Part 18 ✔

73.7K 2.7K 60
                                    

Di Minggu pagi ini, Raina dan Karin sepakat untuk jogging di taman dekat rumahnya. Sudah lama Raina tak melakukan jogging.

"Bunda sudah siap?" tanya Karin yang sudah selesai memakai sepatu sportnya.

"Sudah, ayo kita berangkat" ucap Raina seraya mengalungkan handuk kecil pada lehernya.

Mereka memulai joggingnya, mereka bercengkrama ria bersama.

Saat di jalan, ada mobil yang berhenti menghadang mereka. Seorang pria paruh baya turun dari mobil dan mendekat pada mereka.

"Siapa itu bun?" tanya Karin melirik sang bunda

Raina hanya diam saat Karin bertanya. Netra Raina masih menatap lekat kehadiran Pram.

"kenapa harus bertemu" batin Raina.

Pram berjalan menuju Karin dan Raina.

"Raina, Karin" sapa Pram lembut.

"Bapak ini siapa, apa kita pernah bertemu" tanya Karin tersenyum lembut.

"Perkenalkan saya Pram" Pram menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Karin.

"Saya Karin." Karin berjabat tangan pada ayahnya. Ayah yang tidak di ketahuinya selama ini.

Raina hanya diam saja melihat ayah dan anak berbicara. namun Raina hanya memilih untuk bungkam.

"Karin, saya mau bicara sama kamu?" ucap  Pram yang melirik Raina.

"Bicara? bicara apa pak?" Karin bingung dengan maksud orang ini, bertemu hanya sekali namun sudah mau mengajaknya berbicara. Sepertinya penting sekali.

"Karin ayo kita pergi" Raina mengajak Karin pergi agar Pram tidak mengaku bahwa ia adalah ayah yang selalu ditanyakan Karin.

"Tapi bun. Bapak tadi mau berbicara" Raina menyeret tangan Karin.

"Raina, Karin tunggu, saya mau bicara dengan kalian" Karin berhenti saat Pram terus saja memanggilnya.

"Bun, bapak itu ingin bicara"ucap Karin lirih.

"Tapi Karin. Kita tidak kenal padanya" Raina terus saja mencegahnya agar Pram tidak berbicara yang sebenarnya.

Pram berjalan mendekat pada mereka. Karin melirik bundanya yang sedari tadi diam. Mengapa ekspresi bundanya mendadak datar kala adanya bapak ini.

"Saya mohon dengarkan saya!" ucap Pram penuh ketegasan.

"Baiklah, bapak mau bicara apa?" tanya Karin.

"Karin saya adalah ayah kamu nak" Karin hanya diam mendengar kenyataan itu, lidahnya kelu bagaikan mati rasa. air matanya pun mencelos keluar. Ayah? hatinya mendadak ngilu mendengar pernyataan dari Pram.

"Ayah? bunda apa benar pak Pram ayahnya Karin?" tanya Karin menatap Raina, Raina hanya diam tak bersuara. "bunda jawab Karin" Karin mengguncangkan bahu Raina.

Raina terisak saat Karin kebenarannya itu.
"Bunda jawab Karin bun" Raina menganggukkan kepalanya lemah.

"Jadi benar kalau pak Pram ayahnya Karin, ayah yang selalu Karin tanyakan pada bunda?" Karin shock karena adanya kejadian ini, kepalanya mendadak terasa berat dan akhirnya Ia pingsan.

"Karin bangun, Karin" Raina panik karena melihat Karin pingsan. Raina menepuk pelan pipi putrinya itu.

Dengan sigap Pram mengangkat tubuh putrinya itu ke dalam mobil.

"Ayo kita bawa kerumah sakit sekarang"

Di bangku belakang mobil Raina terus menangis dan mengguncang tubuh Karin agar Karin terbangun.

Wife Hurt✔ (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang