SELAMAT MEMBACA KISAH
ANDREA DAN SYIFA
Budayakan vote sebelum membaca dan komentar sesudahnya.
...
150+ vote
100+ komentar
Kenapa banyak?
KARENA KITA SUDAH MENUJU AKHIR:)
...
B A B T I G A P U L U H S A T U
Take care, Pumpkin!
...Hari ini, pukul empat pagi mereka sampai di kediaman keluarga Hendra, Jakarta. Albi, Arka dan Andra memutuskan untuk ikut ke Ibu Kota. Wajah mereka, wajah kelelahan. Bahkan ketika Hendra membuka pintu rumah, merekaa berebut untuk masuk.
Ketika Hendra menyusul ke ruang keluarga, yang ia temukan terkaparnya anak-anak manusia, yang Hendra yakin belum membasuh muka.
"Ini kok ngalah-ngalahin ikat teri di jemur," gurau Hendra yang tak mendapatkan tanggapan.
"Papa ke kamar ya," pamit Hendra.
Syifa membuka matanya, wajahnya meringis, lututnya terasa pegal karena terlalu lama ditekuk. Ia merangkak, mendekati Andrea yang sudah duduk bersandar di kaki sofa sambil memainkan ponsel.
Jangan tanyakan Albi, Arka, Andra maupun Adam, mereka tak terkontrol. Badan yang melintang, kaki saling tindih, tangan saling tampar, setelah itu saling menendang.
"Abang," panggil Syifa sambil meraih tangan kanan Andrea.
Andrea mematikan ponselnya dan meletakkan di atas sofa. Tangannya merentang, menarik Syifa ke dalam rengkuhan.
"Jangan lama-lama di Jogja," gumam Syifa sambil memainkan jarinya di dagu Andrea.
Andrea mengangguk, "Tiga tahun aja," pinta Syifa mendongakkan kepala, menatap Andrea yang balik menatap.
"Amin," ujar Andrea.
"Kalau aku kangen, gimana?"
"Telepon." Syifa menggeleng.
"Nanti Abang marah."
Andrea mengernyit, "Kenapa marah?"
"Nanti kalau ternyata aku ganggu."Andrea tertawa pelan, takut membangunkan sepupunya. Tangannya terangkat mencubit kedua pipi adiknya—gemas.
"Jangan galau," ujar Andrea yang malah membuat Syifa semakin mengerucutkan bibir.
"Jaga diri ya," ujar Syifa, tangan kanannya terangkat, menangkup pipi Andrea.
Syifa mendongak, mengecup pipi kanan Andrea—cepat. Lalu menenggelamkan wajahnya ke dada kakaknya. Sebenarnya sulit membayangkan harinya tanpa Andrea.
Mereka sudah terlanjur beranjak bersama, tumbuh bersama, sulit melepaskan seseorang yang selama ini menjadi tumpuan.
Syifa melingkarkan kaki kanan di pinggang kakaknya, menjadikan Andrea sebagai guling.
"Pasti Mama bangga sama Abang," guman Syifa.
Andrea meletakkan dagu di kepala Syifa, "Selalu diusahain untuk kebahagiaan Mama dan Papa," ujarnya.
Syifa mengeratkan pelukan, "Nanti jangan kangen aku ya? Soalnya gak akan ada yang peluk Abang kayak gini," ujarnya yang membuat Andrea mendengus kesal tapi tetap mengeratkan pelukan pada pinggang Syifa.
"Narsis banget," ejek Andrea.
"Kan diajarin Abang," elak Syifa.
"Ngeles terus," gumam Andrea.Hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Goals
Teen Fiction[Sibling Series #1] "Cicing maneh?!" ancam Syifa sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah kakaknya. Andrea hanya menyeringai kecil, "Ih, kecoa nih," godanya sambil mendekatkan kecoa mainan yang ada ditangan kirinya pada tubuh adiknya. ...