13

2K 272 2
                                    

§★§

Lisa melangkahkan kakinya menuruni tangga, ia belum punya tempat tujuan, namun duduk di atap sendirian membuatnya bosan. Lisa hendak memakai earphonenya begitu ia mendengar isakan seorang gadis dari balik tangga. Tidak banyak yang memperhatikan balik tangga menuju atap, bahkan yang keatap pun tidak ada selain dirinya dan teman-temannya. Lisa mendekati sumber suara itu dan melihat seorang gadis berambut hitam acak acakan yang duduk dilantai dengan baju yang sama acak acakannya. Gadis itu terisak sembari memeluk lututnya sendiri, Lisa dapat melihat beberapa luka di kakinya dan dengan hati hati ia mendekati gadis itu. Ada tiga gadis lain tidak jauh dari gadis itu, salah satu dari tiga gadis itu terlihat memegang gunting dan mendekati korbannya, menggunting asal rambut gadis yang masih menangis itu.

"Permisi, boleh aku tau dimana- astaga! Ada apa ini?!" pekik Lisa berpura pura terkejut, ia sengaja menaikan nada suaranya, sedikit berteriak agar Jiyong yang baru akan keluar dari atap mendengarnya

"Haish... siapa dia?" tanya seorang gadis yang memiliki wajah paling jahat, rambutnya yang pendek berwarna coklat gelap dibiarkan begitu saja

Salah satu temannya berbisik dan mereka bertiga menatap Lisa dengan pandangan memusuhi.

"Sudah mengenaliku?" ucap Lisa dengan nada bicara datarnya, yang selalu berhasil mengintimidasi orang lain

"Shit, ayo pergi." bisik si rambut pendek itu sembari berjalan menjauh, mereka akan melewati Lisa, namun langkah mereka terhenti karena seorang pria yang melihat mereka beberapa langkah dari tempat Lisa

"Ada apa ini? Kalian berulah lagi?" tanya Jiyong

"Gadis dari pulau itu menghancurkannya," tuduh salah satu gadis yang kini melepar guntingnya, hingga gunting itu tepat berada dibawah kaki Lisa "dia yang melukainya, kami hanya lewat dan menghentikannya,"

"Apa begitu?" tanya Jiyong pada gadis yang sebelumnya menangis, semua mata tertuju padanya dan itu membuatnya takut hingga tanpa ia sendiri sadari, ia mengangguk

"Ck... kau percaya itu?" ucap Lisa pada Jiyong, sama sekali tidak merubah ekspresinya yang datar. Lisa tau kalau Jiyong mempercayainya, tapi ia tidak diposisi bisa merengek pada Jiyong "kau tau, aku dari pulau itu, ayahku seorang penjahat, menurutmu aku hanya akan menggunting rambutnya? Bukankah lebih baik aku menusuk perutnya dan menggunting isi perutnya? Kau mau mencobanya?" ucap Lisa sembari mengambil gunting di dekat kakinya

"Minta maaf pada Jisoo dan aku akan melupakannya," ucap Jiyong dengan sangat dingin, membuat Lisa sangat terkejut

"Maaf," ucap gadis berambut pendek itu pada Jisoo, dan langsung pergi dari tempat itu diikuti dua temannya

"Hanya itu yang bisa kau lakukan sebagai ketua OSIS? minta maaf?" ucap Lisa masih dengan wajah datarnya

"Memang itu yang harus dilaku-"

"Kutunjukan apa itu adil di tempatku," sela Lisa dan berjalan melewati Jiyong, menjambak rambut gadis yang menuduhnya tadi dan menggunting rambut gadis itu, tentu saja mereka bertiga tidak diam saja, mereka terkejut dan mecoba membalas Lisa namun Lisa mengancam mereka berita dengan gunting di tangannya, membuat ketiga gadis itu diam, mencari celah untuk membalas Lisa "mata untuk mata, tangan untuk tangan dan rambut untuk rambut,"

"Lalisa! Apa yang baru saja kau lakukan?!" bentak Jiyong, ia sedikit bersyukur karena lorong itu cukup sepi dan tidak banyak yang lewat di lorong itu

"Aku menggunting rambutnya seperti mereka menggunting rambut gadis itu," jawab Lisa santai "kau mau membalasku juga? Lakukan, gunting rambutku kalau kau bisa menyentuhku," tantang Lisa sambil meleparkan gunting itu kearah tiga gadis didepannya "tapi aku tidak bisa menjamin tangan atau kakimu baik baik saja, mungkin sedikit patah," salah satu dari tiga gadis itu mendekati Lisa, mencoba memukulnya, namun dengan mudah Lisa bisa menghindar. Mana mungkin ayah Lisa tidak mengajari anaknya berkelahi ketika mereka tinggal ditempat yang hampir setiap harinya ada perkelahian?

"Hentikan! Atau aku akan membuat kalian mendapat hukuman berat!" lerai Jiyong dan gadis gadis itu berhenti mencoba menyerang Lisa "Hayi, bawa teman temanmu keruang OSIS!" bentak Jiyong membuat tiga gadis itu mendengus kesal dan meninggalkan tempat itu, tentunya setelah memgancam Lisa dengan tatapan mata mereka.

Lisa mengambil gunting di lantai dan kembali mendekati Jisoo, mengabaikan Jiyong yang menatapnya dengan tatapan memohon—memohon agar Lisa mau menatapnya.

"Berhentilah menangis, aku akan memperbaiki rambutmu," bisik Lisa pada gadis itu, Lisa berlutut disebelahnya, merapihkan rambut gadis itu dengan jemarinya dan perlahan lahan memotong rambut itu, merapihkan rambut itu dibeberapa bagian

"Kita harus bicara," ucap Jiyong dengan sangat tegas

"Setelah ini, jangan ganggu konsentrasiku," Lisa menyelesaikan pekerjaannya dan mengeluarkan handphonenya, mengambil gambar rambut gadis yang masih berusaha menghentikan isakannya itu, lalu menunjukan rambut barunya "bagaimana?"

"Te- te- terimakasih," bisik gadis bernama Jisoo itu

"Sama sama, pergilah ke UKS dengan ketua OSIS, lukamu perlu dibersihkan dan bajumu perlu diganti," Lisa melepas jaketnya dan memberikannya pada Jisoo, untuk menutupi rok gadis itu yang sobek—tergunting.

Dengan sedikit terpaksa, Jiyong meninggalkan Lisa disana dan membawa Jisoo ke UKS.

§★§

Jiyong kembali ke atap begitu menyerahkan Jisoo pada petugas UKS. Ia membuka pintu atap itu dan melihat Lisa disana, tengah menari dengan earphone ditelinganya dan mata yang terpejam. Jiyong menghela nafasnya lega begitu melihat Lisa baik baik saja.

"Bagaimana Jisoo?" tanya Lisa tanpa membuka matanya, tetap bergerak mengikuti irama musik dari earphonenya

"Sudah ditangani dokter,"

"Jaketku?"

"Astaga aku lupa! pakai saja almamaterku kalau kau mau keluar, jangan memamerkan perutmu pada anak anak lainnya," Jiyong melepaskan almamaternya dan menaruhnya di atas matras "apa kau harus melakukan hal tadi? Mereka akan semakin membully Jisoo kalau-"

"Mereka akan tetap membullynya walaupun aku tidak melakukan itu, setidaknya yang kulakukan sedikit menghibur Jisoo, dibanding hanya menyuruh mereka minta maaf. Ku pikir tidak akan ada kasus bully disini,"

"Bisakah kita lupakan kejadian ini? Jangan mengatakannya pada siapapun dan aku akan mengurus sisanya?"

"Hm..."

"Aku serius Lice,"

"Tentu saja, aku juga serius,"

"Kalau sampai ada yang tau kau melukai mereka- bahkan hanya memotong rambut mereka, kau juga akan di kirim ke pulau bersama mereka,"

"Tidak masalah, ayahku tidak akan membunuhku kalau aku dipulangkan karena berkelahi, tapi aku tidak bisa menjamin mereka tetap hidup disana,"

"Lice..."

"Jiyong. Kwon Jiyong. Dengar, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan minta maaf, jangan terlalu naif dan menganggap semua orang sepertimu, mungkin minta maaf berhasil untukmu, tapi tidak untuk mereka. Bagaimana kalau adikmu di perlakukan seperti Jisoo? Kau akan menerima maaf dari mereka? Bagaimana kalau aku di posisi Jisoo? Kau akan memaafkan mereka?" jelas Lisa sambil berdiri tepat didepan Jiyong, menatap Jiyong dengan tatapan tajamnya.

"Jisoo dan Jennie berada dikelas yang sama, dan aku tidak ingin kau dekat dengan Jisoo, maksudku- aku tidak ingin Jisoo menceritakanmu pada Jennie, aku tidak ingin Jisoo mendekatimu, berhutang budi padamu, itu membahayakan hubungan kita- aku masih ingin berada didekatmu,"

"Oh shit! Oppa! Aku sedang marah sekarang! Kenapa kau mengatakan hal itu?? Ah menyebalkan!" keluh Lisa sambil mengerecutkan bibitnya, Jiyong mendekatinya, menarik gadis itu kedalam pelukannya dan mengecup bibir gadis itu

"Jangan berhubungan dengan Jisoo apalagi Jennie, tunggu sebentar lagi, aku pasti akan memperjelas hubungan kita," ucap Jiyong sambil memeluk gadis yang kini menautkan alisnya, heran, tidak percaya, dan bingung, bercampur jadi satu.

§★§

[Not] DescendantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang