Saat ini, Tania tengah berada di dalam kamarnya, meringkuk didalam selimut.
Matanya sembab, badannya lemas, kepalanya pening. Ia juga tidak bernafsu untuk melakukan apapun selain bermalas-malasan dirumkah.
Kata-kata Kale tadi pagi benar-benar telah menghancurkannya.
Cerai? Haah...
Bahkan terpikirpun tidak di otak Tania.Memang sih jika mengingat kembali, pernikahan ini memiliki kontrak yang telah disetujui mereka berdua dan salah satu perjanjiannya adalah pembatalan pernikahan ini ketika salah satu diantara keduanya jatuh cinta. Tapi Tania benar-benar tidak menyangka Kale tega melakukan ini. Lagipula, perasaan yang ia miliki pada Kale saat ini tidak berjalan sesuai kemauannya sendiri. Ia juga terjebak.
Ia membuka-buka seluruh akun sosial medianya untuk mengurangi kebosanan.
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar dan setelah itu memunculkan adik perempuannya yang masuk kemudian.
"Kenapa Sha?" tanya nya lemas tanpa memindahkan tubuhnya dari posisi awal.
Teesha masuk dan mendudukan tubuhnya di pinggir tempat tidur kakaknya.
"Lho? Kakak belum berangkat kerja?" tanyanya polos.
"Kamu belum baca chat kakak ya?" tanyanya balik.
"Belum. Aku baru bangun, tadi ketuk pintu justru ku kira kak Kale yang ada di dalam. Aku mau minta sabun mandi,"
"Oh... Enggak. Tadi kakak sudah berangkat pagi-pagi. Tapi tiba-tiba gak enak badan makanya pulang lagi," jawabnya sekenanya. Teesha kemudian bergerak mendekat dan menyingkap selimut yang membungkus tubuh Tania lalu memeriksa suhu tubuh tania dengan tangannya.
"Gak panas kok, kakak sakit apa? Mau aku bikinin bubur?" tanyanya lagi perhatian. Tania menarik selimutnya kembali dan menggeleng menolak niat baik adiknya itu.
"Yaudah kalau gitu istirahat aja deh ya. Aku temenin disini," ujarnya lagi yang di balas dengan anggukan dari kakaknya.
Teesha memindahkan posisi duduknya, bersandar pada kepala tempat tidur mencari posisi ternyamannya.
"By the way, kak... Aku seneng banget deh kakak ketemu laki-laki kayak kak Kale. Walaupun kalian menikah karena perjodohan, tapi aku bisa lihat kalau kak Kale sesayang itu sama kakak,"
"Maksudnya? Kenapa kamu bisa bilang gitu?" tanya Tania penasaran.
Teesha kemudian melanjutkan, "Iya.. Jadi tuh semalem jam setengah 12 an kalau gak salah, aku belum tidur lagi asik nonton TV di ruang keluarga. Terus tiba-tiba kak Kale dateng. Dia cuma nyapa aku seadanya terus langsung masuk ke kamar. Pas dia buka pintu kamar, dia diem dulu tuh berapa detik didepan kamar. Terus dia ngeliatin kakak tidur di sofa sambil ngelus-ngelus rambut kakak. Dia lupa nutup pintunya makanya aku bisa ngintip, hehehe"
Ia melanjutkan lagi, "Lama banget dia ngeliatin kakak tidur, matanya tuh kayak sayang banget sama kakak. Disitu aku benar-benar merasa bersyukur kakak dapet orang yang benar-benar sayang sama kakak, gak kayak papa yang jahat banget sama bunda. Padahal dulu aku agak ragu sama dia karena sikapnya yang terlalu dingin dan pendiam. Sok-sok misterius gitu loh. Tapi ternyata aku salah, dia sayang banget sama kakak." cerocos Teesha menceritakan.
Tania yang mendengarnya semakin terenyuh. Hatinya merasa sakit kembali. Sudah jelas sekali bahwa laki-laki bodoh itu memaksakan perasaannya sendiri. Menahan segala sakitnya demi ketakutannya sendiri. Tania hanya membalas cerita adiknya itu dengan senyum tipisnya yang dipaksakan. Ia tidak tahu harus berkomentar apa. Ingin sekali dia mengungkap rasa syukurnya juga, tapi untuk apa? Bersyukur karena Kale yang ingin menceraikannya? Atau bersyukur karena dicintai oleh laki-laki yang tidak mampu memperjuangkannya? Setelah mendengar cerita adiknya itu, ada keinginan dihati tania untuk membagi sedihnya. Tentang seluruh pernikahan kontrak ini, tentang perasaannya, ketakutannya maupun ketakutan Kale suaminya. Ia bisa gila jika terus-terusan memendam ini tanpa ada siapapun yang bisa ia ajak bicara. Haruskah ia menceritakan ini pada Teesha?

KAMU SEDANG MEMBACA
Shed Your Tears Away
Romans[BAHASA INDONESIA] [THIS STORY REALLY IS MY OWN CREATION AND IS PROTECTED BY LAWS! NO COPYCATS ALLOWED! RESPECT!] Bagi Tania, menikah itu munafik dan cinta hanyalah nafsu belaka. Jangan salahkan dirinya karena tidak mempercayai cinta dan meremehkan...