PART 19

3.1K 118 3
                                        

Sejak semalam hingga saat ini dimana mereka tengah menuju ke rumah salah satu sahabat Kale, Laki-laki itu sama sekali belum menjawab Tania. Membuat Tania sendiri kebingungan dengan sikap Kale. Ia malu. Sangat.

Bagaimana tidak? Butuh keberanian yang sebegitu besarnya hanya untuk melontarkan 7 kata tersebut. Tania bukan sosok yang mudah mengatakan perasaannya. Ini sulit dan ia yakin, Kale pasti tahu benar bahwa ini sulit untuk Tania. Lalu mengapa ia malah pergi? Mengapa ia menjauh? Meninggalkan Tania dengan segerumbul pertanyaan di benaknya hingga ia tidak ingat pada pukul berapa ia tidur.

Lalu pagi ini, tiba-tiba saja Kale yang sudah berpakaian rapi masuk ke dalam kamar untuk membangunkannya seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi semalam. Ia tidak tahu jam berapa Kale pulang ke hotel. Malah awalnya ia kira Kale tidak akan pulang. Tapi ternyata, kenyataannya sangat berbanding terbalik.

Kale membangunkannya dengan senyum, memesankan sarapan untuknya, lalu akhirnya mereka pun berangkat. Ini terlalu aneh.

Apakah Kale tidak mendengar pernyataannya kemarin?
Atau mungkinkah Kale tidak merasakan hal yang sama dengannya? Apakah karena itu, ia lalu pergi sebagai isyarat penolakan halusnya?

Kalau memang begitu kenyataannya, Tania harus mengubah sikapnya. Ia sakit hati dengan perilaku Kale. Ia harus membangun bentengnya kembali. Kali ini lebih tinggi agar tidak ada celah apapun bagi laki-laki itu untuk masuk dan menyusup merusak kehidupannya. Ia pun harus menjelaskan pada laki-laki itu bahwa kejadian semalam hanyalah racauan tidak jelasnya saja. Tidak ada yang serius. Ya, ia harus. Nanti malam ketika mereka kembali ke hotel, ia akan menjelaskannya.

"Ayo turun udah sampai," ajak Kale sebelum kemudian keluar dari balik kemudinya. Tania mengangguk dan cepat-cepat menyusul Kale yang sekarang sudah berada di depan pintu kayu besar dengan ornamen emas di pinggirannya.

Sedari tadi melamun memikirkan kejadian semalam membuatnya tidak menyadari bahwa saat ini ia mungkin sedang menginjak rumah terindah di muka bumi ini. Pelataran yang luas, dengan perkebunan buah-buahan beraneka macam, pohon-pohon tinggi yang memberikan kesan glamour dan sejuk, bentuk rumah yang tidak terlalu besar namun sangat artsy dan berkelas.

Kale kembali menekan bel di depannya. Tak berapa lama, pintu itu pun terbuka dan menampakkan sosok wanita berkulit coklat gelap dengan rambut kriting mengembang, tubuh yang ramping, kaki yang jenjang dan parasnya yang..... wait, Wajah ini tidak begitu asing dimata Tania. Apakah mereka pernah bertemu? Tania rasa tidak. Tapi wajahnya begitu familiar. Ia yakin ia pernah melihat wanita ini di suatu tempat.

"KALE! Oh finally!" Seru wanita itu sumringah ketika ia mendapati Kale di depan pintu. Ia langsung menghambur kedalam pelukan Kale yang langsung dibalas sama eratnya oleh laki-laki itu.

Apa-apaan ini? Semalam Tania menyatakan perasaannya dan Kale malah kabur. Sekarang? Bisa-bisanya ia berpelukan dengan wanita yang bukan istrinya sebegitu mesranya. Membuat Tania ingin sekali rasanya untuk menjambak rambut tebal wanita itu.

"You left us way too long! How are you?" Wanita itu kini mengaitkan kedua tangannya di leher Kale. Udah kegatelan, suaranya pun ugh membuat kuping Tania pengang. Menyebalkan!

"I'm great Eff. Yeah, it's been a while... Like you see, i don't do change. Same like the last time always," jawab laki-laki itu dengan senyum paling lebar yang pernah Tania lihat. What? Sejak kapan Kale bisa seramah ini dengan orang lain? Ia dengan keluarganya saja masih terlihat canggung, lalu mengapa ia begitu santainya berbicara dengan wanita itu? Sebenarnya siapa sih dia? Apakah ia sosok sahabat yang dari kemarin Kale sebut berulang-ulang? Tapi bukankah Kale bilang sahabatnya berjenis kelamin Laki-laki? Lalu siapa perempuan ini?! Sumpah darah Tania sudah mulai mendidih ke ubun-ubun!

Keduanya masih terus bercengkrama sampai lupa untuk masuk terlebih dahulu kedalam rumah. Shit! Kale bahkan lupa untuk mengenalkan Tania sebagai istrinya! Mereka terlalu asik berbincang-bincang seolah hanya ada mereka berdua di dunia ini.

"Ehem," Tania berdehem agak kencang, sengaja mengetes mereka apakah keberadaannya masih nyata di mata kedua orang tersebut.

Kale melirik singkat, lalu kembali bercengkrama dengan asik. Astaga! Lalu untuk apa laki-laki itu mengajaknya kesini jika ia malah ditelantarkan begini!

"Hi! I'm Tania, Kale's lawful wife!" Tania mencoba menyelak pembicaraan mereka dengan memperkenalkan diri. Juluran tangan Tania di sambut dengan tawa canggung si rambut mekar, sedangkan Kale.... ah entahlah ia tidak sudi untuk melihat ke arah laki-laki itu.

"May i come in? I think it would be great if we continue the talks inside," ujarnya dengan senyum andalannya yang sanggup menaklukan seribu pasang mata yang melihatnya. Termasuk wanita ini. Ia tidak bisa menolak, tidak boleh.

"Oh yes, ofcourse! I'm very sorry dear.. please, please come inside," wanita itu melepaskan senyum terbaiknya pula walaupun sempat canggung beberapa saat sebelumnya. Yah, mungkin memang harus begitu. Kalau Tania diam saja, bisa-bisa kakinya kram karena terlalu lama berdiri.

"You can wait here while i ask Elle to come down and join us," ujarnya sembari menyodorkan beberapa kue kering lalu beranjak meninggalkan ruang tamu.

Tania masih sebal, tentu saja. Dan siapa lagi Elle? Perempuan mana lagi yang akan merusak paginya hari ini?

Tak berapa lama kemudian, datanglah Heradeff (nama si rambut mekar) berjalan pelan sembari memopong seorang laki-laki yang... yang.... OMG! Apakah mata Tania tidak salah lihat?

Tania yang takjub hanya dapat membolak-balikan kepalanya,  memandang Tony Momrell dan Kale yang meliriknya dengan senyum meledek.

"Tony! Oh my god. Is it real? Is it really the one and only Tony Momrell?!" Tania terpekik saking takjubnya sedangkan yang lain hanya tertawa karena respon wanita itu.

"Yes yes dear, this is Tony Momrell and he's my one and only lawful husband," Heradeff memperkenalkan. Ah! Pantas saja ia merasa tidak asing dengan wanita ini! Ternyata ia adalah istri dari Tony, sang vokalis. Betapa bodohnya Tania karena baru menyadarinya sekarang! Ya ampun!

"And hubby..  meet the beautiful lady that finally won Kale's heart, Mrs. Tania," Heradeff memperkenalkan Tania kepada suaminya sembari mengangkat tangan kanan laki-laki tersebut. Wait! Ini tidak salah kan? Ini betul-betul Tony Momrell right?  Lalu ada apa dengan kondisi yang Tania lihat ini? Setelah ia memperhatikan cukup lama, Tony terlihat terlalu tirus dan pucat. Tubuhnya terlihat kaku tidak bugar.  Parahnya lagi, hanya untuk menuruni tangga yang Tania yakin tidak terlalu tinggi itu saja, Pria didepannya ini harus dibopong?

"Nice to finally meet you, Tania. Kale is the luckiest man in this world for marrying a woman as beautiful as you," jawab lelaki itu ramah. Tania menjabat tangannya yang lemas sebelum akhirnya laki-laki itu berpelukan dan bercengkrama dengan Kale. 

Ini semua aneh. Tania mencoba mencari jawaban, berpikir keras atas teka-teki yang berkecamuk di dalam kepalanya sampai-sampai ia tidak mengindahkan percakapan yang terjadi antara ketiga orang didepan wajahnya tersebut.

"So, Kale..  Taniaa... "
"What can i do to help?"

Shed Your Tears AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang