Pagi-pagi sekali, Tania sudah sibuk mempersiapkan diri. Walaupun sejujurnya ia masih mengantuk, penerbangan yang akan membawanya ke London terjadwal akan berangkat pukul 7 pagi. Sehingga mau tidak mau dipukul 4 dini hari ini ia sudah mengangkat tubuhnya menjauh dari kasur dan bergegas kekamar mandi.
Selepas mandi dan berpakaian, ia segera menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Beruntung, bahan-bahan makanan masih terbilang cukup untuk satu minggu kedepan sehingga ia tidak perlu khawatir apa yang akan Kale konsumsi paling tidak untuk sarapan pagi laki-laki itu.
Setelah sarapan siap, ia mengambil secarik kertas dan menuliskan pesan untuk Kale yang kemudian ia tempelkan di pintu kulkas,
"Off to London. Don't forget to always do breakfast before heading to work. Take a very good care of your health. Ciao!
Princess T"
Tania tertawa sendiri melihat tulisannya diatas kertas tersebut. Bagaimana bisa seorang wanita berhati baja seperti Tania menjadi sangat peduli dengan orang lain?
Memang, pada dasarnya Tania adalah wanita yang baik hati. Namun bukan berarti dengan semua kebaikannya itu menjadikan ia sosok yang mempedulikan hal-hal receh semacam ini kepada orang lain. Tidak untuk sahabatnya maupun keluarganya. There are too many lessons she has learned not too care so much to other people. Even if she did, she will never show.
Dan sekarang? Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, Kale telah membawakan pengaruh yang cukup besar padanya. This is surely a big step for her, but still what's the meaning of taking a huge step when you had no idea of a destination? Yes, indeed. She doesn't know. Yet.
Tepat pada pukul 8 pagi, Kale dibangunkan oleh alarm yang selalu ia pasang setiap malam dan ia letakkan di atas nakas tempat tidurnya. Suaranya yang cukup bising alhasil selalu membangunkan laki-laki itu dengan cara yang cukup mengejutkan. Tapi khusus hari ini, rasa terkejut yang Kale rasakan bukan diakibatkan oleh suara bising dari alarm jadul nya. Melainkan karena ia merasa menggagalkan rencana yang telah ia susun sendiri tadi malam.
Seharusnya, pagi ini ia bangun terlebih dahulu. Membuatkan Tania sarapan, kemudian mengantarkannya ke Bandara. Namun bodohnya, ia malah tertidur dan lupa untuk mereset ulang alarm disampingnya itu.
Kale segera beranjak dari kasurnya dan berjalan keluar kamar.
Kosong, tidak ada siapa-siapa disana. Rasanya udara menjadi semakin menusuk ke kulitnya yang tipis karena tidak ada sosok untuk berbagi rasa dingin yang benda persegi panjang itu semburkan keseluruh penjuru ruangan. Persis sama seperti hatinya yang kehilangan.Walau Kale tahu bahwa Tania hanya pergi beberapa saat, tapi tetap saja ada kesan tersendiri di hatinya ketika mendapati wanita itu tak ada di depan matanya.
Kale kemudian melangkah menuju dapur dan mengambil air dingin dari kulkas. Namun ketika ia pertama kali membuka pintu tersebut, Tania berhasil membuatnya terkejut dengan banyaknya bahan makanan yang sudah di pisahkan di wadah yang berbeda untuk setiap menunya.
Kapan Tania melakukan semua ini? Bukankah semalam Tania yang meninggalkannya tidur duluan? Pertanyaan-pertanyaan kembali muncul di benak laki-laki tersebut. Tapi keheranannya kalah dengan rasa senang yang muncul dan memenuhi hatinya. Kale sangat senang diperlakukan sebaik ini oleh Tania. Hal ini membuatnya sedikit lancang untuk berharap. Berharap sekecil apapun kemungkinannya, Tania mulai menyadari perasaan yang tumbuh diantara keduanya.
****
"Call me when you've landed? Please? He he"

KAMU SEDANG MEMBACA
Shed Your Tears Away
Romantika[BAHASA INDONESIA] [THIS STORY REALLY IS MY OWN CREATION AND IS PROTECTED BY LAWS! NO COPYCATS ALLOWED! RESPECT!] Bagi Tania, menikah itu munafik dan cinta hanyalah nafsu belaka. Jangan salahkan dirinya karena tidak mempercayai cinta dan meremehkan...