PART 24

1.7K 96 13
                                    

Hari ini adalah hari minggu yang paling mendebarkan untuk Tania. Malam ini Kale akan pulang setelah sebelumnya mengambil penerbangan paling cepat dari London ke Jakarta. Jadi, sedari pagi Tania sudah membereskan rumahnya dan memasak untuk malam ini memyambut kepulangan Kale dari London. Ia begitu senang sekaligus gugup. Ia sangat merindukan Kale, dan ingin tampil secantik mungkin dihadapan suami bohongannya itu.

Setelah semua beres ia bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. Kemudian ia mendandani dirinya sendiri dengan gaya makeup yang natural namun masih terlihat mempesona. Tidak hanya itu, walaupun malam ini mereka hanya akan berbincang di dalam rumah, namun rasanya rasa percaya diri nya meningkat apabila ia melakukan ritual mempercantik dirinya sendiri.

Tania melihat jam di dinding kamarnya, sudah menunjukkan pukul 9 malam. Seharusnya Kale sudah sampai, tapi kenapa laki-laki itu belum datang juga? Pikirnya dalam hati. Ia memegang perutnya yang sedari tadi keroncongan. Ia kelaparan.  Haruskah ia menghubungi laki-laki itu dan menanyakan dimana keberadannya saat ini? Setelah menimbang-nimbang ia akhirnya menekan nomor ponsel Kale dan memanggilnya.

Tuut.. Tuut... Terhubung beberapa kali, namun tidak di angkat sampai pesan suara yang mengambil alih. Ia menelepon kembali dan setelah 3 panggilan di lakukan Tania masih tidak mendapatkan jawaban.

Tiba-tiba pintu penthouse mereka terbuka dan menghadirkan Kale dengan koper besarnya disana.

"Kale, darimana saja?" tanyanya canggung. Kale yang masih merapikan sepatunya di depan tidak menjawab pertanyaan Tania dan hanya menatapnya sedingin mungkin.

Ia kemudian masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Tania yang masih bertanya-tanya di ruang tamu.

Tania bingung, sikap Kale benar-benar dingin. Ah rasa penyesalan itu semakin menjadi-jadi. Ini benar-benar bukan sesuatu yang ia inginkan. Apa yang ia minta sebelumnya benar-benar bodoh. Tapi Kale juga keterlaluan, apakah laki-laki itu tidak bisa bersikap normal saja? Cukup berhenti membuatnya jatuh cinta kan bisa. Ditambah lagi pengakuan cintanya saat itu menambah rasa malunya sekaligus. Apa Kale tidak bisa memikirkan perasaan Tania saat ini dengan tingkahnya yang sedingin itu? Tania sedih sekali, ia merasa jijik dengan dirinya sendiri.

Ia terduduk kembali di sofa birunya, menggigit jarinya sembari membiarkan pikirannya menari diawang-awang kebingungan.

Kale keluar dari kamarnya dengan pakaian tidurnya. Rambutnya yang masih basah seolah memberi Tania informasi bahwa laki-laki itu baru saja mandi. Kale kemudian berjalan menuju dapur yang segera diikuti oleh Tania.

"A-aku tadi memasak makan malam untuk kita. Mungkin sekarang sudah dingin, mau aku panaskan?" tanyanya gugup. Laki-laki berbadan jangkung itu melirik menatapnya sambil menenggak botol air mineral yang sebelumnya ia ambil dari dalam kulkas.

Kale mengangguk. Kemudian mendudukkan tubuhnya di kursi bar. Ia mengambil ponselnya dari dalam saku dan membaca beberapa dokumen yang harus ia pelajari untuk esok hari.

"Untuk apa kamu ke London Kale? Urusan pekerjaan? Atau memang sengaj-" pertanyaan Tania terputus.

"Untuk pekerjaan. Jangan merasa bersalah," sanggah Kale cepat sebelum mendengar rasa bersalah dari mulut Tania.

"O-oh." jawab Tania sekenanya. Tania harus cepat-cepat mencari topik pembicaraan baru agar tidak terus-terusan berada pada suasana canggung ini.

"Lalu bagaimana London? Apakah pekerjaanmu berjalan dengan baik?"

Kale hanya mengangguk.
Sial, Kale sendiri juga tidak berniat membantunya mencairkan suasana.

"Apakah kamu melihat ku di berita? Sejak hari itu, namaku terpampang di seluruh media. Terimakasih ya Kale, semua itu kar-"

Shed Your Tears AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang