SELAMAT MEMBACA
KISAH ANDREA DAN SYIFA.Budayakan vote sebelum membaca dan komentar sesudah membaca.
. . .
B A B E N A M B E L A S
Ternyata begini rasanya, ketika liburan gak bisa keluar dari rumah, karena di depan ada banyak yang mau nyakar.
. . .Langit itu biru cerah ketika Syifa dan Andrea masuk ke dalam rumah yang ada di Semarang. Syifa menghela napas lelah dengan badannya yang terasa pegal-pegal karena tidur dengan posisi duduk yang begitu merugikan.
Sedang Andrea memilih membaringkan badannya di atas sofa panjang berwarna putih—satu-satunya sofa—di ruang tamu.
"Geser Bang," kata Syifa membuat Andrea memiringkan tubuhnya yang tadi telentang.
Syifa duduk di samping Andrea, meluruskan kakinya di atas meja yang ada di depannya, sesekali memijat betisnya yang rasanya senut-senut.
"Sebenernya ini rumah siapa sih?" tanya Syifa sambil menyenderkan padannya pada sofa yang otomatis juga bersandar pada dada Andrea.
"Tante," gumam Andrea.
"Main lo sama tante-tante?" tanya Syifa yang mendapat dengusan dari Andrea, "Tante Gisa, adeknya Papa," ketus Andrea kesal.
"Ya kirain," gumam Syifa.
Andrea memejamkan matanya, hampir saja tidur jika saja tidak ada bunyi perut yang kelaparan—yang pasti bukan perutnya.
"Laper lo?" tanya Andrea sambil mengangkat tangan kanannya mengelus kepala Syifa.
Syifa mengangguk, "Gue kan dari kemarin gak makan nasi," katanya menepuk-nepuk perutnya yang terasa kosong.
"Kan gue juga udah nawarin mau makan nasi enggak waktu mampir di tempat makan, lu nya aja yang ngeyel," Syifa mendegus kesal, kakaknya itu bukannya membelikannya makanan malah mengomelinya. Memangnya jika diomeli perutnya yang keroncongan bisa jadi kenyang?
"Awas!" usir Andrea sambil mendorong pelan badan Syifa dari atas dadanya.
Dengan lemas karena nyaris tidak ada tenaga Syifa berdiri dan memandang Andrea yang sekarang memainkan handphonnye. Syifa menatap kakaknya bingung, "Kok malah mainan hp sih? ayo cari makan," rengeknya.
"Diem lo," ketus Andrea sebelum meletakkan handphonenya di atas meja dan kembali berbaring dengan lengan kanannya yang menutupi matanya.
"Laper," gumam Syifa meringis pelan, berjalan ke arah pintu rumah. Berniat pergi ke luar mencari makanan yang bisa membuatnya kenyang, tapi setelah ia menggunakan sandal, yang Syifa lakukan hanyalah duduk di tangga teras rumah. Meratapi nasibnya yang tidak tau arah dan tidak mengetahui seluk beluk Semarang.
"Nanti kalau gue nyasar gimana?" gumamnya pelan.
Syifa melamun, memikirkan bagaimana nasib perutnya yang terus meronta-ronta meminta makan, tidak peduli dengan badannya yang lelah dan terasa lengket karena belum mandi. Yang penting itu makan dulu, karena menurut Syifa untuk apa wangi kalau perutnya keroncongan.
'Tiin 'Tiin
Bunyi klakson motor yang membuatnya mengerjap kaget. Syifa beranjak membuka gerbang rumah berwarna putih yang menjulang tinggi, mendapati seorang ojek yang menggunakan jaket berwarna hijau di luar rumah.
"Salah rumah ya bang?" tanya Syifa ketika abang itu memberikannya beberapa kotak kardus yang mengeluarkan aroma enak.
"Ini rumahnya Andrea kan dek?" tanya Abang itu. Syifa mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Goals
Teen Fiction[Sibling Series #1] "Cicing maneh?!" ancam Syifa sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah kakaknya. Andrea hanya menyeringai kecil, "Ih, kecoa nih," godanya sambil mendekatkan kecoa mainan yang ada ditangan kirinya pada tubuh adiknya. ...