§★§
Keesokan harinya setelah kemarahan Mino dan Bobby mereda, mereka berempat kambali seperti biasanya. Walaupun kali ini Mino tidak lagi mempercayai mereka untuk meminum obatnya sendiri—Mino benar benar harus melihat Lisa dan Rose meminum obat mereka tepat waktu. Sangat merepotkan memang, tapi bagaimana lagi? Mino tidak akan sanggup jika harus melihat kedua gadis itu sakit.
Lisa berlari menghampiri Jiyong yang akan pergi ke atap, menutup pintu atap itu ketika mereka berdua sudah disana.
"Oppa~ bobby bilang oppa marah padaku, kenapa?" tanya Lisa tanpa basa basi membuat Jiyong sedikit terkejut, tentu saja karena tidak ada gadis lain yang seterus terang Lisa.
"Eh? Anniyo- aku-"
"Kau marah padaku? Tidak kan? Huh.. Bobby membohongiku,"
"Ya! Aku marah!"
"Huh?? Kenapa? Apa salahku??"
"Kau membuatku khawatir- maksudku kau melompat dari lantai 3? Ya! Itu sangat berbahaya! bagaimana kalau kau-"
"Aahh... karena itu, maaf... bagiku itu hal biasa tapi kalau oppa benar benar tidak menyukainya, aku tidak akan melakukannya lagi, ya?" ucap Lisa sambil memeluk lengan Jiyong "tunggu- tapi kenapa aku melakukannya? Kenapa juga aku harus menurutimu?"
"Lice-"
"Hehe aku bercanda, aku benar benar tidak akan mengulanginya, jangan marah, ya?"
"Hm... ah dan soal Hanbin, kau memberikan nomor telponmu padanya?"
"Belum, aku menyuruhnya memintanya darimu, ng... aku belum hafal nomor telponku dan akan sedikit memalukan kalau aku-"
"Jadi kau berniat memberikan nomor telponmu? Setelah kau bisa menghafalnya? Kalau begitu jangan menghafalkan nomor telponmu,"
"Eh? Kenapa? Oppa tidak ingin aku memberikan nomor telponku padanya? Kau cemburu?" lagi lagi Jiyong tersentak mendengarnya, lagi lagi Jiyong terkejut karena gadis yang kini menariknya agar duduk di atas matras "kenapa tidak menjawab? Kau malu? Hm... baiklah tidak perlu memberitauku,"
"Kalau aku cemburu, apa yang akan kau lakukan?"
"Semakin mendekatinya,"
"Ya!! Kau-"
"Jangan menyukaiku, kita tidak akan pernah bersama- maksudku kita tidak akan pernah bisa seperti pasangan lainnya, kita berada di tempat yang berbeda,"
"Mwo?! Apa maksudmu?!" Jiyong melepaskan tangan Lisa dari tubuhnya dan memegang kedua bahu gadis itu
"Aku tidak ingin terlibat dalam hubungan yang rumit denganmu, aku hanya ingin bersenang senang-"
"Kau menolakku bahkan sebelum aku menyatakan perasanku padamu?"
"Aku memperingatkanmu," Jiyong terdiam mendengar gadis itu bicara dengan sangat ketus, seakan ia tengah bicara pada seseorang yang dibencinya "aku memperingatkanmu, agar oppa tidak terlalu menyukaiku, kita hanya akan bersenang senang dan aku tidak mau hubungan kita lebih dari itu-"
"Kenapa kau memperlakukanku seperti ini? Aku merasa seperti baru saja dibuang- aku-"
"Aku tidak pernah membuangmu, aku hanya bilang kalau kita tidak akan pernah bisa berada di sebuah hubungan yang lebih dari ini, aku tidak melarangmu cemburu, kita bisa berteman atau-"
"Kita sudah berbagi ranjang, apa menurutku aku akan melakukan itu dengan sembarang orang? Apa itu tidak ada artinya untukmu? Apa ditempatmu tidak ada-"
"Tidak ada hukum ditempatku dan tidak ada hukum yang mengatur tentang berbagi ranjang. Baiklah, mumpung kita sudah menyinggungnya, apa menurutmu aku akan menerimamu ketika kau menyatakan perasaanmu?"
"Aku bahkan belum mencobanya, kenapa kau sudah membuatku merasa di tolak?"
"Bahkan kalau kau menyatakan perasaanmu didepan semua orang, aku tidak akan kasihan padamu, dan aku akan tetap menolakmu,"
"Kenapa? Kenapa kau melakukannya? Kau sangat membenciku?"
"Kau sangat menyukaiku? Sejujurnya, aku tidak ingin kau terlalu menyukaiku, maksudku aku menikmati semua perhatianmu, tapi-"
"Kau tidak mau terikat dalam sebuah hubungan denganku? Kalau begitu kita tidak perlu sebuah hubungan, maksudku kalau mau kita perlu mengikat satu sama lain-"
"Itu artinya kau bebas berkencan dengan siapapun dan aku pun begitu, kau bisa datang dan pergi sesukamu, begitu juga denganku. Jadi aku ingin kau tidak mencampuri hubunganku dengan pria lain dan aku pun tidak akan mencampuri hubunganmu dengan gadis lain. Aku tidak ingin oppa menjadi tua sendirian,"
"Hm... kau tau? Aku benar benar merasa sangat terluka sekarang dan kau masih bisa memikirkan apa yang akan terjadi nanti? Bahkan untuk tetap datang kesekolah besok saja aku tidak yakin!" Jiyong mendorong Lisa, tidak begitu keras, hanya membuat Lisa berbaring di atas matras itu dengan Jiyong diatasnya, menahan tubuhnya dengan kedua tangan dan lututnya
"Lalu apa menurutmu aku tetap bisa berada disini selama yang aku mau? Setelah lulus dari sini aku harus kembali ketempatku, lalu apa kau akan mengikutiku kesana? Kau mau hidup ditempat yang sangat kumuh itu? Tempat yang penuh dengan kesengsaraan? Jadi sebelum semuanya semakin-" Jiyong menghentikan ucapan Lisa dengan sebuah ciuman, ciuman yang paling kasar yang pernah Lisa rasakan dari mulut seorang Kwon Jiyong. Lisa menampar pria itu setelah ia mendorong Jiyong, entah Lisa yang terlalu kuat atau Jiyong yang tiba tiba lemah, Jiyong terduduk menatap Lisa yang sudah berdiri
"Jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi!" Bentak Lisa sebelum ia pergi dari tempat itu, ia berlari menuruni tangga itu sambil mengusap darah yang keluar dari bibirnya dengan ibu jarinya
"Bagus Lisa! Kau hampir saja menyebarkan virus sialan itu!" maki Lisa pada dirinya sendiri.
§★§

KAMU SEDANG MEMBACA
[Not] Descendants
Fiksi PenggemarTamat Apakah akan ada putih jika tidak ada hitam? Apakah akan ada terang jika tidak ada gelap? Apakah akan ada baik jika tidak ada buruk?