Wife Hurt - Part 1

210K 5.3K 70
                                    

"Assalamualaikum bun" ucapnya begitu masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam Rin" jawab wanita paruh baya yang duduk dengan tab di tangannya.

"Bunda lagi apa?" tanya Karin yang usai menyalimi tangan Raina lalu duduk disamping bundanya.

"Ini, bunda lagi cek pendapatan yang masuk ke toko kue kita" Raina masih fokus pada tab nya. "oh ya gimana kamu ngajarnya hari ini?" tanya Raina melirik wajah ayu anak gadisnya.

"Seperti biasa bun, anak-anak didik Karin sangat menggemaskan" jawab Karin tersenyum.

"Rin, nanti kamu setelah mandi temui bunda di ruangan kerja bunda ya" ucap Raina berlalu dari sofa.

Karin mengernyitkan dahinya bingung, mengapa bundanya memangginya ke ruang kerjanya. Pasti ada sesuatu hal penting yang ingin dibicarakan.

Dengan cepat Karin memasuki kamarnya yang berada di lantai 2 itu, ia menaruh tas dan beberapa buku diatas nakas lalu melenggang ke kamar mandi.

***
Disinilah Karin, berada di ruangan berwarna biru muda dengan kursi yang sangat empuk, dimana lagi kalau bukan berada diruang kerja bundanya.

"Sini sayang" Raina menepuk sofa mengisyaratka Karin untuk duduk disampingnya.

Karin berjalan mendekati bundanya dan duduk disampingnya.

"Ada apa bun? sepertinya penting sekali?" tanya Karin dengan tak sabar.

"Begini Rin, Bunda berniat menikahkan kamu dengan anak sahabat lama bunda. Apa kamu keberatan?" ujar Raina membuat Karin ternganga.

"pe..per..jodohan bun" ucap Karin terbata-bata.

"iya sayang, nama pria itu David Bratawijaya. Dia pengusaha muda yang sukses di bidang property"

"tapi bun, Karin masih ingin menjadi wanita karier bukan menikah" ucap Karin menatap mata bundanya dengan lekat.

"Bunda tau sayang, bunda hanya ingin yang terbaik buat kamu nak" ujar Raina lirih.

"Beri Karin waktu untuk memikirkan hal ini"

"Baiklah bunda akan beri waktu untuk kamu memikirkan hal ini" ucap Raina tersenyum dengan mengelus kepala Karin.

"Makasih bun, kalau gitu Karin ke kamar dulu" Karin beranjak dari duduknya lalu melenggang ke kamarnya.

Di dalam kamar, Karin membaringkan tubuh mungilnya di kasur ia menatap langit-langit atap rumahnya. Pikirannya berkecamuk tentang perihal pernikahan dengan laki-laki yang tak ia kenal.

"Huft, aku harus bagaimana? apa aku harus menerima perjodohan ini? di satu sisi aku ingin menolaknya tapi.. di sisi lain aku gak mau buat bunda kecewa" gumamnya dilema.

"Ya Allah beri petunjukmu".

****
Suara adzan subuh berkumandang indah di telinga Karin, gadis itu langsung beranjak dari tidurnya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Meskipun ia belum berhijab, tetapi ia tak pernah meninggalkan kewajibannya.

Karin mematut dirinya di depan cermin besar, setelah siap ia turun menuruni tangga menuju ruang makan. Disana ia sudah melihat bundanya yang duduk manis menikmati secangkir teh yang sudah disiapkan oleh bik Darsi.

"Selamat pagi bun" ucap Karin seraya duduk di kursi samping bundanya.

"Selamat pagi gadisnya bunda yang cantik" sapanya dengan sedikit pujian.

"Non Karin mau dibuatkan minuman apa?" tanya bik Darsi yang tak jauh dari meja makan.

"Hm... saya mau susu aja bik" jawab Karib tersenyum.

Wife Hurt✔ (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang