SELAMAT MEMBACA KISAH
ANDREA DAN SYIFABudayakan vote sebelum membaca dan komentar sesudah membaca.
Sangat membutuhkan koreksi
...B A B D U A P U L U H L I M A
Gue emang cerewet, tapi gue paling gak bisa bilang selamat tinggal.
...
Puas di hutan Mangrove, kakak beradik itu memilih mengisi perut--desakan Syifa sebenarnya--disalah satu rumah makan tidak jauh dari kawasan Hutan Mangrove.
Tema klasik khas rumah di Semarang membuat Andrea mendadak menjadi fotografer pribadi untuk Syifa.
Kenyang dengan apa yang mereka pesan, keduanya melanjutkan perjalanan. Mereka memutuskan untuk pergi ke Old City 3D Trick Art Museum. Di sana, Andrea semakin yakin jika ia akan menjadi fotografer.
Seperti biasa, kalian pasti tau. Sepanjang perjalanan, Syifa tidak bisa barang sedetik saja menutup mulutnya rapat-rapat. Cerewetan level maksimum, mengalahkan penyiar radio.
Salah Andrea juga sih, menanggapi apa yang dibicarakan adiknya, topiknya tidak jauh-jauh dari lagu dan film aksi—favorit mereka.
"Tapi Bang, gue pengen banget nonton Ralph Breaking the Internet," ujar Syifa.
Sepertinya ada yang belum disampaikan. Syifa yang cerewet dan banyak tingkah, tidak bisa duduk diam. Bayangkan saja, posisi adik Andrea itu tidak lagi mengadap depan, tetapi bersila dan menghadap Andrea dengan pintu yang ia jadikan sandaran.
Barang-barang jadi serba guna jika Syifa yang memakainya.
Rintik mulai datang, perlahan menjadi gerimis dan hujan deras mengganti.
"Pulang aja ya?" tawar Andrea. Sudah tau kan, jika Andrea tidak suka hujan?
Syifa mengerucutkan bibirnya, "Kok pulang?" tanyanya.
"Hujan. Mending beli oleh-oleh sama camilan buat lo di rumah," jawab Andrea.
Sudut bibir Syifa menarik garis lurus. Jika Andrea sudah memutuskan, Syifa bisa apa?
"Ngambek ya?" Syifa menggeleng pelan.
"Kok diam?" tanya Andrea.Syifa mengedikkan bahunya, malas bicara dengan Andrea. Kakaknya memang sering seperti itu, membatalkan yang sudah direncanakan.
Lagi-lagi hening. Suara rintik hujan di luar begitu memenuhi mobil. Andrea juga memilih ikut diam, membuat Syifa semakin tenggelam dalam rasa kesal.
Laki-laki dengan egonya.
Syifa kembali menghadap depan, tubuhnya ia sandarkan sepenuhnya ke kursi, kakinya ia luruskan ke atas dashboard.
Hingga sampai di depan supermarket, Syifa masih bergeming, tidak ada teriakan senang, Syifa masih kecewa.
"Ayo," ajak Andrea. Ia sudah membuka seatbelt, sudah bersiap membuka pintu.
"Abang aja," lirihnya.
"Kok gitu? Gue yang bayarin kok."Syifa tetap kukuh, ia memilih menyandarkan kepalanya ke kaca pintu mobil, lalu memejamkan mata.
"Jangan kayak anak kecil deh," ucap Andrea.
"Cuman karena gak jadi ke Art Museum ngambek, terus diem. Lo masih mirip anak umur lima tahun." Andrea mendengus kesal, heran dengan tingkah adiknya yang semakin lama semakin menjengkelkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Goals
Teen Fiction[Sibling Series #1] "Cicing maneh?!" ancam Syifa sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah kakaknya. Andrea hanya menyeringai kecil, "Ih, kecoa nih," godanya sambil mendekatkan kecoa mainan yang ada ditangan kirinya pada tubuh adiknya. ...