PART 11

3.7K 127 4
                                        

Tania mengelus-elus dengan lembut puncak kepala laki-laki yang tengah tertidur pulas dihadapannya. Ia tidak tahu bahwa laki-laki ini ternyata memiliki masa lalu yang berat dan selalu ia sembunyikan.

Rasa penasaran menggerogoti seluruh akal sehat Tania. Ia benci membayangkan sakit yang dialami oleh Kale selama ini. Ia harus membebaskan Kale. Walaupun status sebagai seorang istri ini hanyalah kepura-puraan belaka, paling tidak ia dapat membantu Kale layaknya seorang teman. Kale pasti kesepian. Batinnya.

Ia kembali mengingat lanjutan cerita Keira,

2 jam yang lalu.

"Kami menemukan Kale tengah berupaya untuk menggantung tubuhnya sendiri dikamarnya," lanjut Keira berusaha sekuat mungkin menahan gemetar ditubuhnya ketika memori itu terputar kembali dengan jelas dikepalanya. Tania yang kaget hanya bisa membulatkan matanya lebar dan menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangan.

Speechless adalah satu-satunya kata yang tepat untuk menggambarkan situasi saat ini.

Saat dimana ia mendapati kenyataan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya akan terjadi pada siapapun di dunia ini, ternyata sayangnya terjadi pada orang terdekatnya saat ini.

Hatinya mencelos. Tanpa ia sadari air matanya turun setetes membasahi baju tidurnya.

Keira mengambil nafas panjang, kemudian melanjutkan ceritanya.

"Untung saja, kami tidak datang terlambat. Kale yang meronta-ronta diatas sana segera ditolong oleh Dad. Mom yang panik segera menelepon ambulans untuk membawanya kerumah sakit terdekat. Kami semua menangis. Entah karena apa. Padahal kami semua tidak ada yang satu darah dengannya, tapi ikatan batin kami begitu kuat. Sakit yang dirasakan Kale menular ke keluarga kecil kami. Setelah dirumah sakit, Kale segera diberikan pertolongan pertama oleh Dokter keluarga kami, and what a relieved, he's alive," Keira menoleh kearah Tania dengan senyum harunya.

"Lalu bagaimana ketika ia sadar??" tanya Tania yang memiliki rasa penasaran cukup tinggi. Apalagi ketika itu menyangkut Kale, suaminya.

"Dia tidak berbicara apapun, dia tidak mau makan  apapun, dia juga tidak mau minum apapun. Hal itu berlangsung selama 1 bulan. Dan tepat di hari ke 30, Kale berubah 180 derajat. Perubahan dimulai dengan ia yang sudah mau makan, Tersenyum, bahkan tertawa. Kale juga sedikit demi sedikit mulai berbicara dan bercanda bersama kami. Ia benar-benar menjadi sosok yang baik. Aku dan Keesha sangat menghormati, menyayangi dan mengagumi kakak laki-laki kami tersebut. Kami semua senang, walau dad and mom masih merasa perubahan sikap Kale yang tiba-tiba ini terlalu mencurigakan. Ada yang aneh. Karena aku masih kecil, aku tidak merasa bahwa itu aneh. Aku hanya percaya bahwa Kale sudah melupakan masa lalunya dan  akan selalu menjadi sosok yang baik hati untuk keluarganya," pandangan Keira kemudian kosong lagi. Tania tahu ada yang salah. Ia kemudian mulai menebak-nebak.


"Dan sekarang, kau baru menyadari bahwa perubahan sikap Kale saat itu sangat aneh dan membingungkan, kan? Apa yang ada di pikiranmu, Kei? Just say it," ujar Tania tepat. Keira menunduk dan mengangguk pelan.

"Kale terlalu baik, Tania. Dia tidak pernah marah. Dia tidak pernah sedih. Dia selalu menurut pada permintaan kami. Dan itu semua aneh untukku. Ia menyembunyikan perasaannya. Menahan semua emosinya,"

"Sekalipun tidak pernah?" Tanya Tania lagi. Keira hanya mengangguk lirih.

"Apakah ia masih sering bermimpi buruk sejak saat itu?"

Keira menggeleng, "Tidak. Bahkan alam bawah sadarnya sendiri ia tahan," Tania mengangguk mengerti. Artinya ini adalah kali pertama ia kembali bermimpi buruk.

Shed Your Tears AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang