02|-

1.4K 157 27
                                    

Halo!
Hari, tanggal, jam berapa kalian baca ini? Hehe

Jangan lupa banyakin vote & komentar.

...

Jam pelajaran terakhir sudah selesai tapi masih ada jam tambahan yang buat Syifa menghela napas lelah. Adam meregangkan otot-otot pada tubuhnya, pandangannya beralih pada Syifa yang menidurkan kepala di lipatan tangan atas meja.

"Mau ke kantin gak?" Adam mengajak karena jam tambahan dimulai 45 menit lagi.

Syifa menggeleng, "Males, pengen pulang," katanya.

Jadi teman sebangku Syifa sejak dua tahun lalu, ketika gadis itu masih jadi murid baru. Ingat sekali kenekatan Syifa yang hidup sendiri bahkan hingga kerja sampingan setelah pulang sekolah.

"Diet, lo?"

Syifa mendecak kesal, ia menoleh ke samping, menatap Adam dengan alis menukik tajam.

"Lo berisik, Adam. Mulut lo gak bisa diem."

Tidak tersinggung, Adam malah tertawa pelan. Menurutnya, wajah kesal milik Syifa tidak terlihat menyeramkan sama sekali.

Syifa kembali memejamkan mata, berharap bisa pulang dengan segera.

"Mau bolos gak, Fa?"

"Setan, lo," ketus Syifa.

"Mulut lo, Fa."

"Mulut lo tuh, berisik!"

Ais, Syifa sedang galak-galaknya.

"Lemes amat, belajar yang bener. Bentar lagi ujian," kata Adam buat Syifa membuka mata.

Semua rasa kantuk berubah jadi perasaan kesal dan itu semua karena Adam.

Syifa menegakkan tubuh, wajahnya datar, tapi matanya menatap tajam.

"Gue lagi haid hari pertama, Dam. Butuh orang yang mau rasain sakit yang sama kayak gue rasain sekarang, lo mau gue siksa gak, Dam?"

"Gue pengen cekik leher lo," lanjut Syifa.

Adam tertawa canggung, "Ijin aja, yuk? Nanti pulang beli cokelat, mau?"

Mata Syifa berkaca-kaca buat Adam mendadak panik.

"Yah, jangan nangis dong, Fa."

Syifa menangis, meraung hingga semua yang tinggal di kelas melihatnya dan menatap Adam dengan tatapan menuduh.

Adam menggeleng, mengangkat kedua tangan, "Gue gak ngapain-ngapain! Serius, deh," katanya panik.

"HUA! SAKIT!" Rengekan Syifa semakin keras.

Adam mengelus-elus kepala Syifa, mencoba menenangkan. Mengusap air mata dan merapikan rambut sahabatnya yang berantakan.

"Cup, cup, jangan nangis dong, Fa. Nanti gue ikut nangis gimana?"

Syifa melirik Adam, "Kenapa harus nangis coba?" tanyanya disela tangisan.

Sibling GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang