"What's wrong, Princess?" tanya Kale bingung setelah ia menyadari bahwa Tania membawanya menjauh dari Area Panggung Utama. Disini sepi, tidak ada orang satupun, namun ia masih bisa mendengar suara lagu-lagu yang tengah dimainkan oleh band sahabatnya itu samar-samar.
Tania membalik tubuhnya menghadap laki-laki itu dengan wajah yang ditekuk dan kepala yang menunduk. Ia harus bisa mengatakan semuanya. Sebelum terlambat, sebelum rasa cintanya ini berlebihan dan mengganggunya.
Ia menarik nafas dalam-dalam. Ya. Ini lah saat yang tepat. Batinnya.
"Kale. Aku bukan sosok wanita yang mengerti tentang kasih sayang. Sejauh ini selama hidupku, aku dibesarkan oleh kedua orang tua yang tidak dapat mengekspresikan kasih dan sayangnya bahkan untuk anak-anaknya sendiri. Aku, Tama, Teesha, kami bertiga akhirnya tumbuh menjadi sosok yang dingin. Tidak pernah sekalipun dalam hidup kami, kami melihat kedua orang tua kami saling mengasihi," ia menelan ludahnya sebelum kembali berbicara.
"Yang kami bertiga tahu, kami membenci sikap kedua orang tua kami. Bunda yang terlalu bodoh karena selalu berpura-pura baik-baik saja ketika mengetahui semua hal-hal busuk yang ayah sembunyikan di balik tangannya, dan ayah yang tidak akan pernah bahkan sekali pun melihat bunda dan mencintainya. Matanya hanya tertuju pada harta dan tahta. Oh jangan lupakan juga, mantan kekasihnya semasa SMA dulu. Ia hanya menjadikan bunda sebagai re-bound dan juga sebagai sosok yang dapat selalu diandalkan untuk menjaga nama baiknya sebagai kepala keluarga dan salah satu orang penting yang dikenal banyak orang di negara ini,"
"Dari pengalaman yang aku saksikan sepanjang hidupku ini, aku memetik sebuah kesimpulan dan menjadikannya sebagai prinsip hidupku. Aku tidak akan jatuh cinta, tidak akan mencintai dan dicintai oleh siapapun kecuali diriku sendiri,"
Kale menaikkan alisnya bingung.
"Tapi sejak aku kenal sama kamu setelah 3 bulan lamanya, aku merasa aneh. Aku tidak pernah terbiasa menggantungkan diriku pada orang lain, dan kini entah karena apa, dengan mudahnya kamu membuatku merasa nyaman karena menggantungkan diriku ke kamu. Dan setelah aku menyadari perasaan nyamanku, aku membenci sikapku yang seperti itu. Aku benci menerima sifat baikmu yang lembut, yang perhatian, yang selalu mengalah demi aku, dan tentu saja yang membuatku selalu menggantungkan diriku padamu," Tania mengambil nafas kembali, kini lebih panjang dari yang sebelumnya karena ia yakin kalau ia tidak melakukan itu, air matanya akan tumpah ruah membasahi wajahnya.
"Aku lebih suka kamu yang dulu, kamu yang dingin saat aku pertama kali mengenalmu, kamu yang selalu bicara kurang dari 8 kata per kalimat, kamu yang cuek, kamu yang tidak pernah mau melakukan kontak mata denganku. Aku lebih suka kamu yang itu," ia sudah mulai terisak walau masih tetap berusaha untuk ia tahan.
"Aku butuh kamu yang itu, Kale..." kini Tania tidak menahan tangisnya lagi. Ia membiarkan air matanya jatuh membasahi pipinya, membuat laki-laki dihadapannya kalang kabut merasa bersalah.
"Aku tidak mengerti, Nia. Aku rasa semua hal yang kamu sebutkan barusan adalah hal-hal yang baik. Semua hal yang aku lakukan adalah hal yang baik. Jadi seharusnya tidak ada yang salah kan?" tuturnya bingung dan tentu saja dengan rasa bersalah karena saat ini ia melihat Tania menangis dan semua itu karena dirinya!
"Tapi... tapi aku gak suka dengan semua itu Kale!" Nada bicara Tania kini meninggi. Kale sampai terkejut dibuatnya.
Kale terdiam sejenak sembari menebak-nebak peristiwa dibalik kejadian yang ada dihadapannya saat ini.
"Hmm.. Apakah aku tadi ada salah bicara princess?" tanyanya ragu dengan jari mengelus-elus dagunya.
Tania menjawab dengan sebal, "No, Kale. Ofcourse no,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Shed Your Tears Away
Romansa[BAHASA INDONESIA] [THIS STORY REALLY IS MY OWN CREATION AND IS PROTECTED BY LAWS! NO COPYCATS ALLOWED! RESPECT!] Bagi Tania, menikah itu munafik dan cinta hanyalah nafsu belaka. Jangan salahkan dirinya karena tidak mempercayai cinta dan meremehkan...