§★§
Sementara Jiyong masih mencoba menerima semua kata kata Lisa, Lisa telah sampai di lorong lantai 1 gedung sekolah itu. Di tempatnya HIV bukan hal baru, hampir 40% wanita disana mengidapnya, karena memang kebanyakan wanita disana adalah pelacur, sementara di lingkungan barunya penyakit itu bagai aib, dan baik Lisa maupun tiga temannya berjanji akan merahasiakan itu setidaknya sampai mereka lulus. Lisa berjalan sendirian di lorong itu hingga seorang pria berdiri didepannya.
"Aku hanya ingin berteman denganmu, dan sebenarnya aku sedang bertaruh dengan teman temanku," ucap pria itu tanpa basa basi, Lisa mendongak dan menatap mata Hanbin
"Aku tidak serius ingin mengencanimu, aku hanya main main dan ku pikir akan menyenangkan kalau kau bergabung di permainan ini,"
"Permainan apa yang kau bicarakan?"
"Bisa kita bicara di tempat yang lebih sepi? Maksudku, aku tidak ingin ada yang mendengar tentang ini,"
"Tentu,"
Hanbin mengajak Lisa ke ruang OSIS dan mengunci pintu itu dari dalam, Lisa sama sekali tidak takut, hanbin salah orang ketika ia berfikir untuk melakukan hal yang buruk pada Lisa.
"Kenapa membawaku kesini?" tanya Lisa sembari naik ke atas Meja dan duduk disana, mengangkat kedua kakinya dan melipat kakinya—bersila diatas meja membuat rok pendeknya semakin pendek. Hanbin dapat melihat semua yang ada dibalik rok itu jika ia duduk di kursi didepan Lisa namun Hanbin justru duduk disebelah Lisa, duduk diatas meja kayu besar itu yang terlihat cukup kuat untuk menahan bobot dua orang itu.
"Kau bertanya soal pria di foto itu kan?" tanya Hanbin sambil menunjuk foto yang dipajang di dinding, foto Jiyong dengan pria bernama seunghyun. "Namanya Choi Seunghyun, tahun lalu dia yang menjabat sebagai ketua OSIS disini, dan Jiyong hyung, yang jadi wakilnya,"
"Lalu? Dia sudah lulus sekarang?"
"Dia tidak pernah lulus, dia menghilang begitu saja, tepat di hari ini, 1 minggu sebelum ujian kelulusannya,"
"Kemana dia?"
"Orang-orang bilang dia bunuh diri karena stress menjelang ujian, tapi seunghyun hyung tidak mungkin melakukan itu,"
"Apa hubunganmu dengannya?"
"Dulu- tidak benar benar dulu sekali sebenarnya, tapi dulu kami bertiga berteman. Itu dimulai saat kami di junior high school, Jiyong hyung tetanggaku dan ya kami cukup dekat-"
"Dan sekarang?"
"Sejak Seunghyun menghilang dan tiba tiba dia menjadi ketua OSIS, kami tidak lagi dekat,"
"Kenapa?"
"Mungkin karena perekat kami hilang? Entahlah..." mereka berdua sama-sama terdiam untuk beberapa saat dan ketika Lisa berdiri untuk mengambil foto itu, hanbin menahannya
"Yang sebenarnya ingin ku katakan adalah- aku berbohong," ucapnya sambil menunduk dan melepaskan tangan Lisa, Lisa tersenyum mencoba menatap pria itu tapi pria itu menghindarinya
"Kau berbohong tentang taruhan itu? Aku tau, kau tertarik padaku sejak aku menanyakan foto ini, iya kan?" ucap Lisa setelah benar benar mengambil foto itu "apa yang membuatmu tertarik? Sudah berapa lama tidak ada yang menyinggung Seunghyun? Sampai kau tertarik padaku hanya karena aku menanyakannya?"
"Entahlah... apa yang membuatmu tertarik pada foto itu? Jiyong hyung? Aku sering melihat kalian saling menyapa dan dia menolak memberikan nomor telponmu padaku, ku pikir itu karena aku yang memintanya, ku pikir itu karena aku-"
"Kepergian Seunghyun merusak hubungan kalian? Aku hanya merasa pernah melihat pria ini,"
"Maksudmu Seunghyun masih hidup? Kau yakin tidak salah orang? Kau benar-benar yakin?" Hanbin terlihat sangat penasaran hingga ia mengguncang tubuh Lisa dengan kedua tangannya
"Hentikan! Jangan mengguncang tubuhku seperti ini! Kau mau aku memuntahkan isi perutku hah?!" omel Lisa sambil memegang tangan Hanbin "aku bisa membantumu mencari tau soal Seunghyun tapi aku juga butuh bantuanmu,"
"Buatkan aku surat izin untuk mengunjungi orangtuaku tulis disitu kalau kakakku sakit dan ingin menemuiku, aku sudah menemui kepala sekolah dan dia menyuruhku membuat surat tapi kau tau kan kalau aku tidak bisa membuat surat semacam itu-"
"Aku membaca surat permohonan maafmu dan itu sangat keren!"
"Ya ya ya kuanggap itu pujian, buatkan saja sekarang dan aku bisa pulang malam ini,"
"Dengan teman temanmu?"
"Tentu saja denganmu, kenapa aku harus merepotkan mereka hanya untuk membantumu?"
Hanbin menuruti permintaan Lisa dan dalam hitungan menit surat itu sudah jadi.
"Kita butuh tanda tangan ketua OSIS sebelum ke kepala sekolah," ucap Hanbin sembari menunjukan surat buatannya pada Lisa, Lisa membaca sekilas surat itu dan mengambil pulpen di atas meja
"Punya contoh tanda tangannya? Dia tidak akan menandatangani ini kalau kepalanya masih utuh,"
"Kau mau memalsukan- kau gila?!"
"Kau harus gila kalau mau bertemu dengan pria gendut itu,"
Setelah surat itu siap, Lisa dan Hanbin meminta tanda tangan kepala sekolah. Kepala sekolah sudah tau kalau Lisa ingin pulang dan menyuruh gadis itu membuat surat izinnya sendiri dan mencari seseorang yang mau menemaninya.
"Ku pikir ketua OSIS yang akan menemanimu," ucap Kepala sekolah setelah menandatangani surat itu
"Ketua OSIS butuh waktu untuk belajar," dan sebenarnya Lisa memang ingin mengajak Jiyong, namun karena pertengkarannya yang tiba-tiba tadi Lisa mengurungkan niatnya.
"Kalian harus sudah berada disini sebelum pelajaran pertama besok pagi,"
"Ne," ucap Lisa dengan nada malasnya dan menarik hanbin keluar dari ruangan itu "terimakasih dan permisi," ucapnya sebelum menutup pintu ruangan itu.
"Kau bisa menyetir?" tanya Lisa pada Hanbin sembari berjalan bersama menuju asrama
"Bisa, tapi aku butuh waktu 70 menit untuk mengambil mobilku di rumah,"
"Pakai ini," balas Lisa sambil memberikan sebuah kunci pada Hanbin
"Mobil Jiyong hyung? Darimana kau mendapatkan-"
"Aku meminjamnya, dia tidak akan curiga kalau kita kembali sebelum matahari terbit besok, bersiaplah dan kita akan bertemu disini 15 menit lagi," Lisa terbiasa mengatur, ia terbiasa mengatur dan menyuruh teman-temannya serta pesuruh pesuruh ayahnya. Dan bergaul dengan Mino membuatnya memdapat sedikit keahlian mencuri, ya setidaknya dia tau dasar-dasar mencuri—mengalihkan perhatian korbannya, dengan ciuman misalnya?
§★§
KAMU SEDANG MEMBACA
[Not] Descendants
FanfictionTamat Apakah akan ada putih jika tidak ada hitam? Apakah akan ada terang jika tidak ada gelap? Apakah akan ada baik jika tidak ada buruk?