7

2.2K 309 10
                                    

§★§

Jiyong masih berada dikamar Lisa, mereka mengobrol dan tertawa bersama. Bagi Jiyong, ini pertama kalinya ia bisa bicara dengan sangat santai pada seorang gadis. Bahkan dengan Jennie pun ia tidak bisa sesantai ini.

"Terlalu banyak larangan untuk gadis disini... astaga... bahkan tertawa pun tidak boleh??" tanya Lisa, Lisa pun menikmati perbincangannya dengan Jiyong, karena banyak hal baru yang ia dengar dari Jiyong.

"Bukan tidak boleh tertawa, tidak sopan ketika para gadis tertaw sambil membuka mulutnya sepertimu,"

"Lalu kami hanya boleh tersenyum? Itu akan menyakiti hati para pelawak... bagaimana kalau aku menutup mulutku dengan tangan saat tertawa? Apa itu juga dilarang?"

"kurasa lebih baik tidak tertawa,"

"Wahh... bahkan cara tertawa di atur... benar benar luar biasa,"

"Bagaimana dengan rumahmu? Apa kau di izinkan tertawa?"

"Tentu saja, bahkan kalau kami tertawa 2 hari 2 malam pun tidak akan ada yang menegur,"

"Sungguh?? Tertawa 2 hari? Wahhh... siapa yang tertawa 2 hari?"

"Hehe... Beberapa wanita gila? Hmm... kau kan kalau bukan hanya pelaku kejahatan yang dikirim ke pulau kami? Maksudku—penjahat dan keluarganya di kirim bersama sama ke pulau kami. Tapi, ada beberapa wanita yang tidak tau menau kalau suaminya melakukan kejahatan, jadi saat ia harus ikut suaminya ke pulau itu, pikirannya sedikit terganggu,"

"Begitukah? Kasihan sekali... maksudku, bukan salah wanita itu kalau suaminya melakukan kejahatan dan dia harus di hukum atas kesalahan suaminya? Itu sedikit berlebihan,"

"Hm... memang... tapi kurasa, mereka lebih baik berada disana dibanding disini,"

"Kenapa begitu? Disini semuanya tersedia, apapun yang kau butuhkan ada disini dan disini lebih nyaman kan?"

"Hm... kenyamanan itu relatif, bagiku YG Republique dan pulauku sama saja. Para penjahat dan keluarganya di kurung dalam sebuah penjara berbentuk pulau kecil yang serba kekurangan. Lalu kalian, yang lahir dan dibesarkan oleh keluarga baik baik, di penjara disebuah kota yang indah,"

"Menurutmu tempat ini pun penjara?"

"Bagimu tidak? Kalian tidak bisa melakukan apapun sesuai keinginan kalian, kalian dibatasi aturan aturan yang mengikat, apa itu membuatmu bahagia?"

"Jadi bagaimana menurutmu sebuah negara seharusnya?"

"Hm... sebuah negara yang membaskan warga negaranya melakukan apapun?"

"Kalau begitu akan ada banyak orang pelanggaran, dan negara itu tidak memberikan keamanan dan kenyamanan bagi warga negaranya"

"Bukankah itu fungsinya polisi?"

"Ditempatmu ada polisi? Disini pun ada polisi,"

"Hm... secara struktural mereka hanya pengangguran yang kurang kerjaan, tapi secara fungsional mereka bekerja sebagai penjaga keamanan. Setiap rumah membayar mereka dengan beberapa keping koin setiap minggunya. Polisi disini hanya bekerja menyelamatkan kucing yang tidak bisa turun dari pohon, itu yang kulihat kemarin,"

Mereka terus mengobrol hingga pintu kamar itu terbuka dari luar dan tiga teman Lisa masuk kedalam kamar itu sambil tertawa

"Kalian sudah kembali?" sapa Lisa

"Hai ketua osis," sapa Rose pada Jiyong dan Jiyong terlihat sedikit gugup, ia langsung berdiri dari duduknya dengan sangat canggung

"Kenapa? Kau bisa tetap duduk ketua osis," ucap Bobby yang kini berbaring diatas ranjang Lisa

"Duduklah, kau masih akan disini kan?" kali ini Mino yang bicara sembari meletakan tasnya diatas karpet dan mendekati Lisa, memegang bahu gadis itu "perutmu sudah membaik?"

"Hm... sudah mendingan, tadi Jiyong oppa membelikanku obat dan makanan," jawab Lisa, disusul kecupan ringan dari Mino didahinya. Lagi-lagi Jiyong terkejut melihatnya

"Syukurlah, kenapa kau punya ide untuk menghubunginya?" tanya pria itu pada Lisa sembari melangkah ke ranjang Rose "Terimakasih karena sudah membantu adikku," ucap Mino pada Jiyong sebelum ia berbaring diatas ranjang

"Kalian kakak beradik??" tanya Jiyong pada Lisa

"Ibuku dan ibunya saudara kembar," jawab Lisa santai "bagaimana kelas kalian tadi? Kalian dikucilkan? Kekekeke~" ledek Lisa pada tiga temannya

"Tidak juga, basket disini sama saja dengan dirumah, ada beberapa gadis ikut kelas basket tadi, kau tidak ingin bergabung?"

"Kelas memasak juga biasa saja, tapi tidak ada pria disana, hanya itu yang disayangkan,"

"Bagaimana dengan kelas komputermu Bobby?" tanya Lisa pada pria yang kini asik dengan tidurnya

"Hm? Nanti saja aku ceritakan, aku sibuk," jawab Bobby dan menarik selimut Lisa hingga menutupi kepalanya

"Kenapa dia?" tanya Lisa pada Rose dan Mino

"Kecanduan game di handphonenya," jawab Rose

"Oh... ku pikir dia menghisap ganja lagi,"

"Hm... reaksinya mirip," tambah Mino "ah iya, ketua kelas, sudah berapa lama kau berkencan dengan gadis cantik itu?"

"Eh? Apa maksudmu?" tanya Jiyong dengan wajah bingung "maksudmu Jennie?"

"Memang kau punya kekasih lain oppa?" komentar Lisa membuat Mino tertawa, sementara Rose sudah masuk kedalam kamar mandi

"Eh?! Tentu saja tidak! Mana mungkin aku punya kekasih lain selain Jennie!"  jawab Jiyong buru-buru, takut 2 orang yang kini menatapnya dengan seringai mengerikan itu salah paham

"Kalaupun punya kami tidak akan membocorkannya oppa, hahaha kenapa wajahmu memerah??"

"Bagaimana kau bisa berkencan dengannya?" tanya Mino, namun Jiyong menolak untuk bercerita dan baik Lisa maupun Mino tidak ada yang memaksanya untuk bercerita.

§★§
Minta kritik sama saran dong... kalau ga mau comment, kirim di message juga gapapa ._. Ehe... atau maunya kalian untuk kelanjutan ff yang ini juga gapapa ._.)? Apa aja sih... sedang butuh "masukan" nih ehe
Makasih buat yang baca~

[Not] DescendantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang