Sorry for typo
"Di mana David?" Gumam Karin. Ia mengedarkan pandangan matanya namun indranya tak menangkap keberadaan suaminya itu.
Tak lama pintu kamar mandi terbuka dan munculah David yang keluar hanya dengan menggunakan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya. Karin menatap David dengan mata tak berkedip. Indah sekali cipataan Tuhan yang ini, batin Karin.
"Apa lo lihat-lihat ha? kagum lo sama gue?" Gerutu David, yang membuat Karin tersadar dari lamunannya.
"Ng.. ngak kok, aku mau bilang sama kamu kita udah ditunggu mama untuk sarapan katanya ada hal penting yang mau dibicarakan" jelas Karin panjang lebar dan hanya di angguki oleh David.
"Ok. Lo duluan aja, ntar gue nyuusul" perintah David pada Karin dan karin meninggalkan David di kamar.
David sedari tadi sudah melihat kemeja kerjanya di pinggiran ranjang. Pria itu menduga jika yang menyiapkan adalah Karin.
Setelah David selesai bersiap siap dia menuju ruang makan dan menyapa sang mama.
"Pagi ma" sapanya terhadap mamanya, David mengambil duduk di sebelah istrinya.
"Pagi juga nak" jawab mama David dengan tersenyum kearah putranya.
"Oh ya ma kata Karin seperti ada hal yang akan mama sampaikan kepada kami?" Tanya David, Ia penasaran dengan apa yang akan di katakan oleh mamanya.
"Lebih baik kita sarapan dulu saja" titah mamanya. David dan Karin mengiyakannya.
"Jadi apa ma?" tanya David lagi, ia sudah terlalu penasaran. Semoga bukan tentang hadiah honey moon.
"Iya nak . Jadi begini mama memberi hadiah untuk pernikahan kalian" ucap mama David dengan antusias. Berharap anak dan menantunya suka.
"Ha..hadiah, hadiah apa mama?" giliran Karin yang bertanya pada mamanya
"Hadiah nya adalah rumah baru untuk kalian dan kalian nanti akan pindah kesana. Lebih tepatnya pagi ini juga." Jelas mama nya.
"Makasih ma" ucap David datar. Hatinya amat senang mendapat pemberian mamanya. Di sana Ia akan lebih bebas memperlakukan Karin sepuasnya.
"Oh ya kapan kalian memberi mama seorang cucu?" Tanya mamanya yang sukses membuat David tersedak, Mamanya ini membicarakn hal yang tidak penting baginya. 'Anak', huft menyebalkan. Batinnya berteriak. Sampai kapanpun Ia tak mau mempunyai anak dari gadis sial itu.
"Uhuk..huk" David tersedak, dengan cepat Karin memberinya segelas air bening pada suaminya.
"Mama doakan saja ya , semoga Allah segera mempercayakan seorang bayi yang lucu pada kami." jawab Karin dengan tersenyum tipis, hatinya terasa getir kala mendengar pertanyaan itu, 'anak'? bahkan David saja tak mau menyentuhnya bagaimana bisa menghasilkan anak. Karin yakin jika David tak mau punya anak darinya.
Sarapan telah selesai, David terlebih dahulu beranjak dari duduknya dan menuju kamarnya. Karin masih membantu mertuanya membersihkan meja makan.
Karin menyusul suaminya ke atas, sudah saat nya Karin bersiap siap untuk mengêpak barangnya dan suaminya.
Dengan telaten Karin memasukkan barangnya dan barang David ke koper. David hanya melirik tanpa ada niatan untuk membantu istrinya. Setelah barang barangnya siap Karin dan David akan menuju rumah barunya.
"Mas David kamu sudah siap?kalau sudah siap ayo kita berangkat "tanya Karin pada David yang duduk di pinggir ranjang dengan memasang jam tangannya.
"Hmm." Jawabnya hanya dengan deheman. Datar sekali.
Mereka keluar dari kamarnya dan menghampiri Nanda yang tengah duduk di sofa dengan membaca majalah di tangannya.Mereka akan berpamitan.
"Ma Karin sama mas David pergi ya ma" ucap Karin berpamitan, berat rasanya tak akan dekat lagi dengan Nanda.
Nanda bangkit dari duduknya dan tersenyum menatap pengantin baru itu.
"mama jaga kesehatan dan jangan capek capek" ucap karin sambil memeluk mama Nanda dengan suara serak. Karin menyayangi mertuanya ini.
"Ya sayang, pasti mama akan kangen banget sama kamu?" Kata mama Nanda kepada menantu kesayangannya.
"Dan kamu David! Kamu harus selalu bahagiakan Karin dan jangan sia siakan istri kamu!" peringat Nanda pada putra semata wayangnya. Semoga David bisa mencintai menantunya ini. Semoga cinta bisa hadir dalam hati putranya, Nanda tau jika Putranya ini masih mencintai wanita ular itu.
"Iya ma" jawab David datar tanpa ekspresi, malas sekali.
"Kami pergi ma . Assalamualaikum " pamit Karin .
"Waalaikum salam " ucap Nanda pada menantunya .
Didalam mobil hanya keheningan yang terjadi diantara mereka berdua. Tak ada yang berniat membuka pembicaraan. David lebih menatap fokus jalanan di depannya dari pada harus menatap gadis yang menghancurkan hidupnya, sama halnya dengan Karin, Ia lebih memilih mengalihkan pandangan matanya pada jendela sampingnya. Ia takut mengajak bicara David, karena mengajaknya bicara tak semudah dengan hanya memberinya teh.
Tak terasa mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di rumah mewah yang tak lain adalah rumah mereka, hadiah dari Nanda. David yang turun duluan tidak memperdulikan istrinya yang kesulitan membawa koper mereka. David meninggalkan Karin ke kamar dan diikuti Karin di belakangnya.
"Loh lo ngapain masuk kamar gue?"tanya David dengan nada membentak , sontak membuat Karin terlonjak dari tempatnya.
"Ini kan juga kamarku, kamu kan suami aku lagi pula kita kan sudah mahram" sela Karin, apa yang salah.
"Gue itu gak sudi tidur sekamar sama lo. Gue tuh jijik lihat lo . Karena lo itu pembawa sial di hidup gue" bentaknya pada Karin. tak sadar air mata Karin sudah memenuhi pelupuk matanya, jika ia memejam mungkin akan membasahi pipi mulusnya. Segitu bencinya kah David padanya.
Karin meninggalkan David menuju salah satu kamar yang lain dan menutup pintunya , dia menuju pinggiran ranjang lalu menangis tanpa suara. Ia sangat sensitif dengan ucapan yang begitu menyakiti perasaannya, Ia memang cengeng dalam hal seperti ini.
"Kenapa kamu benci banget sama aku Mas? apa salah ku.?" gumamnya pelan dengan terisak
"Aku harus kuat dan aku pasti bisa buat hati mas David luluh." ucapnya pada dirinya sendiri dengan penuh tekad.
***
Karena capek menagis akhirnya Karin tertidur.
Suara adzan subuh berkumandang membuat Karin terbangun untuk melaksanakan solat subuh, setelah selesai solat Karin menuju dapur dan membuat sarapan untuk nya dan David. Setelah satu jam berkutat didapur akhirnya beberapa menu sarapan sudah siap.Karin menuju kamar David untuk membangunkan David. Karin masuk ke kamar suaminya itu, untung saja tak di kunci.
Karin mendekat pada ranjang David, Ia sangat senang jika memandang wajah suaminya kala tidur, ada rasa bahagia tersendiri baginya.
"Mas David, bangun yuk udah pagi . Kamu gak kerja.?"tanya Karin sambil mengelus tangan David seketika itu tangan Karin di hempaskan oleh David..
"Ngapain sih lo pakai acara bangunin gue segala . Gue gk butuh lo! Sekarang lo keluar dari kamar ini!"usir David dengan nada membentak.
Karin tak menghiraukan bentakan David, Ia melangkahkan kakinya menuju lemari guna menyiapkan baju untuk suaminya bekerja.
Karin keluar dari kamar David dengan mengelus dadanya. Sabar, hanya itu yang bisa Ia lakukan sekarang. Ia harus bisa menghadapi sikap David yang seperti itu.
Assalamualaikum semuanya....
Udah panjang kan dari yang sebelumnya...Revisi: 30 Maret 2019 : 06:43
![](https://img.wattpad.com/cover/119514626-288-k329789.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife Hurt✔ (Proses Revisi)
RomanceCerita pertama🤗 Radak absurd, mohon maklum yah😌 Pernikahan terpaksa antara Karin dan David. Pernikahan yang tidak ada canda dan tawa di dalamnya. Pernikahan tidak bahagia yang menjadi sebuah 'Hurt'. Langsung part 1 ya:)