§★§
Rose berjalan dengan Bobby, kembali ke asrama. Dengan lesu Rose memeluk lengan Bobby yang berjalan disebelahnya.
"Apa menurutmu Lisa akan baik baik saja?" tanya Rose dengan suara yang sangat pelan
"Kenapa kau memikirkannya sementara keadaanmu pun sama?"
"Tapi hari ini Lisa terlihat sangat pucat, aku khawatir,"
"Dia akan baik baik saja, dia cukup kuat walaupun kurus,"
"TOP oppa, lalu Lisa, dan aku, menurutmu berapa banyak uang yang sudah dihabiskan oleh dad untuk membiayai kami?"
"Dad seorang godfather, uang bukan masalah untuknya,"
"Kudengar dia kesulitan untuk mengeksport-"
"Anniyo, aku sudah menghubunginya dan dia bisa kembali mengeksportnya. Aplikasi yang kuberikan pada kalian, aplikasi itu sangat bermanfaat, walaupun aku tidak tau aplikasi itu bisa di lacak atau tidak,"
"Aku kasihan padamu dan Mino oppa karena harus mengurusku dan Lisa,"
"Kau baru sadar kalau kalian berdua sulit diurus? Tsk..."
"Ish... menyebalkan," mereka berdua menghentikan langkahnya ketika melihat dua pria berdiri ditengah lobby asrama— Jiyong dan Hanbin.
"Hyung, bisakah kau memberiku nomor telpon gadis pirang itu? Ku dengar kau punya nomor telponnya, ah tentu saja kau pasti punya, kau yang bertanggung jawab atas mereka," ucap Hanbin dengan sangat santai, ia tidak tau kalau pria yang diajaknya bicara bisa saja memukulnya saat itu
"Untuk apa?" tanya Jiyong dengan sedikit ketus
"Aku butuh nomor telponnya untuk hari orangtua nanti, maksudku aku ingin berkenalan dengannya dan memintanya menemaniku-"
"Kenapa kau tidak minta langsung nomor telpon gadis itu padanya?" sela Bobby yang berdiri diantara dua pria itu
"Lisa pasti menyuruhmu memintanya dari ketua OSIS, kau tidak mengerti? Itu artinya, Lisa tidak ingin kau mendapatkan nomor telponnya," tambah Rose. "Jangan berikan nomor telpon Lisaku padanya," ucapnya pada Jiyong sembari mengedipkan sebelah matanya pada Jiyong
Bobby dan Rose berjalan terlebih dahulu ke kamar Lisa, dan tidak lama berselang Jiyong sudah menyusul mereka masuk kedalam kamar Lisa dan Rose.
"Mana Rose?" tanya Jiyong begitu melihat Lisa terbungkus selimutnya dan Bobby yang tengah menyentuh dahi gadis itu
"Dikamar mandi," jawab Bobby "hyung, bisa minta tolong? Lisa sedikit tidak enak badan dan tidak mau makan, bisa belikan dia kimbab segitiga untuknya?"
"Waeyo? Dia sakit? Haruskah kita bawa ke rumah sakit?" tanya Jiyong sambil mendekati Lisa, menyentuh dahi gadis itu yang sedikit berekeringat
"Ngg... aku lapar..." gumam Lisa sambil menarik selimutnya, menutupi kepalanya
"Arraseo, aku akan membelikanmu makanan, tunggu sebentar," ucap Jiyong sebelum pergi dari kamar itu. Begitu Jiyong pergi dan pintu itu tertutup, Bobby menarik kasar selimut Lisa
"Kau gila hah?! Bagaimana bisa kau melupakan obatmu?! Kau tau sekali saja kau melupakannya itu bisa semakin parah!" Maki Bobby disusul suara kaca yang pecah dari dalam kamar mandi
"Maafkan aku... sungguh... kenapa oppa memarahiku juga? Mino oppa sudah sangat marah dan-" bujuk Lisa yang kini sudah duduk diatas ranjangnya, Rose keluar dari dalam kamar mandi sambil menunduk di ikuti dengan Mino yang membawa dua botol bertuliskan nama Rose dan Lisa diatas tutupnya.
"Kalian berdua benar benar mau mati hah?!! Fuck Lisa! Kau selalu bilang sudah meminum obatmu! Dan ternyata kau melupakannya beberapa kali! Dan Roseanne! Kau berhenti meminum obatmu setelah kakimu terluka?! Kau mau kakimu putus?! Kenapa kau tidak bilang saja dan aku akan mematahkan kakimu!" omel Mino, membuat dua gadis yang duduk bersebelahan itu menunduk
"Astaga! Kau tau obatmu hanya bisa menahan virus itu! Obatmu bahkan tidak bisa membunuh virusnya! Dan kalian melupakannya?! Kalian benar benar ingin mati hah?! Kenapa tidak bilang saja?! Aku bisa membunuh kalian kalau kalian benar benar ingin mati! Shit!" tambah Bobby
"Kita kerumah sakit malam ini," ucap Mino dengan sangat sinis, wajahnya memerah karena marah dan ia melempar dua botol obat itu ke arah Lisa dan Rose. Tangannya meneteskan sedikit darah dan ada beberapa pecahan kaca kecil di punggung tangannya. Mino keluar dari kamar itu lalu membanting pintunya.
"Lihat seberapa marahnya dia? Kenapa kalian harus mencari masalah sih?" oceh Bobby sementara Lisa dan Rose sudah hampir menangis melihat Mino yang sangat marah itu. "Kau tau apa yang sudah dilakukannya untuk membeli obat itu, kenapa kalian tidak meminumnya? Astaga kepalaku... sungguhan, kalau kalian memang mau mati, aku bisa membuat kalian mati dengan cepat. Kalau kalian melakukan ini lagi, aku benar benar akan melubangi kepala kalian," Bobby menghela nafasnya kasar dan berjalan ke pintu
"Kunci pintunya, dan istirahatlah, jangan coba coba melarikan diri kalau kau tidak mau melihat Mino lebih marah lagi," ucap Bobby sebelum ia keluar dari kamar itu. Rose mengunci pintu kamarnya dan duduk di lantai
"Lice... bagaimana ini?" ucap Rose sambil memeluk lututnya sendiri "aku- aku- aku tidak mau mati seperti ini- tapi Mino oppa-" isak Rose membuat Lisa membuat menghampirinya dan memeluknya
"Maafkan aku... maafkan aku... semuanya karenaku, maafkan aku..." bisik Lisa menahan isakannya sendiri
"Bahkan Mino dan Bobby mulai mencuri karena kita... aku benar benar benci diriku sendiri Lice..." Rose terus menangis sore itu, membuat Lisa tidak sanggup menahan air matanya dan dua gadis itu menangis bersama.
§★§

KAMU SEDANG MEMBACA
[Not] Descendants
FanfictionTamat Apakah akan ada putih jika tidak ada hitam? Apakah akan ada terang jika tidak ada gelap? Apakah akan ada baik jika tidak ada buruk?