§★§
Lisa berjalan kembali ke asrama, saat itu sudah hampir pagi dan begitu tiba di depan asrama, ia sudah tidak melihat mobil TOP disana. Lisa menghela nafasnya, ia tau Rose pasti sangat marah dan meninggalkannya. Dengan berat hati, ia melangkah masuk kedalam tempat itu dan melihat Jiyong duduk di lobby asrama, duduk di atas anak tangga sambil terus menatap pintu.
"Kau masih disini?" tanya Lisa berpura pura tidak terjadi apapun
"Bagaimana aku bisa pergi kalau kau belum kembali? Aku bahkan tidak bisa menghubungimu," jawab Jiyong sambil berjalan mendekati Lisa, pria itu ingin memeluk gadisnya dan Lisa pun ingin berlari ke pelukan pria itu, tapi keduanya menahan diri mereka.
"Maaf aku membuatmu khawatir," jawab Lisa masih berdiri ditempatnya
"Kau ingin pergi?"
"Hm... aku ingin meninggalkan neraka ini,"
"Arraseo, aku akan membiarkanmu pergi kalau kau memang ingin pergi," ucap Jiyong, berdiri tepat didepan Lisa "kapan kau akan pergi?"
"Secepatnya,"
"Baiklah... pergilah dan berhenti mengurusi orang lain, urus dirimu sendiri dan-" Jiyong menarik nafasnya sebelum melanjutkan kata-katanya "dan... jangan kembali kesini lagi, jangan melewati tempat ini, jangan bermain kemari, jangan mampir ketempat ini lagi,"
"Hmm... baiklah, selamat tinggal," Lisa berjalan, melewati Jiyong hendak naik kekamarnya
"Lisa," panggil Jiyong, tanpa berani menyentuh gadis itu, takut pertahanannya akan runtuh saat menyentuh gadis itu
"Hm?"
"Berapa hari yang tersisa?"
"7 hari,"
"Sampai saat itu, bisakah kau baik baik saja? Bisakah kau bahagia?"
"Jangan khawatir, aku akan baik baik saja,"
"Kalau begitu, maukah kau berkencan denganku di hari terakhirmu disini?" tanya Jiyong, sama sekali tidak dapat menatap Lisa. Jiyong hanya ingin Lisa bahagia walaupun tidak bersama dengannya, tapi kenyataannya Jiyong sangat membenci keingingannya itu.
"Hm... ayo pergi ketika saat itu tiba," Lisa pergi, meninggalkan Jiyong di lobby gelap itu sendirian. Ia masuk kedalam kamarnya dan tidak melihat barang barang Rose lagi disana, Rose membawa semua pakaiannya, barang-barang yang dibawanya dari pulau dan hanya meninggalkan fasilitas sekolahnya disana.
"Sebentar lagi ini akan selesai, hanya 7 hari lagi, kau sudah berhasil memangkas 3 tahun menjadi 6 bulan Lisa, kalau hanya menahan diri selama 7 hari, kau pasti bisa," ucap Lisa pada dirinya sendiri sebelum akhirnya Lisa masuk kedalam selimutnya.
Lisa tidak dapat menahan dirinya, dibalik selimut tebal itu, ia menangis sejadi jadinya. Dia sangat ingin pergi dari tempat itu, sangat ingin pergi meninggalkan negara itu dan ingin melepaskan dirinya dari orang orang di pulau itu. Lisa sangat lelah dan merasa tidak akan sanggup memegang tanggung jawab sebagai penerus ayahnya. Lisa ingin menjadi orang baik? Tidak, lisa hanya ingin hidup tenang dan bebas.
Sejak awal bahkan sebelum ia memulai semua rencananya, saat ia pertama kali menginjakan kakinya di kota itu, orang pertama yang dihubunginya adalah Jungkook, anak dari teman ayahnya yang kabur keluar negri untuk melepaskan dirinya dan keluarganya dari geng ayahnya. Saat pertama kali bicara dengan Jungkook melalui telpon, Jungkook sempat ragu ditambah kenyataan bahwa ayah Lisa telah membunuh ayah Jungkook membuatnya semakin sulit. Tapi bukan Lisa jika ia tidak dapat menghasut Jungkook dan setelah beberapa minggu, Jungkook bersedia mencarikan rumah dan pekerjaan untuknya juga keluarganya.
Lisa mengumpulkan banyak uang untuk semua orang dengan menjual sabunya. Dan setelah semua usahanya berhasil di luar perkiraan, ia memberi semua uangnya pada Jungkook dan menukarnya dengan identitas baru serta rumah dan sebuah toko kecil di pinggir kota. Setelah mendapat semua itu, Lisa masih harus mengurus orang orang ayahnya dan dengan bantuan ibunya, ia dapat menyelesaikan itu dalam beberapa bulan, memberikan tempat tinggal dan beberapa uang untuk orang orang ayahnya lalu meninggalkan mereka disana, berharap orang orang itu dapat hidup dengan lebih baik ditempat baru mereka.
Sementara Lisa menangis dibawah selimutnya, Jiyong duduk didepan pintu kamar gadis itu, mendengarkan tangisan gadisnya dari luar. Bobby memberitaunya segalanya, segala bentuk siksaan yang pernah dirasakan gadis itu dan sebesar apa keinginan gadis itu pergi dari negara mereka.
Lisa pernah mencoba bunuh diri, ia berlari ke laut padahal Lisa sama sekali tidak pernah berenang. Hari itu adalah hari dimana Lisa harus melepaskan semuanya, hari dimana Lisa harus dengan terpaksa menerima perjodohannya. Hari dimana ayahnya menyeretnya pulang dan memberitaunya kalau dia akan dinikahkan dengan TOP. Saat itu Lisa bahkan belum lulus sekolah tapi menikah seakan menjadi jalan satu satunya untuknya. Dia tidak bisa menerima itu dan berlari ke air, mencoba menenggelamkan dirinya sendiri. Aku yakin hari itu juga hari yang berat bagi TOP hyung, dia mengejar Lisa dan mencoba menyelamatkan gadis itu. Mencoba menyelamatkan anak dari pria tua yang pernah menyelamatkannya. Mereka berdua selamat, mereka berdua berhasil naik ke atas speed boat, tapi Lisa yang masih marah memukuli TOP hyung hingga pria itu kembali masuk kedalam air, kali ini berbeda, kurasa TOP hyung mengerti kesulitan Lisa, jadi pria itu tidak berusaha untuk menyelamatkan dirinta, pria itu membiarkan dirinya tenggelam. Dan Lisa kembali melompat ke air, mencoba menyelamatkan pria yang hampir mati karenanya. Lisa benar benar sangat bodoh saat itu, dia membuat orang yang hampir mati karenanya kembali menyelamatkannya untuk kedua kalinya.
Cerita Bobby terus berputar di kepala Jiyong, bagaikan sebuah kaset yang terus berputar. Mendengarnya merasa tidak pantas untuk Lisa. Baginya TOP jauh lebih pantas untuk Lisa dibanding dirinya sendiri. TOP rela mati untuk Lisa sementara ia akan terus menjadi kelemahan Lisa. Jiyong melupakan kenyataan kalau ia menjadi kelemahan gadis itu, karena gadis itu merasa tidak akan sanggup meninggalkannya.
§★§

KAMU SEDANG MEMBACA
[Not] Descendants
FanfictionTamat Apakah akan ada putih jika tidak ada hitam? Apakah akan ada terang jika tidak ada gelap? Apakah akan ada baik jika tidak ada buruk?