mau kabur?" tanya mama lagi. "sarapan dulu gih."

"Nanti aja, Ma," tolakku dengan nada halus.

"Memangnya kamu mau ke mana sih?"

"Ke rumah Danar."

"Sepagi ini?" Kening mama seketika berkerut setelah mendengar jawabanku. Sebuah tanda tanya besar menggantung jelas di sana. Matahari baru saja keluar dari persembunyiannya sesaat yang lalu dan belum mampu mengusir hawa dingin dari sekeliling tubuhku. "Mama nggak yakin kalau dia sudah bangun sekarang. Kamu juga belum mandi, kan?"

Bahkan aku belum mencuci muka, menggosok gigi, dan menyisir rambutku, tambahku dalam hati. Aku baru saja bangun dari tempat tidur dan berencana mengunjungi Danar secepatnya usai membuka kedua mataku. Ada sesuatu yang mendesak dan sangat penting, dan harus kubicarakan dengan Danar.

"Sarapan dulu, Ren." Mama menarik tangan dan memaksaku untuk melangkah ke meja makan. Ia tidak akan rela melepasku keluar rumah sepagi ini tanpa sarapan meski hanya untuk mengunjungi Danar yang rumahnya hanya berjarak tiga blok. "minum susumu. Mama sedang menggoreng omelet kesukaanmu."

Aku menatap punggung mama yang bergerak ke dapur setelah ia selesai memberi perintah. Seperti ucapannya ia berkutat kembali di depan kompor menyelesaikan pekerjaannya yang terhenti karena memergokiku hendak kabur dari rumah sepagi ini. Aroma amis telur berkeliaran ke sekeliling dapur dan berhasil menyentuh hidungku.

Apa mama dan semua orang di sekelilingku sudah lupa berapa umurku sekarang? Kenapa aku merasa mereka semua memperlakukanku seperti anak kecil yang perlu diawasi 24 jam? Setiap gerak gerikku harus selalu dalam pengawasan mereka. Terutama Mama. Sekarang ditambah Danar. Sedang Oma tidak setiap saat berada di rumah karena sesekali ia harus menjenguk usaha laundry-nya yang berada di ujung gang.

Sebenarnya apa yang sedang mereka pikirkan tentangku? Apa mereka tidak sadar jika mereka memperlakukanku secara berlebihan. Seolah aku sebuah boneka yang harus diawasi super ketat agar tidak ada satupun yang bisa menggores kulit maupun hatiku. Lalu kenapa mereka melakukan itu padaku meski tahu aku sudah cukup dewasa. Apa ada sesuatu yang sedang mereka jaga dariku? Sesuatu yang berkaitan erat dengan masa laluku dan potongan memori yang hilang itu...

"Makan dulu, baru ke rumah Danar." Mama tergopoh-gopoh menghampiri tempat dudukku dan membuyarkan lamunanku dengan meletakkan sebuah piring berisi omelet telur dengan irisan daun bawang yang masih mengepulkan asap tipis, persis di depanku. Menebarkan aroma amis khas telur ke sekeliling wajahku. Sementara gelas susu di dekatnya sama sekali belum tersentuh oleh tanganku. Aku belum berniat untuk menyentuhnya sampai detik ini.

"Sampai kapan Mama akan memperlakukan Mauren seperti ini? Mauren bukan anak kecil lagi, Ma," gumamku menahan kaki mama yang hendak melangkah kembali ke dapur. Rasanya aku sudah berada di titik jenuh. Diperlakukan seperti anak kecil seperti ini membuatku merasa tak nyaman sama sekali.

"Bicara apa kamu, Mauren?" Mama membalikkan tubuh dan berhenti di tempatnya berpijak. Menatapku dengan sepasang mata yang tak berkedip. Seolah tak ingin lepas mengawasi setiap gerak gerikku. "maksud kamu apa?" tanya mama kalem.

Aku tidak serta merta menjawab pertanyaan mama. Wanita itu rupanya mendengar suaraku dengan cukup jelas.

"Mama memperlakukan Mauren seperti anak kecil, tahu nggak?" keluhku menunjukkan segenap rasa kecewa lewat tatapan mataku. "Mauren bukan anak kecil yang harus minum susu setiap pagi dan disuguhi sarapan seperti ini. Mauren bosan diperlakukan seperti ini, Ma. Danar juga." Aku menatap ke arah lain karena tak sanggup melawan mata Mama yang masih mengarah kepadaku.

WHY ME? #completeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang