Sibling Goals🐇08

7.2K 689 46
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH
ANDREA DAN SYIFA.

Budayakan vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca.

...

B A B   D E L A P A N

Rumah ini sekarang bukanlah rumah. Ini hanya tempat tinggal, rumahku sudah runtuh, hilang menjadi satu dengan tanah. Tempat tinggalku pun pergi entah kemana.


...


GADIS itu masih diam, duduk di atas kursi yang ada di teras rumahnya. Dia hanya diam, mulutnya bungkam, tatapannya kosong seakan telah kehilangan hidupnya. Ia harus kehilangan dua orang berharga secara bersamaan.

Sedihnya tidak bisa lagi untuk dibicarakan. Boleh saja dia sekarang terlihat bahagia, dia terlihat tegar, tapi tidak dengan hatinya.

Rapuh.

Hancur.

Bahkan rasanya lebih dari itu. Boleh saja mulut itu bilang bahwa dirinya ikhlas, tapi bagaimana jika hatinya tidak? Bagaimana jika hatinya tidak setuju? Bagaimana jika mereka bertolak belakang?

Sejak hari itu, semuanya berubah, ucapan mereka hanya janji dan tidak akan menjadi kenyataan. Kata-kata yang mereka ucapkan hanyalah penenang. Tidak ada yang ditepati.

Kakaknya bilang akan selalu menjaganya tapi apa, dia sibuk dengan teman-temanya. Jika ditanya alasannya selalu sama, agar tidak terlalu memikirkan Mama. Begitupun Papa, tiada hari tanpa kerja. Beliau selalu pulang lewat dari tengah malam dan berangkat ketika matahari belum memberikan sinarnya.

Semuanya berubah, mereka merasa bahwa mereka adalah orang-orang paling tersakiti. Tidak pernah memikirkannya barang sedetikpun. Kakaknya saja, orang kalian pikir adalah orang yang akan tetap tinggal disampingnya, orang yang amat dekat dengannya, orang yang sangat peduli padanya, sekarang hanya menganggapnya seperti angin lalu.

Bahkan rumah ini seperti kehilangan cahayanya, hingga terasa suram dan gelap. Hingga orang-orang pun tidak mau memasukinya. Syifa benar-benar terpukul mengetahui kenyataan itu. Kenyataan dimana keluarganya tak lagi utuh. Ia kehilangan semuanya. Sungguh ia tidak perlu semua kekayaan ini. Syifa tidak mengingikannya.

Syifa menghela nafas dalam-dalam, terlalu lama berdiam diri sampai lupa waktu, tidak sadar bahwa angin malam sudah berhembus menusuk kulitnya. Gadis itu bangkit dari duduknya masuk ke dalam rumah yang sebenarnya bukan rumah. Rumahnya sudah pergi entah kemana. Rumahnya sudah runtuh. Hilang menjadi satu dengan tanah.

Ia mengamati rumah yang terasa hampa. "Jika kalian aja boleh pergi dari sini, kenapa aku tidak. "

Keputusannya sudah bulat. Pergi mengikuti jejak kakaknya ataupun Papa, mencari kebahagiaannya sendiri. Andai saja kedua laki-lakinya tetap tinggal memberikannya kenyamanan hingga sakit di dadanya berkurang, maka tidak ada kata pergi dalam hidupnya. Jadi apa lagi yang harus ia pertahanankan? Mereka sudah pergi mencari kebahagiaan tanpa bepikir memberikan kebahagiaannya.

Egoiskah ia? Tidak kan?

...

Suasan rumah Hendra terasa sepi. Ya memang seperti itu, rumah ini seperti kehilangan cahayanya. Satu perempuan telah pergi meninggalkan, maka satu prempuan lagi harus mereka jaga. Ya, putrinya.

Maka hari ini Hendra sengaja meluangkan waktunya untuk kedua anaknya. Hendra tau putranya juga pulang hari ini. Ini akan jadi kejutan yang lengkap untuk putrinya. Keduanya sadar, Syifa yang paling terpukul karena kepergian Ratna. Oleh karena itu mereka mau menebusnya hari ini.

Sibling GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang