"Tolong tampung aku di rumah Kakak dan Kak Kale selama beberapa bulan ke depan... Aku mohon. Aku akan bayar biaya sewa setiap bulannya, i'll quit school and get a job. Nanti kalau memang penghasilanku lumayan, aku akan cari tempat sendiri dan gak ngerepotin kalian lagi, please...."
Wait? Menampung Teesha dirumah kami? Dalam keadaan seperti ini? Bagaimana cara ia membicarakan ini dengan Kale ya? Belum lagi kamar mereka yang terpisah dan situasi canggung antara Kale dan Tania yang semakin dingin setiap harinya. Dan jika Teesha menginap disana, otomatis Kale dan Tania harus tidur di Kamar yang sama. Bagaimana ini?
"Kakak harus bicara dulu sama Kale. Sekarang kamu pulang dulu ya, nanti kalau kakak sudah dapat izin dari Kale, kakak akan jemput kamu dirumah. Sekalian kakak menemani kamu bicara sama Bunda, Ayah, dan Tama.," ujarnya. Teesha mengangguk lemas.
Tania merasa sangat prihatin dengan keadaan Teesha. Apalagi dengan keadaan Reno si laki-laki brengsek itu tidak mau bertanggung jawab atas adiknya. Ia kembali mengelus-elus tangan Teesha menunjukkan rasa sayangnya.
"Semangat ya, sha.," ucapnya lembut.
Teesha hanya membalasnya dengan senyum tipis di bibirnya. Mereka kemudian menyelesaikan makan, lalu Tania pun mengantarkan Teesha kembali ke rumah.
Sepanjang perjalanan, Teesha bercerita bagaimana kejadian saat ia mengetahui adanya janin yang tumbuh di dalam perutnya, lalu bagaimana respon Reno saat Teesha mengakui kehamilannya. Mendengar cerita itu semakin lama membuat kuping dan hati Tania panas. Rasanya, ingin sekali dia menghampiri Reno dan mencaci maki laki-laki itu. Bahkan kalau ia tega ia bisa saja merencanakan untuk menghancurkan hidup anak itu. Memang, sejak Teesha pertama kali mengenalkan Reno padanya satu tahun lalu, Tania sudah merasa tidak suka dengan laki-laki itu. Gaya bicaranya yang selangit dan cara berpakaian yang terlalu berlebihan cukup membuat Tania terheran-heran bagaimana Teesha bisa jatuh cinta pada laki-laki itu. Dan benar saja kan? Ternyata memang Reno adalah laki-laki brengsek.
Setelah beberapa waktu, mereka pun sampai di rumah. Tania memastikan adiknya masuk kerumah kemudian langsung melesat pergi lagi.
Ia mengambil ponselnya dari dalam tas, kemudian menghubungi Vio sekretarisnya. "Halo? Vio, tolong kosongkan jadwal saya ya. Saya gak bisa balik lagi ke kantor. Ada keperluan mendadak dan cukup darurat. Tolong reschedule untuk besok ya," pintanya pada Vio diseberang sana. Setelah Vio mengiyakan, ia segera menutup panggilan mereka. Sekarang, kemanakah ia harus pergi? Tentu saja ia harus menghampiri Kale di kantornya dan membicarakan tentang Teesha padanya. Ia tidak ingin membicarakan hal ini lewat telepon.
Tak lama, ia pun sampai di kantor Kale. Ia turun di lobby dan meminta valet untuk memarkirkannya.
Ia masuk ke dalam kantor, dan langsung disambut oleh pegawai-pegawai suami nya itu yang ternyata mengenali wajah Tania. Ia menunggu didepan lift selama beberapa menit dan ketika lift datang ia segera masuk dan menekan tombol lantai paling atas dimana ruangan Kale berada.
Setelah lift mengantarkannya ke lantai yang ia tuju, Tania mendapati Rahma sekretaris Kale di kantor sedang berada di front desk lantai tersebut bersama rekan-rekan kerjanya.
"Lho? Ibu Tania? Apa kabar bu?" Sapa wanita berambut pendek itu ramah.
Tania tersenyum membalasnya, "Baik, Rahma. Kale ada?" tanyanya sambil menunjuk ke arah ruangan Kale.
"Bapak sedang di ruang meeting bu, mungkin sebentar lagi selesai. Silahkan tunggu di ruangannya bu," jelas rahma dengan sopan.
Tania mengangguk, "Baiklah, kalau begitu, tolong informasikan pada Kale atas kedatangan saya ya.,"
Rahma mengiyakan kemudian mempersilahkan Tania masuk ke dalam ruangan bosnya tersebut.
Tania pun mendudukkan tubuhnya pada sofa hitam disana. Setelah menawarkan minum untuk Tania, Rahma pun meninggalkan ruangan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shed Your Tears Away
Romance[BAHASA INDONESIA] [THIS STORY REALLY IS MY OWN CREATION AND IS PROTECTED BY LAWS! NO COPYCATS ALLOWED! RESPECT!] Bagi Tania, menikah itu munafik dan cinta hanyalah nafsu belaka. Jangan salahkan dirinya karena tidak mempercayai cinta dan meremehkan...