SELAMAT MEMBACA
KISAH ANDREA DAN SYIFABudayakan vote sebelum membaca dan meninggalkan komentar sesudahnya.
. . .
B A B E M P A T B E L A S
Lo bener, seseorang emang harus dikasih suatu kehilangan biar bisa tau rasanya kekecewaan.
Cowok itu terbangun dari tidurnya, dengan wajah yang bercucuran keringat dan nafas yang terengah-engah.
Ia melihat segala penjuru arah, matanya bergerak cepat-gelisah.
Mimpi tadi benar-benar membuatnya merasa panik setengah mati. Itu mimpi terburuk yang pernah menghampiri, terasa nyata, hingga terasa jantungnya dicabut secara paksa.
Kamar. Batinnya sambil menghela nafas lega.
Tidak ada rumah sakit, tidak ada ruangan serba putih, yang ada hanyalah tembok bercat cokelat gelap, ini kamarnya.
Benar-benar kamarnya.
"Kamu mau ikut Papa gak, Bang? Atau mau istirahat dulu?" Sosok Hendra muncul diambang pintu. Membuat lamunannya buyar, menarik Andrea kembali ke dunia nyata.
Andrea menatap Hendra heran. Kepalnya penuh pertanyaan. Kenapa Hendra ada di rumah? Padahal sekarang jam kerja, kenapa Hendra mengenakan setelan santai? Kenapa tidak memakai jasnya?.
Ah, sosok itu. Sosok yang sempat terpuruk karena harus kehilangan bidadarinya, perempuan yang melengkapi segala kekurangannya, menjadi lentera hidupnya, menjadi alasannya bertahan untuk bahagia.
Aduh, Andrea jadi rindu Mama.
Hangat pelukan Ratna masih teringat du benaknga, kasih sayang Ratna, hingga masakan Ratna, semua dirindukan."Tumben Papa ke kantor ngajak-ajak Andrea?" tanya Andrea yang disusul tawa kecilnya.
Lagipula ia tidak ingin seperti di cerita-cerita wattpad, CEO Muda nan kaya raya, digilai banyak wanita. Haduh, ia tidak seberengsek itu.
Hendra menggelengkan kepalanya pelan, tidak mengerti dengan yang Andrea pikirkan, atau mungkin putranya masih pusing. Hendra berlalu pergi, meninggalkan Andrea dalam kesendirian dan kebingungan yang semakin mendominasi.
Kenapa Papa geleng-geleng kepala?
"Berarti cuman mimpi, kan?" lirihnya.
"Adik gue masih di kostan, kan?" tambahnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Goals
Teen Fiction[Sibling Series #1] "Cicing maneh?!" ancam Syifa sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah kakaknya. Andrea hanya menyeringai kecil, "Ih, kecoa nih," godanya sambil mendekatkan kecoa mainan yang ada ditangan kirinya pada tubuh adiknya. ...