§★§
Lisa benar benar telah membuat Jiyong kehilangan akalnya. Pria itu tidak peduli lagi bagaimana pandangan orang lain terhadapnya. Tidak seperti sebelumnya, sejak hari dimana Lisa lebih memilih pergi bersama Hanbin daripada bersama dengannya Jiyong sudah memutuskan untuk melupakan segala kemungkinan yang akan terjadi. Lisa dan Hanbin pergi bersama menjadi sebuah tamparan yang begitu keras untuk pria itu. Jiyong tau kalau Lisa ingin bebas, jadi ia akan membiarkan gadis itu bergaul dengan siapapun. Tapi Jiyong pun tidak kehabisan akal untuk membuat Lisa tetap berada disisinya.
Hari orangtua tiba, dan hari itu Jiyong harus benar-benar di sibukan dengan banyak persiapan. Ia harus mengisi sambutan, memastikan semua berjalan dengan sempurna dan tentu saja melakukan kewajibannya sebagai seorang anak—melayani orangtuanya. Konsep acara hari itu adalah semua siswa dan siswi sekolah itu, akan menjadi pelayan bagi orangtua mereka masing-masing. Acara itu adalah salah satu acara terpenting disekolah itu dan semua orangtua atau wali murid pasti datang ke acara itu.
"Lice, maaf aku benar-benar akan sangat sibuk hari ini," ucap Jiyong sebelum mereka berdua keluar dari kamar Lisa, saat itu masiu pukul empat pagi dan Jiyong sudah harus pergi.
"Hm... tidak masalah, pergilah, aku akan menemuimu nanti," jawab Lisa yang masih memejamkan matanya, ia benar benar mengantuk setelah semalaman menemani Jiyong menyiapkan kata-kata untuk sambutannya diacara itu
"Pakai gaun paling cantik dan kita akan bertemu diacara siang nanti," bisik Jiyong sebelum mencium kening Lisa, Lisa menggeliat dibawah selimutnya dan mengangguk "aku pergi dulu, bye,"
"Hm... bye oppa," balas Lisa dan Jiyong pergi meninggalkan kamar itu. Jiyong tidak lagi peduli jika dia dibilang tidak tau malu karena memeluk Lisa didepan umum dan bahkan ketauan keluar masuk kamar Lisa pun ia tidak lagi takut. Selama Lisa tidak masalah dengan semua itu, Jiyong tidak peduli. Jiyong gila, layaknya seorang pria yang baru saja mendapatkan sensasi cinta untuk pertama kalinya.
Hubungan mereka sudah menjadi topik perbincangan semua anak disekolah itu, banyak wanita yang menyayangkan seorang Kwon Jiyong, ketua OSIS yang sangat berprestasi dan terkenal sangat sopan itu berubah karena bergaul dengan Lisa dan tentu saja banyak pria yang iri melihat Jiyong dapat mengambil hati salah satu dari Lima gadis tercantik disekolah itu. Ah jangan lupakan Rose dan Jennie, banyak pria yang iri karena Jiyong bergaul dengan tiga dari lima gadis tercantik disekolah itu, bahkan ia mendapatkan dua diantara tiga gadis itu.
Lisa sendiri tidak peduli pada apapun yang dikatakan orang orang, membawa pengaruh buruk? Kalau iya memang kenapa? Mereka hanya iri karena Lisa tidak menanggapi mereka. Lisa, Rose, Bobby juga Mino seakan tuli setiap kali ada orang yang menghina atau menyalahkan mereka. Dan ketika Lisa dan Rose masuk kedalam daftar lima gadis tercantik YGHS, maka Bobby dan Mino menjadi dua dari lima pria idaman yang tentu saja di nomor satui oleh Jiyong. Ketika si nomor satu—Jiyong menjadi sosok pangeran tampan yang berprestasi dan baik hati, Bobby justru menjadi sosok pangeran berengsek yang dingin namun digilai banyak gadis, dan Mino memenuhi fantasi para gadis tentang sosok pangeran playboy yang bisa mengikat siapapun dengan pesonanya.
Lisa dan Rose bangun dari tidur mereka setelah mendengar suara pintu kamar mereka yang terus diketuk dari Luar.
"Roje... bukakan pintunya... astaga mereka berisik sekali!" Keluh Lisa sembari menutup kepalanya dengan bantal, berharap hal itu dapat mengurangi kebisingan yang mengganggu telinganya. Dan dengan sangat malas, Rose menyeret kakinya untuk membuka pintu itu.
"Tsk... lama sekali," keluh Mino dan Bobby yang menerobos masuk kekamar itu dengan beberapa paper bag ditangan mereka
"Apa itu?" tanya Rose setelah menutup pintu kamarnya
"Entahlah, ada didepan pintu kamar kalian," jawab Bobby sambil menumpahkan isi salah satu paper bag itu diatas meja belajar Lisa
"Kalian tidak mau bangun? Sekarang sudah jam 11," komentar Mino yang mulai berbaring disebelah Lisa
"Untuk Rose, mawar yang cantik sangat cocok untuk gadis secantik dirimu," ucap Bobby membacakan sebuah kartu ucapan yang diikat di setangkai mawar merah "menjijikan,"
"Lagi???!" ucap Rose sembari menghampiri Bobby "lihat, sudah tidak muat," keluh Rose sambil menunjuk tempat sampah didekat pintu kamar mandi yang kini terlihat seperti buket bunga
"Mereka menyuruhmu membuka toko bunga, haha..." ledek Mino
"Haruskah aku buat pengumuman kalau aku benci bunga? Astaga... aku benci mawar! Durinya selalu melukai tanganku," keluh Rose sambil berjalan masuk ke kamar mandi, tidur Lisa terganggu karena suara Rose dan dia duduk diatas ranjangnya dengan rambut acak acakan menunggu seseorang memberinya minum
"Coklat yang manis untuk gadis semanis Lalice," ucap Bobby sambil memegang sebuah paper bag "mau kau apakan?"
"Bagikan saja saat acara nanti, mereka mau membuatku gemuk? Astaga aku bosan makan coklat setiap hari,"
"Baru tiga hari ini pintu kamar kalian penuh hadiah, sudah bosan?"
"Dan bagaimana dengan pintu kamar kalian?" balas Lisa "kalian apakan hadiah hadiah itu?"
"Haruskah kita menjualnya?" tambah Mino
Setelah selesai bersiap siap, Lisa, Rose, Bobby dan Mino keluar dari kamar asrama menuju ke halaman sekolah—tempat acara itu berlangsung. Bobby membawa sekeranjang penuh bunga mawar dan Mino membawa dua paper bag berisi coklat, setelah memilih coklat coklat yang ingin mereka makan hingga memenuhi dua buah kulkas kecil, kini tersisa coklat sebanyak dua paper bag.
Halaman sekolah sudah disulap menjadi sebuah tempat pesta kebun dengan beberapa permainan, panggung kecil, meja meja penuh dengan makanan dan tentunya banyak hiasan bunga disana. Semua dekorasinya indah, tapi menjadi kurang menarik karena semua gadis memakai gaun panjang yang menutupi kaki mereka, gaun elegan yang cukup tertutup untuk ukuran pesta kebun, tidak ada satupun bahu atau kaki para gadis itu yang terlihat. Ditambah pilihan warna yang hampir menyatu dengan warna bunga yang menjadi hiasan, membuat semuanya terlihat biasa saja.
"Sepertinya aku mulai muak melihat mawar," gumam Rose sembari menggandeng Mino disebelahnya.
"Kalau begitu jangan bercermin roje~" ledek Lisa yang kini mengenakan sebuah dress berwarna hitam tanpa lengan yang tentu saja memamerkan bahu indahnya dengan sebuah high heels hitam yang membuat kakinya yang jenjang terlihat sangat indah, rambut panjangnya di gerai begitu saja dengan riasan tipis diwajahnya membuatnya terlihat sangat cantik dan tentu saja mencolok, karena dia satu satunya gadis dengan dress hitam disana. Tidak kalah sexy, Rose memakai gaun merah terang yang memamerkan hampir seluruh punggungnya, rambut coklatnya yang di sanggul membuat leher indahnya terlihat semakin indah dan high heels merahnya membuat kakinya terlihat semakin jenjang. Sementara Bobby mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan kemeja yang juga hitam, Mino justru mengenakan setelan jas serba putih.
"Ini untuk kalian, atau siapapun yang menginginkannya," ucap Lisa sambil memberikan sekeranjang penuh bunga mawar dan dua paper bag yang penuh coklat pada beberapa siswa yang berdiri didekat pintu masuk—menunggu kedatangan orangtua mereka "berikan saja sebagai hadiah untuk ibu kalian,"
Lisa melangkah masuk sambil menggandeng Bobby, sementara Rose dan Mino sudah lebih dulu masuk ke tempat pesta itu. Belum selesai terkejut melihat Rose dan punggungnya, kini semua orang ditempat itu harus kembali terkejut melihat Lisa dengan bahu dan kakinya yang dapat dengan bebas dilihat siapapun. Keempat anak itu senang menjadi pusat perhatian, mereka senang melihat ekspresi semua orang yang terkejut melihat mereka ditambah kenyataan kalau mereka berempat sangat berbeda membuat mereka semakin senang.
§★§
KAMU SEDANG MEMBACA
[Not] Descendants
FanficTamat Apakah akan ada putih jika tidak ada hitam? Apakah akan ada terang jika tidak ada gelap? Apakah akan ada baik jika tidak ada buruk?