§★§
Lisa, Bobby, Mino, TOP, Rose dan Hanbin sudah berada di dalam kamar Lisa, entah sejak kapan Hanbin mulai mengekori mereka yang jelas bocah itu terlihat sangat khawatir pada TOP yang melukai tangannya sendiri
"Ini pertama kalinya aku melihat TOP oppa terluka," ucap Rose sambil duduk disebelah TOP, menonton Lisa yang tengah mengobati luka ditangan TOP
"Kedua kalinya," ralat Bobby "yang pertama ketika TOP hyung jatuh dari speed boat karena menyelamatkan atlet renang kita yang ternyata tidak bisa berenang," ledek Bobby membuat TOP, Mino dan Rose tertawa
"Hei daripada kalian bertiga duduk disana, bukankah lebih baik kalau kalian membantu Jiyong dibawah?" ucap Lisa pada Hanbin, Bobby dan Mino yang duduk di ranjangnya, mengusir mereka karena mentertawakannya—walaupun Hanbin tidak benar benar mengerti bagian mana yang lucu.
"Kau sungguhan tidak perlu kerumah sakit hyung?" tanya Hanbin, mengabaikan Lisa sementara Bobby dan Mino sudah beranjak keluar dari kamaritu
"Pergilah membantu Jiyong dan yang lainnya bersih bersih, aku baik baik saja," jawab TOP, pria itu hanya bersandar disofa, menutup matanya dan membiarkan Lisa membersihkan lukanya
"Kau melukai tanganmu terlalu dalam," bisik Lisa sambil membersihkan luka itu dengan alkohol
"Kau khawatir hm?" Goda TOP membuat Lisa sedikit kesal dan mekan tangan pria itu sedikit lebih kencang membuat pria itu sedikit menjerit karena kaget dan sakit sekaligus. Tapi belum sempat TOP bekomentar, sebuah tas yang sepertinya cukup berat mendarat tepat di perut TOP
"Ya! Ada apa denganmu?!" omel Lisa sebelum melihat siapa yang melempar tas itu, yang tentu saja Jiyong.
"Apa itu?! Apa yang sebenarnya kau rencanakan?! Kenapa kau membawa semua itu?!" bentak Jiyong sementara TOP menggunakan tangannya yang sehat untuk melihat isi tas itu
"Tas ini bukan-" TOP melirik Lisa setelah mengetahui apa isi tas itu—beberapa senjata api dan bahan peledak "ah... aku hanya membawanya untuk berjaga-jaga," jawab TOP berusaha sesantai mukin
"Kau sudah berjanji untuk tidak melukai siapapun! Kau bilang hanya akan membalas appamu! Jangan pernah berfikir untuk bisa memakai semua itu disini!" bentak Jiyong, wajahnya terlihat memerah, ia pasti kesal karena acaranya dirusak oleh TOP ditambah beberapa alat yang seharusnya tidak ia temukan.
"Kita perlu bicara," Lisa menarik Jiyong menjauh setelah selesai memperban luka TOP
"Aku masih harus bicara dengannya Lice-"
"Tapi aku harus bicara denganmu," Lisa menarik Jiyong hingga mereka tiba di kamar Bobby. Lisa masuk ke kamar itu dan melihat Bobby dan Mino sedang bermain dengan gamenya disana. Lisa mendengus kesal dan memberi tanda pada kedua pria itu untuk meninggalkan ruangan. Tanpa banyak tanya, Bobby dan Mino keluar lalu menutup pintunya. Lisa mengunci pintu itu dari dalam dan menatap Jiyong yang masih terlihat sangat marah
"Semua itu milikku," ucap Lisa membuat Jiyong semakin marah
"Kenapa kau mengatakannya?! Kau pikir aku percaya?!"
"Kau menemukannya di gudang bawah tangga,"
"Darimana kau tau-"
"Tentu saja aku tau karena aku yang menaruhnya disana! Dan seharusnya kau tidak mengambilnya! Kenapa kau selalu membuatnya berantakan?! Tidak bisakah kau berpura pura tidak tau dan jangan melakukan apapun?!"
"Lice- apa yang sebenarnya ingin kau lakukan dengan semua itu? Kau tidak ingin-"
"Aku ingin! Aku sangat ingin menghancurkan kota sialan ini! Aku ingin membakar rumah sakit dan dokter berengsek itu! Dan kau tidak bisa melakukan apapun untuk membuatku membatalkannya!"
Teriakan Lisa terhenti karena sebuah tamparan yang sebenarnya tidak cukup keras, tapi cukup untuk melukai hatinya. Lisa yakin tamparan yang biasa ia dapatkan dari ayahnya bisa lebih keras dari itu, tapi kenyataan bahawa Jiyong yang menamparnya membuat dadanya sesak.
"Berhentilah bersikap seperti itu. Kau membuatku tidak dapat mengenalimu," ucap Jiyong dengan suara yang sangat pelan, lebih seperti sebuah bisikan, Jiyong terlihat sangat menyesal karena menampar Lisa walaupun ia melakukannya hanya agar Lisa berhenti bicara.
"Oppa merasa sudah mengenalku selama ini?" tanya Lisa dengan sangat nada yang dingin "gadis yang selama ini kau kenal bukan Lisa yang sebenarnya. Kau pikir aku orang baik? Apa yang kau dapat dari menjadi baik?!"
"Lice maafkan aku- aku tidak bermaksud melukaimu- aku-"
"Saat kau sedang berusaha untuk menjadi anak yang baik, kau tau apa yang harus ku lakukan agar tetap hidup? Kau tau sudah berapa orang yang ku bunuh agar aku bisa hidup? Kalau bukan karena orang orang tamak sok baik seperti pamanmu dan pesuruh pesuruhnya itu aku tidak akan menjadi seperti ini! Persetan dengan kota indah tanpa kekerasan dan kejahatan! Sopan santun?! Kemanusiaan?! Apa kau tau ada berapa anak yang terpaksa jadi pembunuh agar bisa tetap hidup di pulau sialan buatan pamanmu itu?!" Lisa menghela nafasnya "haish... kenapa juga aku harus menjelaskan semua itu padamu, memangnya apa yang bisa dia lakukan," Lisa melewati Jiyong, menuju pintu
"Aku akan membebaskanmu dari pulau terkutuk itu-" ucap Jiyong membuat langkah Lisa terhenti "aku akan membantumu keluar dari pulau itu tapi tidak dengan caramu menghancurkan kota ini-"
"Bagaimana?"
"Caranya- caranya- aku belum tau caranya tapi aku akan memikirkan-"
"Lupakan omong kosongmu itu, hidup saja dengan benar," Lisa membuka pintu kamar itu dan melihat TOP berdiri disana, bersandar pada dinding, menunggunya "ah iya, aku akan menikah dengannya dalam waktu dekat ini," ucap Lisa pada Jiyong, membuat Jiyong dan TOP sangat terkejut hingga tidak dapat mengatakan apapun.
§★§

KAMU SEDANG MEMBACA
[Not] Descendants
FanficTamat Apakah akan ada putih jika tidak ada hitam? Apakah akan ada terang jika tidak ada gelap? Apakah akan ada baik jika tidak ada buruk?