SELAMAT MEMBACA KISAH
ANDREA DAN SYIFA.
Budayakan vote sebelum baca dan comment setelah membaca....
B A B S E M B I L A N
Disaat sudah membuat kecewa kamu baru meminta maaf dan meminta kesempatan kedua. Apa dikira semudah itu mengikhlaskan hati tersakiti karena semua pengkhianatan ini?
...
SYIFA berjalan sendirian di sepanjang trotoar yang cukup ramai ketika pulang sekolah. Ya, sekolah barunya cukup dekat dengan kost dan cafe tempatnya bekerja."SYIFA!"
Syifa berhenti ketika mendengar seseorang meneriakkan namanya. Hanya berhenti tanpa ada niatan untuk memutar tubuhnya. Hanya diam sambil mengenggam kedua tali tas punggungnya.
"Hai," sapa laki-laki yang sekarang sudah di sampingnya sambil mengatur nafas.
Laki-laki itu memandang Syifa kesal, "Gue udah bilang kan? Kalau pulang itu tungguin gue. Jangan asal nyelonong pergi gitu aja. Emang lo kira ngejar-ngejar itu enak? Mending kalo yang dikejar peka, kalau yang dikejar ternyata gak peka terus ternyata di depan udah ada yang nungguin dia. Lah berabe kita."
Syifa menghela nafas gusar, "Lo itu, badan doang yang laki, bibir aja kek emak-emak kekinian. Coba deh lo tuh jangan ngomong doang, capek ini kuping dengerin lo nyerocos kek rel kereta, Dam."
Yang dicibir hanya memasang wajah tanpa dosanya.
"Eh, kita besok ke Car free day yuk," ajak Adam sambil terus berjalan beriringan dengan Syifa.
Ya laki-laki yang sekarang bersama Syifa itu Adam, entah karena kebetulan atau memang takdir, ternyata mereka satu sekolahan, satu kelas, dan satu ekstrakurikuler. Sampai-sampai, rasanya Syifa bosan karena harus melihat wajah Adam hampir setiap hari.
"Males," ketus Syifa.
"Elah lu Fa. Gitu amat lo sama gue."
"Apa sih Dam? kok nyebelin banget!" seru Syifa yang tangannya terasa gatal ingin menjambak rambut Adam yang mulai gondrong.
"Dih! sensi amat sih lo! Nih ya, jadi perempuan itu, jangan apa-apa pakai perasaan, nanti kalau baper, kita yang disalahin."
"Nih ya, jadi laki-laki tuh jangan apa-apa pakai logika, karena mencintai seseorang harus pakek perasaan, gak cuman pakek logika yang kalian andelin, abis itu selalu ngerasa bener. Bukan kita yang selalu ngerasa bener, tapi kalian," balas Syifa setengah emosi.
"Ya kalo kita pakai perasaan, gimana cara ngimbangin perasaan perempuan? Kalo semuanya apa-apa pakai perasaan, hubungan udah hancur berantakan," jawab Adam.
"Lah, tuh tau kalau logika dan perasaan itu saling melengkapi, kenapa nyalahin perasaan yang perempuan punya?"
Skak mat.
Adam terdiam tidak dapat membalas perkataan Syifa dan fakta itu membuat Syifa tersenyum penuh kemenangan, tapi dalam sekejap senyuman itu luntur, di kejauhan ia melihat kakaknya sedang tertawa bahagia bersama seorang gadis, mungkin kekasihnya.
Syifa jadi lega dan sedih secara bersamaan. Lega karena bisa melihat kakaknya kembali bahagia dan sedih karena ternyata tidak ada yang memperdulikan kepergiannya.
"Eh itu kakak lo, kan? Yuk kita samperin!" seru Adam yang membuat Syifa kembali ke dunia nyata.
"Gak Dam, mungkin belum waktunya," lirih Syifa dan berlalu pergi meneruskan langkahnya yang tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Goals
Teen Fiction[Sibling Series #1] "Cicing maneh?!" ancam Syifa sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah kakaknya. Andrea hanya menyeringai kecil, "Ih, kecoa nih," godanya sambil mendekatkan kecoa mainan yang ada ditangan kirinya pada tubuh adiknya. ...