-Sedingin apapun orang itu, pasti akan ada satu titik kehangatan di dalam dirinya.-
Caitlin Emma Gibson
°°°°°
Caitlin kini duduk di tempatnya lalu melihat David yang tengah asik memainkan game di ponselnya tanpa berkedip. Tanpa David sadari, Caitlin tengah memperhatikan David dengan tatapan intens. Rachel berdehem pelan membuat Caitlin mengalihkan pandangannya dari David. Rachel dan Stella melihat tingkah Caitlin pun menertawakannya, menurut mereka berdua, kali ini tingkah Caitlin layaknya maling yang tertangkap basah oleh warga.
"Sssttt" Cibir Caitlin dengan jari telunjuk di depan bibirnya. Tapi, kedua temannya yang sudah Caitlin anggap sebagai sahabatnya itu tetap tak mau berhenti menertawakan dirinya.
"Berisik." Ketus David lalu meletakkan ponselnya diatas meja yang membuat Caitlin, Rachel dan Stella menoleh serentak ke arah laki - laki itu. Seketika pula, tawa Rachel dan Stella berhenti.
"Selamat pagi..." Sapa Bu Rani memecah suasana diantara mereka. Bu Rani adalah guru Seni Budaya di SMA Tunas Harapan.
"Pagi, Bu Rani" Jawab siswa XI IPA 1 kompak.
"Sebelum kita mulai belajar, saya akan memberi kalian tugas" Ujar Bu Rani menuliskan sesuatu di papan tulis. "Karena sekarang kita mempelajari tentang Musik, jadi ibu mau kalian bernyanyi berdua bersama teman sebangku kalian."
"What?" Ujar Caitlin dengan mata menyipit. Sedangkan David hanya memincingkan matanya sebagai responnya. Dan beberapa siswa senang dengan kelompok tersebut termasuk Rachel dan Stella karena mereka duduk sebangku.
Caitlin melihat David sekilas dan memejamkan mata dan menggerutu kesal dalam hatinya.
Oh God, Kenapa harus sama dia sih ? Ihhh.
Caitlin terus menggigit bibir bawahnya dan menunjukan ekspresi cemberut di wajahnya dengan tangan menopang dagu. Kegiatan gadis itu terhenti saat terdengar suara bariton yang berbicara padanya.
"Nyanyi apa?" Tanya David dengan nada suara yang terdengar dingin. Caitlin menoleh ke arah laki - laki itu, dan tatapan mereka saling bertemu. Mata elang milik David mampu membuat mata Caitlin tak berkedip.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Empat detik
Lima detik
Enam detik
David melambaikan tangannya di hadapan Caitlin untuk menyadarkan gadis itu dari lamunannya, namun gagal. Lalu David menepuk pelan bahu gadis itu dan membuatnya terkejut.
"Nyanyi apa?" Tanya David lagi kali ini dengan nada suara yang sedikit pelan dari sebelumnya.
"Ehh...nyanyi...nyanyi...ehh...nyan-" Ucapan Caitlin terpotong.
"Nyanyi apa?" Tanya David lagi.
"Ehh... Nyanyi...Life is worth living gimana? Tau kan lagunya?"
"Oke." Jawab David singkat lalu kembali memperhatikan penjelasan Bu Rani. Caitlin menggaruk tenguknya yang tak gatal, ia bingung dengan sikapnya sendiri.
Kok gue jadi aneh gini sih?
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, itu pertanda waktu pulang sekolah telah tiba. Seluruh siswa SMA Tunas Harapan berhamburan meninggalkan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃)
Teen Fiction#3 on remaja (041119) #1 on remaja (071119) #1 on cool (030220) Caitlin Emma Gibson. Gadis remaja cantik blasteran Amerika-Indo harus menerima kenyataan pahit sejak kejadian 11 tahun silam. Dia menutup dirinya kepada siapapun. Ditambah kebencian dar...