Edisi kangen Andrea
...
Dia lelah, tapi wajahnya sumringah. Syifa keluar Laboraturium Komputer dengan langkah ringan, hari terakhir Ujian Nasional sudah terlewati.
"Langsung pulang, Fa?" tanya Adam yang sekarang melangkah beriringan.
"Mau ke Cafe Biscuit, anterin bisa, gak, Dam?"
Adam mengangguk, memberikan senyuman. "Boleh, sekalian temenin gue cari sepatu, ya?"
Dahinya mengernyit. "Buat apaan?"
"Buat dipakai, lah," jawab Adam begitu tengil.
Syifa mendengus sambil memutar bola mata. "Gak denger, telinga gue palsu," ketusnya.
Laki-laki itu tertawa pelan, membiarkannya diam hingga parkiran. Adam memakai helm sebelum membuka jok motor, mengambil helm bogo hitam dan hoodie dengan warna senada, lalu diberikan kepada Syifa.
"Pakai dulu," kata Adam sambil memberikan hoodie.
Syifa menurut, memakai hoodie yang kebesaran di tubuhnya, kemudian memakai helm. Adam mengeluarkan motor dari barisan, menghidupkan mesin sebelum Syifa naik ke jok belakang.
Menarik pedal gas, Adam membunyikan klakson ketika melewati pos satpam, sebelum belok ke kiri, mengantarkan Syifa mendapatkan yang diinginkan.
Berhenti di lampu merah, ia menghela napas. Bosan menunggu hitungan mundur, Syifa asyik membenturkan helmnya dengan milik Adam.
Laki-laki itu mencondongkan tubuhnya ke depan, membuat Syifa terdiam dan menenggakkan badan. Memukul bahu Adam pelan, sebelum menarik agar kembali tegak.
Dari spion, Syifa bisa lihat Adam tertawa pelan.
Meletakkan dagu di atas bahu kiri. "Lo ketawa sendirian, nanti di kira gak waras, loh, Dam," kata Syifa buat ekspresi Adam berubah datar.
Intinya, Syifa sampai rumah tigapuluh menit sebelum adzan dzuhur. Sambil menenteng sekotak kue eclair, ia membuka pintu, mendapati Hendra menuruni tangga dengan baju rumahan.
Keningnya berkerut heran. "Kok Papa udah di rumah?" tanyanya sambil berjalan lurus ke arah dapur.
"Ujian kamu udah selesai, kan, Kak?" Hendra balik bertanya.
Syifa mengangguk, menempatkan tubuhnya di atas kursi bar. Kepalanya menunduk, begitu fokus membuka kotak.
"Ikut, Ayah, ya?" tanya Hendra dari kursi makan.
Si bungsu memutar tubuh, menatap ayahnya dengan wajah bertanya. "Kemana?"
...
Wajah yang tadi pagi segar, siang ini sudah lusuh. Seharian berada di kampus, Andrea mengusap wajahnya sambil berjalan keluar dari kantin fakultas.
Ia masih harus rapat dengan organisasi mahasiswa. Langkahnya semakin cepat, ketika menyadari rapat akan dimulai sepuluh menit lagi.
Sampai di depan pintu kaca, Andrea menghentikan langkah karena seseorang membuka pintu dari dalam.
"Loh, Andrea ngapain di sini?" Kerutan hadir di keningnya.
"Bukannya rapat organisasi dimulai sepuluh menit lagi?"
Laki-laki bernama Danu itu tertawa kecil. "Kamu belum buka Whatsapp dari makan siang, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Goals
Teen Fiction[Sibling Series #1] "Cicing maneh?!" ancam Syifa sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah kakaknya. Andrea hanya menyeringai kecil, "Ih, kecoa nih," godanya sambil mendekatkan kecoa mainan yang ada ditangan kirinya pada tubuh adiknya. ...