PART 7

4.7K 153 2
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Tania terbangun dari tidurnya yang lelap. Wow. 12 jam sudah ia tertidur tanpa terbangun sama sekali. Ia mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas nakas dan mengeceknya. Tidak ada panggilan maupun sms masuk dari Kale. Kale tidak menghubunginya.

Ia segera menyingkap selimutnya, dan bergegas keluar dari kamar mencari keberadaan suaminya. Seharusnya laki-laki itu sudah pulang. Tidak mungkin kan Kale tega meninggalkannya sendirian di malam pertama ia tinggal di apartemen sebesar ini?

Tania melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, dapur, balkon, kamar Kale dan bahkan kamar mandi di dalamnya namun ia tak kunjung juga menemukan laki-laki itu. Apakah Kale benar-benar membiarkannya sendirian mala mini? Yang benar saja!

Dengan kesal, ia membanting tubuhnya ke sofa di ruang TV dengan tangan bersedekap di dadanya. Kale sungguh telah membuatnya jengkel. Setelah 12 jam tertidur, ia yakin ia tidak dapat kembali melanjutkan tidurnya. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengambil remote TV di atas coffee table marmer di hadapannya berniat menyalakan TV lalu mencari-cari channel yang sekiranya memiliki tayangan layak tonton.

Belum sempat ia menekan tombol power, tiba-tiba terdengar sebuah dentingan piano mengalun dengan lembut samar-samar. Tania seolah menemukan cahaya hidupnya kembali. Kale pulang! Dengan cepat ia segera beranjak dari sofa tersebut, kemudian mengikuti sang suara membawanya.

"Aku tidak tahu ternyata kau memiliki piano," ujarnya sembari bersedekap dan menyandarkan tubuhnya di ambang pintu. Mendengar suara Tania membuat Kale menoleh kearah sumber suara tanpa menghentikkan jemarinya yang masih menari-nari.

"Sudah bangun?" tanya Kale dengan senyum lembut yang menyejukkan andalannya. Tania membalas senyuman itu lalu mengangguk.

"Mendekatlah. Duduk bersamaku disini," pinta Kale mengarahkan kepalanya mengajak Tania untuk duduk dan menemaninya disana. Wanita itu mengangguk dan kemudian melangkahkan kakinya mendekat lalu duduk disamping suaminya yang masih asik dengan permainannya.

"Michael Buble, eh?" tanya Tania dengan sungging senyum tipis di bibirnya.

"Yes. You know the song?" Kale balik bertanya.

"Ofcourse. I'm a huge fan," jawabnya percaya diri.

"Well, sing it with me," tantang Kale tidak mau kalah.

"Deal. You go first," Tania menyanggupi. Kale terkekeh sebelum kemudian kembali menjentikkan jemarinya di atas tuts-tuts dengan lembut.

"Didn't they always say we were the lucky ones?

I guess that we were once, babe, we were once,

But luck will leave you 'cause it is a faithless friend,

And in the end, when life has got you down,

You've got someone here that you can wrap your arms around," Kale menyanyikan bait pertama dengan suara merdunya yang cukup membuat Tania tercengang mendengarnya. He has such a great voice.

"So, hold on to me tight,

Hold on to me tonight.

We are stronger here together

Than we could ever be alone.

So, hold on to me,

Don't you ever let me go," laki-laki tersebut melanjutkan part refrain yang membuat tubuh Tania tergetar mendengarnya.

Shed Your Tears AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang