SELAMAT MEMBACA KISAH
ANDREA DAN SYIFA.Budayakan vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca.
...
B A B S E P U L U H
Marahpun aku gak bisa, karena aku udah terlanjur kecewa. Aku memilih menutup mata karena gak ingin melihatmu lagi bersama luka, aku juga akan menutup kedua telingaku agar aku tidak perlu mendengar janji manis dan segala kebohonganmu.
...
DIAM.
Ia hanya diam, duduk dengan tenang dan matanya yang menatap lurus kedepan tanpa peduli dengan seseorang yang ada di sampingnya.
Lukanya sudah terlanjur dalam, hingga bukan marah yang ia rasakan tapi kekecewaan.
Lidahnya bukannya kelu, tapi memang dirinya saja yang malas bicara. Orang disampingnya ini membuat hari ini bertambah buruk saja.
Sangat buruk.
Laki-laki itu menghela nafas berat, banyak kata yang ingin ia sampaikan bahkan ia sudah menyusunnya, tapi semua seketika lenyap begitu saja setelah melihat Syifa.
"Aku minta maaf." Hanya itu kata yang mampu terucap.
"Untuk apa minta maaf? Untuk mengulanginya kembali?" tanya Syifa sarkas.
"Karena aku tau diri."
Syifa tersenyum miring, "Ya, kamu tau diri. Sangat tau diri, sampai-sampai berani nemuin aku lagi."
"Aku udah bilang Ar, jangan temuin aku lagi. Lukanya hampir kering, tapi lukanya kamu kupas lagi hingga kembali basah. "
Ardi namanya, mantan Syifa yang meninggalkan luka paling membekas, tapi siapa peduli, Syifa sudah terlalu malas mengingatnya kembali.
"Emang kenapa? Kamu belum bisa move on?" tanya Ardi.
"Tau apa sih lo tentang move on?"
Ardi tersenyum mengejek, "Dasar perempuan, terlalu mudah baper."
Syifa menatap Ardi marah, "Karena kita perempuan, yang pakai perasaan, yang buat kita bisa rasain yang namanya sakit ketika dikhianati. Kita bukan cowok yang bisanya cuma pakai logika dan terlalu mudah jatuh cinta. Perempuan gak akan jatuh kalau gak ditarik."
"Jaga omongan lo. Jangan bertingkah seolah-olah lo tau tentang perempuan."
Ardi mendengus sinis, "Perempuan yang bisanya nangis? Itu yang lo banggakan?"
Tarikan nafas panjang dari Syifa bisa Ardi dengar, "Karena perempuan manusia. Kita bisa nangis karena kita mencintai seseorang pakai perasaan, gak cuma pakek logika yang cuma bisa minta dingertiin tapi gak pernah mau ngertiin."
"Makanya jangan kebanyakan bacot Ar. Bisanya cuma remehin perempuan, gak mikir kalau Ibu lo itu perempuan? Gak inget orang yang ngelahirin lo dulu itu perempuan? Gak mau jodoh lo sama perempuan? Lo masih doyan perempuan, kan? Gak Gay, kan?"
"Maksud lo apa?" sentak Ardi.
"Loh? Lo dari tadi jelek-jelekin perempuan? Lo masih suka perempuan, kan? Nanti nikahnya sama perempuan, kan? bukan sama sesama jenis?!" tanya Syifa dibarengi dengan tawa yang begitu meremehkan bagi Ardi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Goals
Teen Fiction[Sibling Series #1] "Cicing maneh?!" ancam Syifa sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah kakaknya. Andrea hanya menyeringai kecil, "Ih, kecoa nih," godanya sambil mendekatkan kecoa mainan yang ada ditangan kirinya pada tubuh adiknya. ...