Pagi hari ini merupakan pagi yang cukup padat bagi Kale. Sejak ia di pindah tugaskan menjadi CEO di kantor pusat Graham Industry di Indonesia milik keluarganya, tak henti-hentinya ia berhadapan dengan para kolega bisnis, pemilik saham, karyawan-karyawan, serta beberapa tumpuk berkas-berkas yang harus ia pelajari kembali.
Kedatangannya ke Indonesia yang mendadak memang membuatnya kewalahan apalagi dengan adanya perkara perjodohan antara ia dan Tania, putri dari sahabat serta kolega bisnis orang tuanya yang akhirnya dengan terpaksa harus ia dahulukan dari perihal apapun.
1 minggu yang lalu, tepat saat ia pertama melangkahkan kakinya kembali di tanah air, Ia mendapatkan berita atau mungkin lebih tepatnya permintaan yang cukup mengejutkan untuk dirinya. Casey dan Victor, kedua orang yang paling ia sayangi dan hormati dihidupnya meminta Kale untuk menikahi perempuan yang tidak ia kenal bahkan tidak pernah ia temui. Sejak saat itu, pikirannya hanya tertuju pada calon tunangannya tersebut. Ia mencari tahu semua hal tentang Tania Dwijaya Hanggara, serta bagaimana cara menggagalkan pernikahan ini.
Walaupun Kale sangat menghormati kedua orang tuanya, Ia tidak menyangka bahwa mereka akan membuat Kale menyetujui perjodohan ini mengingat mereka berdua adalah sosok yang paling mengerti dirinya. Dirinya yang telah mati untuk dapat mencintai, dan dirinya yang tak pantas untuk suatu saat dicintai.
Karena itulah seluruh waktu Kale tersita. Setiap hari ia berpikir keras dan menimbang-nimbang segala macam cara yang terlintas di otaknya untuk membatalkan perjodohan ini tanpa harus menolaknya secara langsung kepada Casey dan Victor agar mereka tidak perlu merasa kecewa.
Dan disinilah kini ia berada masih tanpa solusi untuk keluar dari masalah ini ditemani dengan setumpuk berkas-berkas yang harus segera ia pahami dan pilah, mengerjakan seluruh tugas yang sempat ia tinggalkan, membenahi pekerjaannya demi perusahaannya.
Tok... tok...
Suara ketukan pintu tidak mengalihkan pandangan Kale dari kertas yang tengah ia baca. Ia hanya menyahut mempersilahkan masuk orang yang mengetuk pintunya yang sudah ia yakini adalah Eric, asisten pribadinya.
"Sir. Ms. Tania is here," ujar laki-laki berkacamata tebal yang bertubuh jangkung tersebut, membuat Kale menaikkan alisnya dan menatapnya bingung. Eric hanya membungkukkan tubuhnya seraya mempersilahkan wanita dengan tubuh bak model papan atas berkulit sawo matang yang indah saat berpantulan dengan cahaya matahari tersebut masuk ke ruangannya.
Hari ini Tania menggerai rambut coklat ikalnya berantakan tapi entah kenapa tetap terlihat menawan. Ia masuk kedalam ruangan pria yang akan menjadi calon suaminya tersebut dengan senyum tipis tersungging di bibirnya yang manis. Kale yang sempat terpikat sejenak segera mengembalikan akal sehatnya kembali lalu memandangnya dingin menunggu penjelasan wanita tersebut.
"Maaf karena aku lancang datang ke kantormu. Tapi ada yang ingin aku sampaikan," ujar wanita itu saat ia telah mendudukan tubuhnya di salah satu sofa yang ada di tengah-tengah ruangan itu. Kale mengangguk menantinya melanjutkan.
"Aku ingin membicarakan perihal perjodohan kita."
Kale tidak terkejut saat mendengar wanita tersebut membicarakan hal ini. Ia rasa tidak ada alasan lain yang dapat membuat wanita itu membuang waktunya yang berharga mengingat wanita yang berada diruangannya tersebut merupakan sosok wanita yang sangat mengutamakan karirnya. Ia lantas menutup berkas yang sedari tadi masih berada ditangannya kemudian beranjak menghampiri wanita itu dan duduk tepat di seberangnya.
"Lanjutkan." Ucap Kale ketika mendapati raut kebingungan dari calon istrinya tersebut.
Tania menarik nafas panjang, keraguan sempat menyelimutinya sesaat ketika Kale datang mendekat. Jujur saja aura dingin Kale tak ayal membuat bulu kuduknya berdiri. Ia segera menampik pikirannya, kemudian memberanikan dirinya kembali untuk membuka suara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shed Your Tears Away
Romance[BAHASA INDONESIA] [THIS STORY REALLY IS MY OWN CREATION AND IS PROTECTED BY LAWS! NO COPYCATS ALLOWED! RESPECT!] Bagi Tania, menikah itu munafik dan cinta hanyalah nafsu belaka. Jangan salahkan dirinya karena tidak mempercayai cinta dan meremehkan...