§★§
Ketiga gadis itu adalah Hayi, Jinny dan Hana, sebenarnya mereka adalah anak kelas 10 dan Jisoo kelas 11, namun karena pria yang Hayi suka ternyata menyukai Jisoo, Hayi nekat. Setelah bicara beberapa menit dengan Jiyong, mau tidak mau Lisa harus masuk ke ruang OSIS.
Lisa duduk disebuah kursi, dan tiga gadis lainnya sudah berada dikursi lain di sebelahnya. Jennie dan beberapa orang lainnya pun sudah disana—disebuah ruangan dengan sebuah meja besar untuk rapat, sebuah meja kerja disudut ruangan lengkap dengan komputernya dan beberapa lemari dengan berkas berkas.
"Ada apa?" tanya Jennie begitu Jiyong masuk kedalam ruangan itu
"Pergilah ke UKS Jen," suruh Jiyong pada Jennie "suruh mereka masuk satu persatu keruanganku," suruh Jiyong pada salah satu pria yang juga ada diruangan itu "kau duluan," ucapnya pada Lisa sebelum Jiyong menutup sebuah pintu dengan tulisan 'Ketua OSIS' diatasnya.
"Apa yang terjadi?" ulang Jennie dan mengikuti Jiyong masuk kedalam ruangannya. Lisa mengurungkan niatnya untuk ikut masuk keruangan itu dan memilih tetap duduk sambil memainkan handphonenya.
"Apa yang sebenarnya terjadi hayi?" tanya seorang pria pada gadis berambut pendek itu, Lisa melirik mereka dan sekali lihat Lisa langsung tau kalau pria itu yang menjadi sumber masalahnya.
"Kami melihat gadis jahat itu mengganggu Jisoo eonni dan kami melerainya, tapi dia justru mengatakan hal hal buruk dan memotong rambutku, lihat rambutku jadi rusak seperti ini," cerocos gadis disebelah Hayi dengan penuh semangat, gadis itu benar benar hebat dalam mengarang cerita. Sementara empat orang itu mengobrol dan membicarakannya dengan sedikit berbisik, Lisa asik melihat seluruh ruangan itu dari duduknya, dan ia tertarik pada sebuah foto disana—foto Jiyong merangkul seorang pria.
"Siapa dia?" tanya Lisa sambil mendekati foto itu, dan empat orang yang ada diruangan itu langsung membeku begitu Lisa membuka mulutnya.
"Siapa pria yang bersama ketua OSIS ini?" ulang Lisa sambil melihat empat orang itu, pria yang menjadi sumber masalah disana melihat Lisa dengan sedikit takut, ia akan menjawab tapi Jennie membuka pintunya dan keluar dari ruangan itu.
"Masuklah," suruh Jennie pada Lisa tanpa menatap Lisa
"Siapa pria ini Jen?" tanya Lisa pada Jennie dan Jennie menoleh, melihat foto yang ditanyakan Lisa
"Kenapa kau harus tau? Kau tidak mengenalnya, tanyakan saja pada ketua OSIS," jawab Jennie dengan nada sinisnya "kau akan benar benar kena masalah Lee Hayi," ancam Jennie sebelum ia keluar dari ruangan itu. Lisa hanya mendengus dan masuk kedalam ruangan Jiyong, terpana karena disini ketua OSIS memiliki ruangannya sendiri. Lisa menutup pintu ruangan itu dan menghampiri Jiyong yang duduk dikursinya sambil melihatnya. Kursi beroda dengan sanggahan tangan dikanan dan kirinya, terlihat cukup nyaman. Lisa duduk diatas meja didepan Jiyong dan membalas tatapan Jiyong
"Berani sekali duduk disitu," ucap Jiyong sambil menatap Lisa, tatapan marah yang bukan pertama kalinya dilihat Lisa. Jiyong memang terlihat marah, tapi tubuhnya memberi isyarat lain. Jiyong berdiri didepan Lisa, diantara kaki gadis itu dan memeluk gadis itu.
"Oppa tidak bisa melakukan ini kalau aku duduk dikursi," bisik Lisa
"Kau hanya perlu menulis surat permintaan maaf lalu bisa kembali ke asrama,"
"Hanya itu?"
"Hm..."
"Kau mau aku cepat pergi?"
"Aku sudah terlanjur bolos, kalau disini cepat selesai, aku bisa langsung menyusulmu ke asrama,"
"Haruskah aku terus bertengkar dengannya agar kau sering bolos?"
"Sekali lagi kalian melakukan itu, kepala sekolah yang akan turun tangan,"
"Ah baiklah, lalu setelah itu aku akan di pulangkan?"
"Hm..."
"Ah ngomong ngomong soal pulang, siapa pria yang ada di foto didepan tadi?"
"Pria mana?"
"Pria yang berfoto denganmu, yang merangkulmu, pria gendut itu,"
"Ah... itu seunghyun hyung, dia ketua OSIS sebelumku, why?"
"Sungguh namanya seunghyun?!" Pekik Lisa terkejut, bicara lebih keras dari seharusnya dan Jiyong mengecup bibirnya
"Berisik," omel Jiyong "memangnya kenapa?"
"Bisa aku minta foto itu?"
"Hm... untuk apa?"
"Sepertinya aku mengenal pria itu, tapi tidak begitu yakin, jadi aku mau menanyakannya pada Bobby,"
"Hm... baiklah, aku akan mengirimnya padamu nanti," Jiyong semakin mengeratkan pelukannya, membuat Lisa harus membuka semakin lebar kakinya, dan tentunya membuat roknya terangkat semakin tinggi
"Sepertinya aku kecanduan aroma cherry mu," bisik Jiyong tepat ditelinga Lisa
"Sepertinya aku bisa merasakan milikmu, itu membuatku sedikit geli" balas Lisa membuat Jiyong mundur
"Maaf aku-"
"Hehe tidak masalah dan selalu seperti itu setiap kali kau memelukku dan- bukankah sensasinya menyenangkan?" ucap gadis itu sambil menahan Jiyong tetap didekatnya dengan melingkarkan kakinya di pinggang pria itu.
"Amamaterku kebesaran di tubuhmu hm?" ucap Jiyong mengalihkan pembicaraan mereka, membuat Lisa berdecak dan menyandarkan kepalanya didada Jiyong, dan Jiyong menaruh dagunya di atas puncak kepala Lisa
"Almamaternya beraroma pinus, seperti berada di hutan pinus,"
"Bukan seperti berada di pelukanku?"
"Itu bonusnya?"
"Haha... baiklah, cukup, nanti semua orang curiga," Jiyong melepaskan pelukannya, begitupun dengan Lisa. Jiyong mengecup pelan bibir Lisa, membuat Lisa menikmati setiap inchi sentuhan bibir mereka.
"Baiklah, cepat tulis surat permintaan maafmu," Jiyong memberikan selembar kertas yang sudah disiapkannya ketika bibir mereka berhenti bertemu.
Lisa mengambil kertas itu dan menulis kata "Maaf." tepat ditengah kertas itu dan menandatanganinya di kiri bawah kertas.
"Sudah," ucapnya sambil menaruh kertas itu disebelahnya, diatas setumpuk kertas lainnya
"Hanya itu? Ayolah Lice..."
"Apa? Hanya itu usaha terbaikku untuk masalah ini,"
"Lice, kau bisa kena masalah kalau-"
"Aku tidak akan kena masalah, justru aneh kalau aku menulis banyak basa basi disana, iya kan?"
"Lice..."
"Aku tunggu di kamarku, datanglah sebelum jam pulang sekolah, sebelum asrama ramai dan jangan lupa es krim yang kau janjikan," Lisa mengecup singkat bibir Jiyong sebelum melangkah keluar dari ruangan itu.
Tiga gadis lainnya akan masuk keruangan Jiyong namun Lisa menghalangi mereka, berdiri tepat didepan mereka
"Ku beri sebuah saran, dibanding mengotori tanganmu seperti tadi, lebih baik gunakan mulutmu untuk membuatnya menjatuhkan dirinya sendiri- dari atap? Ah... atau kenapa tidak kau saja yang menjatuhkan dirimu sendiri?" bisik Lisa sebelum ia benar benar meninggalkan tempat itu. Membuat tiga gadis itu bergidik ngeri. Lisa tidak pernah membunuh semasa hidupnya? Tentu saja! Ia tidak pernah memakai tangannya sendiri untuk melakukan itu.
§★§

KAMU SEDANG MEMBACA
[Not] Descendants
FanfictionTamat Apakah akan ada putih jika tidak ada hitam? Apakah akan ada terang jika tidak ada gelap? Apakah akan ada baik jika tidak ada buruk?