Part 39

162 12 1
                                    

"Eh, udah nyampe tam? Tania mana?" tanya Kale sesaat setelah memasuki kamar inap milik Teesha dan mendapati kehadiran Tama sendirian disana. 

"Eh mas. Iya sejam yang lalu lah. Apa kabar mas?" jawab Tama sebelum menghampiri sang kakak ipar dan menyalaminya. 

"All good. Sorry for making you come here. Even more dragging you into this unexpected mess. And I'm also sorry that I can't take care of your sisters better." ucap Kale bersungguh-sungguh. 

Tama menepuk pundak laki-laki tersebut. "It's alright. None of this was your fault. As you said, it was unexpected and she is my family after all. She's my responsibility and not you. You don't have to feel bad for this, Mas. I should be the one who thanked you for being here," 

Kale menganggukkan kepalanya dengan senyum miris, "Tania dimana, Tam?" 

"She went outside. Cari jus sekalian ngerokok katanya," jelas Tama yang tentu saja membuat Kale mengerutkan kening menunjukkan ketidak sukaannya. 

"Ngerokok?" 

Mendengar nada keterkejutan dari laki-laki tersebut membuat Tama merasa gugup, "Eh.. lo tau kan ya Kakak ngerokok?" 

Kale mendengus, "Tau. But I'm not happy about it," jawabnya dingin membuat Tama menelan ludah, menyesal telah memberikan informasi ini. Kale kemudian bertanya kembali, "Udah lama? Did you know where she might be going to?" 

"Around 15 mins ago I guess? Belum lama sih. Kalo dimananya sih kurang tau juga ya. Tapi yang pasti gak mungkin di area rumah sakit. Kenapa mas? Lo mau nyusul?" 

Kale mengangguk. "Iya. Yaudah, gue cari Tania dulu ya. She brought her phone right?" 

Kini giliran Tama yang mengangguk dan detik setelahnya Kale pun segera bergegas keluar mencoba mencari sang Istri. He doesn't feel good about this. 

Dengan langkah kaki yang berderap dengan cepat, ia berjalan menuju luar area rumah sakit sembari men-dial nomor telepon Tania. Sayangnya, bahkan setelah ia berhasil keluar dari area tersebut, panggilannya tak juga berhasil tersambung yang tentu saja membuat rasa paniknya semakin besar dan menjalar ke seluruh tubuhnya. 

"Please pick up the phone, princess.." ujarnya dalam hati. Namun hasilnya nihil. 3 kali sudah Kale mencoba menelepon Tania, dan tak ada satupun yang tersambung. Something is not right. Ia tahu betul itu. Maka dengan cepat ia pun segera menghubungi Eric, asistennya untuk segera menugaskan anak buahnya yang lainnya dalam pencarian ini. 

"Eric.. I think I lost her.... Saya harus gimana? She's not answering her phone and I can't find her anywhere. Saya harus gimana, Ric?" tutur Kale lemah tepat saat nada dering panggilannya berhenti dan berganti dengan sapaan dari laki-laki diseberang sana. 

"I'll send out the boys, Sir. Don't be panic. We will find her. Don't worry. Saya akan meluncur ke rumah sakit detik ini juga," jawab Eric sigap setelah mendengar nada putus asa dari Kale yang berada di balik panggilan ini. 

Kale hanya bisa menganggukan kepalanya lesu sebelum kemudian menutup panggilan tersebut. 

Rasanya kakinya sudah tidak lagi mampu menopang berat tubuhnya. Kekhawatirannya terlalu berlebihan hingga energinya terbuang berserakan, membuatnya kesulitan untuk dapat sekedar melanjutkan pencarian. 

Walau begitu, entah dengan kondisi apapun, Ia tahu bahwa ia tidak bisa menyerah. Ada nyawa wanita yang di cintainya yang harus dipertaruhkan. Ia tidak bisa hanya duduk manis dan menanti laporan dari anak buahnya. Maka kemudian ia pun melangkahkan kakinya lagi dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki. 

Sejujurnya ia tidak tahu kemana ia harus mencari Tania di area seluas ini. Namun entah karena apa, kini kakinya mengantarkannya kepada sebuah taman kecil yang berada tidak jauh dari area rumah sakit. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shed Your Tears AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang