Rasanya malas membuka mata, apalagi baru saja tidur dini hari setelah membuat kekacauan di ruang keluarga.
"Bangun, udah jam delapan pagi," bisik Andrea disusul kecupan di kedua mata Syifa.
Gadis itu mengerjap, meregangkan otot tubuh, lalu menatap Andrea yang berbaring miring, menatapnya.
Sejenak mengangkat kepala untuk melihat belakang tubuh Andrea, sepupunya masih terlelap, juga Adam yang ada diujung satunya.
"Bisa besok aja gak perginya?" rengek Syifa sambil melingkarkan kaki pada kakaknya.
Andrea mengeratkan pelukan, "Lo kira itu Universitas punya kakek?" gumamnya.
Syifa terkekeh pelan, "Penerbangan ganti nanti malem aja," pintanya.
"Terus kalau udah malem, lo minta subuh, iya kan?" Syifa terkekeh sambil mengangguk—membenarkan.
Enggan rasanya jauh dari Andrea walau dekat mereka hanya gulat. Sedihnya tidak ada yang akan memeluknya jika belanja di Alfamart, tidak ada yang membayarkan juga.
Mendadak seperti hidup susah.
"Abang?" Syifa menyandarkan dahi pada bibir Andrea, membuat kakaknya dengan senang hati memberikan kecupan.
"Bang!"
"Apa?"
"Lo mulai kuliahnya kapan sih?" Andrea berdeham pelan, "Minggu depan," jawabnya.Kepala Syifa refleks mendongak, "Terus kenapa ke Jogja nanti siang? Kenapa gak lusa aja?" rengeknya.
Geli ia mendengar suara sendiri.
"Kan ngurusin berkas pendaftaran, cari tempat tinggal." Andrea mengecup kening Syifa sekali lagi, sebelum beranjak duduk, menyandarkan punggung pada kaki sofa.
"Gak asyik lo!"
Andrea nyengir! Syifa kesal, kenapa bisa Andrea terlihat bahagia disaat akan meninggalkan adiknya?
"Bahagia amat lo mau pergi!" Andrea dibuat terbahak keras, suaranya bahkan membangunkan yang lain.
"Berisik banget lo," gumam Arka.
Andra menendang Albi, membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan.
"Lo ngapain nendang gue, tolol?!"
Syifa duduk bersila, menonton keributan di pagi hari membuatnya bahagia.
"Ayo lanjut ke baku hantam, aku gak suka kalian akur!" diledek Syifa mereka menggerutu.
Andra mengerjap, merentangkan tangan hinggap menampar wajah Adam hingga ia terbangun karena terkejut, bahkan Adam langsung terduduk dengan wajah kaget.
Syifa dibuat terbahak padahal masih pagi—agak siang.
"Andra bar-bar tahap akhir," gumam Andrea beranjak ke kamar untuk mandi.
Syifa berdiri, menendang kaki Arka, Albi dan Andra satu persatu, membuat korban marah-marah.
"BANGUN GAK LO PADA! GUE USIR NIH KALAU GAK BANGUN-BANGUN!"
"Bacot deh lo," gumam Adam yang ternyata kembali tidur dalam posisi duduk.
Syifa mendengus, menendang kaki Adam. "Bangun! Ini mandinya gantian, nanti telat anterin Bang Andrea," seru Syifa.
Malas mendengar Syifa yang akan semakin cerewet, mereka beranjak membawa selimut masing-masing.
"Ini pindah buat mandi ya! Jangan ada yang nerusin tidur!"
Ini pagi sibuk, setelah semua selesai mandi dan berpakaian mereka memenuhi meja makan yang kosong.
Hendra datang dengan wajah kebingungan, "Loh, gak ada makanan?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Goals
Teen Fiction[Sibling Series #1] "Cicing maneh?!" ancam Syifa sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah kakaknya. Andrea hanya menyeringai kecil, "Ih, kecoa nih," godanya sambil mendekatkan kecoa mainan yang ada ditangan kirinya pada tubuh adiknya. ...