Pagi ini seharusnya menjadi pagi yang tenang dan membahagiakan bagi Tania dan Kale. Setelah jadwal mereka yang padat selama beberapa waktu lalu, Kemarin, pasangan itu akhirnya bisa menyempatkan diri untuk berkencan seharian penuh tanpa sama sekali diganggu oleh pekerjaan keduanya.
Selama kencan kemarin, Kale was super gentle and patient with her. Without a single words of complains, He followed Tania's every wished for the whole day which made her feel as she's the happiest!
Namun sayangnya, pagi ini Sashie dibangunkan dengan terburu-buru yang tentu saja membuatnya bingung setengah mati. Sembari mengucek-ucek matanya yang masih mengantuk, Tania memperhatikan Kale yang sedang mondar-mandir dengan cemas sembari mencoba beberapa kali menelepon anak buahnya.
"Ada apa, sih?" tanya Tania dengan suara serak khas bangun tidurnya.
Mendengar suara Tania lantas membuat Kale menengok ke arahnya dan menghampirinya kemudian. Laki-laki itu berjalan ke sisi tempat tidur Tania, dan mencengkeram kedua lengan atas wanita itu.
"Aw. Sakit dong Kale-"
"Kita harus pulang ke Jakarta sekarang," potong Kale dengan nada yang Tania tahu bahwa laki-laki ini sedang tidak memohon. Ia memerintah.
"Apa sih? Kok tiba-tiba?" tanya Tania bingung,
Kale kembali berdiri dan berjalan mondar mandir dengan cemas, sedangkan Tania hanya bisa mengikuti tubuh jangkung pria nya dengan semakin bingung.
"Hey, What's wrong?" tanya Tania lembut setelah ia mulai bisa memahami bahwa sepertinya ada sesuatu yang terjadi, yang mungkin berkaitan dengan masa lalu Kale yang masih selalu pria itu sembunyikan.
Kale tidak menjawab, ia masih saja berkutat dengan pikirannya sembari mencoba menghubungi anak-anak buahnya yang entah mengapa tidak menjawabnya sejak 1 jam yang lalu. Hal ini tentu saja membuat Kale semakin memikirkan yang tidak-tidak. He knows exactly well, what that old man can do.
"Hey..." panggil Tania lagi, kali ini sudah beranjak dari kasurnya sembari menarik pergelangan tangan laki-laki itu perlahan.
"Tell me... What's wrong?" tanyanya sembari mengambil telepon genggan Kale yang sedari tadi berada di pintu telinga suaminya.
Kale menatapnya dengan tatapan yang sama pada saat Kale memutuskan untuk meninggalkannya. Ada sejuta kesedihan, amarah, dan ketakutan yang terpancar dari matanya dan sayangnya, kali ini tatapan itu terlihat lebih menyakitkan. Terlihat begitu lemah dan menyayat hatinya sampai ia tak berani untuk menyuarakan apapun. Ia semakin yakin bahwa apapun yang terjadi kali ini bisa dipastikan berkaitan dengan masa lalu Kale, masa-masa yang membentuk Kale menjadi sosok yang dingin dan begitu sulit untuk mencintai dirinya sendiri, Masa-masa yang membuat Kale dapat dengan mudahnya membuang Tania yang begitu ia cintai.
"Beresin pakaian dan barang-barang kamu. We're leaving. Now,"
"You know I can't do that," ujar Tania memelas.
"I'm not asking, Tania. We're leaving. Now," ulang Kale dengan penekanan dalam setiap katanya. Tania tentu mengerti bahwa jika Kale sudah berbicara seperti ini, Tania tidak boleh dan tidak bisa menolak. tapi bagaimanapun juga ia memiliki tanggung jawabnya disini. Belum lagi ada Teesha yang harus ia jaga mengingat kondisinya dan kehidupan adik kecilnya itu yang sudah mulai tertata kembali. Ia tidak mungkin meninggalkan Teesha sendiri atau bahkan dengan egois memintanya mengurungkan mimpinya lagi.
Mengumpulkan seluruh keberanian yang ia miliki Tania kemudian berbicara kembali, "Aku gak bisa pergi, Kale. I'm sorry but I have my own responsibilities. Mungkin kalau untuk pekerjaan, aku bisa mengakalinya dan meminta Diana atau Vio untuk menggantikanku. Tapi aku punya Teesha. And for now, she only had me,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Shed Your Tears Away
Romance[BAHASA INDONESIA] [THIS STORY REALLY IS MY OWN CREATION AND IS PROTECTED BY LAWS! NO COPYCATS ALLOWED! RESPECT!] Bagi Tania, menikah itu munafik dan cinta hanyalah nafsu belaka. Jangan salahkan dirinya karena tidak mempercayai cinta dan meremehkan...